DUA PULUH

3.9K 265 21
                                    

SELAMAT MEMBACA
____

Arlan dan Leo memilih untuk beristirahat sejenak di UKS mengingat jika harus berjalan dari kelas ke lantai bawah membutuhkan tenaga yang lebih banyak, Dan melihat Leo yang sudah kewalahan sejak tadi membuat Arlan sendiri tak tega.

Dering nada pesan dari handphone membuat Arlan buru-buru membukanya,Berharap bahwa itu pesan dari kak Ginan yang sudah berada di bawah untuk menjemput Leo.

Tapi berbeda dari yang Arlan harapkan, Arlan bahkan mendekatkan ponselnya membaca lebih jelas lagi.

'Lan, Abang nitip Leo ya! Abang adalah kelas tambahan hari ini, Kamu hubungi Ginan, Bunda atau ayah, Abang minta tolong'

"Le, kak Ginan nggak bisa"Ada raut wajah terkejut dari Leo, Arlan juga ikut terkejut baru kali ini kak Ginan berkata seperti itu walaupun Arlan tak menjelaskan secara detail tentang kondisi Leo kepada Kak Ginan bukan berarti keadaan Leo saat ini baik.

Leo menatap Arlan ia sudah cukup kehabisan tenaga bahkan untuk memprotes pesan dari Kak Ginan. Leo memilih untuk tidak peduli "Nggak apa-apa, Kita balik ke rumah aja" Ucap Leo, Segera berdiri.

"Gue bantu" Ucap Arlan, Ia terkejut melihat tubuh Leo yang limbung. "Le"

----

"Leo mana?" Tanya kak Ginan kala baru sampai di rumah sakit, kelasnya baru saja berakhir tapi pesan dari Arlan cukup membuatnya hilang kendali, Ia merasa bersalah, Seharusnya ia mendahulukan leo dahulu di banding pelajaran tambahan tadi.

Arlan menghela nafas menunjuk ruangan "Di dalam, Masih tidur Kak jangan ganggu dulu'" Ucap Arlan sedikit kesal, Ia baru saja ingin mengajukan pertanyaan lagi tapi mengurungkannya kala melihat wanita dengan jas berwarna putihnya berjalan dengan langkah lebar ke arah mereka.. itu mbak Anggun.

Arlan menatap Kak Ginan, Sepertinya Arlan tak butuh mengomel lebih jauh karena tahu mbak Anggun akan mewakilinya saat ini.

"Ikut aku!" Ucap Dokter Anggun tanpa basa-basi, Kak Ginan menoleh ke arah Arlan lalu berjalan mengikuti sang pacar.

"Kamu darimana?" Tanya dokter Anggun masih dengan keadaan yang cukup sabar. Ia menatap Ginan lekat.

"Aku ada kelas tambahan" Jujur Ginan "Ini kelas penting aku nggak bisa lewatin begitu aja" Lanjutnya.

"Tumben kamu dengar Leo sakit nggak jemput dia"

"Aku kira dia nggak apa-apa"

"Kapan dia nggak kenapa-kenapa?" Teriak Anggun "Kata sakit untuk Leo itu adalah masalah besar untuk kita semua!"

"Nggun" Ginan cukup terkejut dengan teriakan tersebut.

"Kamu tau kan? Itu bisa bahaya! Memang setelah operasi kita bisa dalam keadaan aman tapi nggak dengan penyakit bawaan Leo, Imun anak itu lemah!!!" Anggun menarik nafas dalam-dalam, Merasa ia kebanyakan membawa emosi saat ini "Aku kaget dokter Yang jaga di IGD tadi bilang Leo masuk"

"Maafin aku" Ucap Ginan, Ia menarik dokter Anggun, Mendekap wanita yang lebih tua darinya itu, Ginan tau ia salah.

—-

Leo meringis pelan mencoba untuk menegakkan punggungnya lagi dan lagi ia harus berada disini di kamar yang sudah ia hapal di luar kepala. Leo menelusuri setiap sudut tak menemukan siapapun, apakah benar ia sudah menjadi anak yang tak di urus sekarang?

"Udah bangun?" Leo menoleh melihat dokter Anggun yang masuk, Terlihat senyum manis dari bibir wanita tersebut.

"Bunda mana?" Tanya Leo.

"Mereka semua lagi di kantin rumah sakit" Jawab dokter Anggun.

Leo mengangguk merasa lega setidaknya hal yang ia pikirkan sama sekali tak terjadi.

Hening beberapa saat, Leo memainkan jemarinya sebenarnya untuk kembali kesini membuat Leo sedikit takut. Apalagi mbak Anggun yang sedari tadi membuatnya sedikit waspada, Leo tinggal menunggu saja.

"Mbak boleh tanya?"

Leo menoleh Mengikuti pergerakan dokter Anggun yang menarik kursi di sebelahnya "Perut kamu akhir-akhir ini sakit lagi?" Tanya dokter Anggun ia menatap Leo berharap Leo saat ini tak berbohong, ia hanya ingin memastikan.

Pertanyaan itu membuat Leo menghela nafas apa yang ia katakan ia hanya perlu menunggu saja , Leo segera menggeleng "Nggak"

Mendengar itu membuat dokter Anggun ikut menghela nafas, Sama seperti dugaannya Leo tidak akan menceritakan hal itu dengan begitu mudah.

"Apa kita barus tes lagi?"

"Tes apa mbak, orang Leo baik-baik aja"

"Nggak ada orang yang baik-baik aja masuk rumah sakit" Dokter Anggun menatap Leo "Kamu tau kan kenapa kamu masuk lagi hari ini,"

"Karena Leo terlalu memforsir tenaga Leo" Jawab Leo. Leo adalah orang yang jarang sekali mimisan tapi hal itu adalah hal yang begitu wajar jika ia begitu kelelahan.

Dokter Anggun tersenyum "Untuk nyeri di perut kamu itu masalah yang berbeda, kamu yang tahu pasti sakitnya bagaimana"

Leo menunduk, mengusap pelan punggung tangannya "Leo takut mbak" Ucap Leo akhirnya memilih jujur, menyembunyikannya bukanlah suatu hal yang baik.

Dokter Anggun menggigit bibirnya "Sejak kapan?" Lanjutnya menatap Leo yang semakin menunduk.

"Kisaran dua minggu" jujur Leo tak ingin menyimpan apapun, Leo menatap dokter Anggun "Mbak bilang kan? Leo yang tahu pasti rasa sakitnya bagaimana" Remaja tersebut mengangguk yakin "Rasanya sama mbak"

Dokter Anggun menutup matanya walaupun ia sudab menduganya tapi mendengar dari Leo langsung cukup membuat hatinya kembali sakit "kenapa kamu nggak pernah bilang?"

"Leo nggak mau orang tau, takutnya itu balik lagi" Leo menoleh sedikit ke mbak Anggun yang kembali menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca "Leo nggak mau buat kalian semua menderita lagi, cukup untuk beberapa bulan yang lalu dan tahun-tahun yang lalu, Leo jadi anak yang nggak tau diri kalau betul penyakit itu balik lagi, terutama sama Bunda dan ayah" Jelas Leo.

"Mbak tahu kan, Leo sakit bagi mereka seperti neraka, nggak ada yang baik-baik aja di rumah selama Leo sakit, Bunda sering nangis, ayah yang banyak menunda pekerjaannya kak Ginan dan Kak Gilang yang bahkan sering ninggalin kuliah hanya untuk Leo" Ucap Leo panjang Lebar "Dan untuk kembali mengulang itu Leo rasa sama aja buat Ayah, Bunda kakak-kakak Leo, bahkan mbak Anggun menderita kan?"

"Kita harus mastiin dulu" Ujar dokter anggun, mencoba untuk mencari pikiran positifnya kali ini.

Leo menatap dokter Anggun, melihat mata wanita itu yang sudah memerah jelas menahan tangis "Jangan kasih tau ke ayah atau bunda dulu" pinta Leo.

"Le"

"Leo mohon mbak"

"Kita pokoknya... " ucapan dokter Anggun terhenti begitu saja kala pintu kamar rawat Leo terbuka menampakkan tante Hanum juga Om Hengki, bagi d Anggun ini bukan waktu yang tepat tetapi bagi Leo ini adalah salah satu alasan agar bisa menghindari percakapannya dengan dokter Anggun, Percakapan yang singkat tapi efeknya tak akan singkat!

Leo tersenyum melihat Bunda yang sudah berjalan memeluknya begitu erat "Kamu ngapain aja di sekolah sih Le?"

"Nggak ngapa-ngapain bunda, Arlan aja yang lebay langsung rumah sakit" Leo menatap dokter Anggun dari balik punggung sang Ibu yang menutupinya, Leo tersenyum tulus berharap dengan itu dokter Anggun menghilangkan sedikit cemasnya.

Semua akan baik-baik saja! Tekan Leo dalam hati.

____

Yeayyy agak lambat tapi semoga kalian suka.
Kalau ada typo mohon maaf ya, part ini hasil revisi cepat wkwk😌

Jangan lupa vote And comment 🫡

-SalamManisDariPenulis

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang