EMPAT

7.1K 334 5
                                        

SELAMAT MEMBACA
_____________

Leo meluapkan tawanya ketika ia kembali berhasil mengalahkan Arlan, Bahkan pengunjung warnetpun memusatkan perhatian pada sepasang remaja yang nampak begitu sangat bahagia di ujung sana, Seakan baru pertama kali seumur hidup mereka bermain di tempat ini.

Arlan tersenyum tipis, Ia sebenarnya terkejut akan ajakan Leo yang mendadak ingin pergi ke tempat seperti ini, Ini bukan pertama kali bagi Arlan tapi ini pertama kali Bagi Leo.

Ia sempat bingung darimana Leo mengetahui warnet, Jika ingin bermain game Leo bisa saja menghabiskan waktu di rumahnya bersama kak Ginan yang memang pecinta game, Dengan PlayStation mahal milik kedua kakaknya.

"Mau satu putaran lagi?" Tanya Leo semangat.

Arlan menggeleng "Gue Nyerah Le"

Leo tertawa "Payah Lo!"

Jujur Arlan sedikit bahagia melihat Leo dengan tawa yang begitu lebar disini, tawa dan senyum Leo itu sangat begitu amat manis nan tulus. Arlan saja tidak akan pernah bosan jika melihat senyuman itu.

"Mau kemana lagi?" Tanya Arlan.

Leo melihat jam di pergelangan tangannya, Ada dua jam lagi sebelum bel pulang berbunyi, Ia harus memanfaatkan dua jam itu dengan baik.

"Ayo ke Dufan"

"Lo gila?"

"Lo nyumpahin gue gila?"

Arlan menggeleng tak setuju "Gue nggak ikut, Yang lain le!"

Leo berfikir sejenak "Gue sebenarnya laper tapi gue masih ingat bunda jangan jajan di luar, Gue mau naik speerda"

"Lo emang gila" Arlan menyesal mengatakan 'mau kemana lagi' nyatanya kalimat itu benar-benar di manfaatkan oleh seorang Leonardo, Ajakan untuk ke Dufan wajar-wajar saja tapi untuk ajakan naik sepeda dengan matahari yang lagi terik-teriknya membuatnya ingin pulang saja daripada Leo harus sakit lagi.

"Kita kembali ke sekolah" Arlan berdiri keluar terlebih dahulu dari warnet langkanya terhenti jantungnya berdegup dengan kencang kala melihat wajah yang hampir mirip dengan Leo

"Lo nggak seru Lan" Kata Leo ikut berhenti di samping Arlan, Ia kebingungan melihat Arlan terdiam ia mengikuti arah pandang sahabatnya itu, Rupayanya bukan Arlan saja terkejut bahkan Leo saja hampir terjungkal dari posisi berdirinya.

"Kak Ginan?" Leo meneguk Saliva nya dengan susah payah, Ia tersenyum pahit.

-----

Leo dan Arlan menunduk pasrah, tak berani menatap wajah Kak Ginan yang sedang menatap mereka berdua.

Leo berdecak di dalam hati bagaimana bisa kakak tertuanya ini dapat menemukannya dengan mudah, Ia menahan untuk tidak mengumpat karena akan lebih bahaya jika Kak Ginan melaporkan hal ini kepada Bunda.

Masalah tadi baru saja selesai masa Leo harus menambah masalah yang lain.

"Aku yang ajak Leo kak" Leo terkejut kala Arlan mengatakan hal itu, Ia tak segan-segan menjitak kepala Pria itu.

"Goblok Lo!" Kata Leo "Gue yang ngajak"

"Kakak nggak nanya siapa yang ngajak, Tapi kakak mau nanya darimana Leo tau warnet"

"Anj*m" Umpat Leo, Bagaimana bisa pertanyaan itu begitu penting bagi Kak Ginan.

"Darimana kamu tahu warnet?"

"Dari google"

Ginan mengigit bibir berusaha untuk tidak tertawa, Ia tak tahan pula kala melihat wajah adiknya yang begitu polos.

"Apa penjelasan google?"

"Apa itu penting?" Tanya Leo mulai curiga akan pertanyaan sang kakak, Ini lewat jalur bukan itu yang harus di pertanyakan saat ini.

"Penting, Nggak jawab kakak bakalan laporin kamu ke Bunda"

"Google bilang warnet itu warung internet, tapi kebanyakan seusia Leo hanya main game saja bahkan sampai warnet itu tutup, Leo cuma mau nyobain hal-hal yang nggak pernah Leo lakuin"

Arlan yang mendengar penjelasan itu tersenyum amat tipis, Ia tak akan pernah menyesal menerima ajakan Leo tadi, Bahkan jika ia harus di hukum akan perbuatannya tadi ia akan menerimanya.

Lain pula Kak Ginan, Putra sulung bunda itu tertawa membuat Leo menghela nafas lega, setidaknya ia aman dari kemarahan bunda hari ini, Biarlah ia terlihat sangat bodoh karena menjelaskan warnet kepada sang kakak.

Nyatanya penjelasan nya memang lah benar, Tempat itu begitu luar biasa, sangat berbeda dari ruangan game yang Kak Gilang dan kak Ginan miliki di rumah.

-----

"Selamat makan" Kata Ayah Hengki kala baru saja duduk di meja makan, Ia tersenyum begitu manis tapi seketika lenyap kala melihat kursi yang selalu di pakai oleh Leo kosong.

"Leo kemana?" Tanyanya, Tak biasanya anak bungsunya tersebut ketinggalan untuk makan malam.

"Paling di kamar, Biar kakak yang manggil" Kata Ginan.

"Leo nggak buat masalah hari ini kan Kak?" Tanya Bunda, Langkah Kak Ginan terhenti begitu saja entahlah apa yang harus ia katakan pada Bunda, Apakah ia harus jujur mengenai aksi bolos Leo tadi tapi ia tak enak kepada Leo.

"Kenapa diam? Apa benar Leo hari ini buat masalah lagi?"

"Nggak bunda" Bohongnya, Biarlah ini menjadi kebohongan terbaiknya, Ia juga tak ingin merusak kebahagian Leo tentang definisi warnet yang membuatnya ingin tertawa jika mengingatnya.

"aku ke atas" Pamit Kak Ginan pada bunda dan Ayah, Tak peduli tanggapan Gilang yang sedang fokus dengan laptopnya, Mungkin Pria itu sedang mengedit Video.

Ginan membuka pintu kamar Leo dengan pelan, Merasa heran ketika tak ada satupun orang di dalam, Ia berjalan ke arah teras kamar Leo tak ada pula

Memilih berjalan ke arah kamar mandi, Merasa lega kala bunyi keran air di dalam, Ginan Segera mengetuknya.

"Kakak diluar, Ayah, Bunda nungguin makan malam"

Tak ada jawaban, Ginan kembali mengetuknya tapi hasilnya sama.

"Le? Lo ada di dalam kan?"

Perasaan Ginan mulai tak enak ia segera membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci merasa terkejut melihat Leo yang sudah meringkuk kesakitan di lantai kamar mandi.

"Ayahhhhhhhhh" Teriak Ginan kencang "Bundaaaaa"

"Kenapa? Le! Leo!"

"S...ak....i...t kak"

"Tahan" Ginan sudah banyak kali mengalami hal ini sejak Leo kecil tapi ia tak akan pernah terbiasa dengan hal ini. Ginan hanya berharap sama tuhan, Jangan terlalu menyakiti adiknya lagi, Leo sudah terlalu lama menderita.

Tak lama kemudian ayah dan Bunda muncul, Bunda segera mengambil alih tubuh Leo, Melihat mata indah itu berayun lambat.

"Kita ke rumah sakit"

"Bunda, Ayah sakit" Leo merasakan hantaman begitu keras di perutnya, sebuah sakit yang selalu ia rasakan selama beberapa tahun ini.

Bunda mengangguk mengusap air matanya yang mulai turun, Sedangkan ayah mulai berlari menyediakan mobil di bawah, kak Gilang yang berdiri di depan pintu kamar dengan laptop yang masih berada di tangan pria itu. wajahnya begitu terkejut bahkan Pria itu tak mampu untuk melakukan apapun.

Leo merasakan tarikan yang membawanya ke gelapan bersamaan dengan suara teriakan bunda yang memekikkan telinga.

Setidaknya ada hari esok lagi, Biarlah hari ini ia istirahat terlebih dahulu.

____

Selamat malam minggu

Kita ketemu lagi semoga kalian suka.....
Jangan malas vote dan komen yaaaa biar lebih 💪

Enjoy para readers ku

-SalamManisDariPenulis-

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang