EPILOG

5.2K 326 43
                                    

Akan ada pertemuan dan perpisahan.

"Bunda berikan dia nama Leo" Bunda menatap bayi kecil yang berada di dalam inkubator, Dia begitu kecil, Hanum mengelus kaca di hadapannya. Ia menoleh ke arah ruangan sebelah tempat anak-anak yang cukup bulan itu lahir berbeda dengan anaknya.

"Leo?" Ayah menatap istrinya.

"Leonardo, kuat seperti singa, berani seperti singa, Singa yang kuat dan berani"

"Dia singa yang kecil"

_____

Leo lima tahun.

Hengki menatap putranya melihat Leo dan wajah anak itu yang sudah penuh dengan lumpur.

"Leo nggak tau kalau disitu ada lubang Yah" Ucap Leo menunjuk kubangan tempat ia terjatuh, Hengki yang melihat itupun berusaha meredam amarahnya.

"Sini ayah gendong" Hengki menjulurkan tangannya, menggendong putranya.

Leo naik ke punggung ayah, tak peduli dengan kaos putih yang ayah gunakan akan ikut terkena lumpur.

"Leo sayang Ayah"

___

"Anak Bunda udah SD aja" Hanum berjalan memeluk Leo, Ia merapikan rambut anaknya tersenyum lembut "Kamu mau minta apa sama Bunda" tanyanya.

Leo nampak berpikir sejenak "Leo mau mainannnn" Teriak anak itu membuat Hanum tertawa.

____

"Seragamnya pas? Kalau nggak di ganti aja" Ucap ayah melihat celana biru putranya yang begitu ketat di pakai "Tumben bunda salah beli"

Leo mematut penampilannya "Kayaknya memang bunda salah Beli" Ucap Leo.

Bunda berlari menghampiri "Bunda udah beli yang baru, pakai cepetan kamu nggak boleh telat ini hari pertama."

Leo terkejut "Bunda dari mana?"

"Cepetan pakai"

_____

"Wawwwwwww, Anak ayah sama Bunda udah SMA aja, Udah gede kamu" bunda berjalan berniat memeluk Leo tapi Leo mundur perlahan.

"Leo udah gede Bun"

Bunda berdecih "Padahal baru aja Bunda gendong kamu" Bunda menatap putranya "Leo mau apa? Biar bunda belikan?"

Leo nampak berpikir "Nanti aja kalau Leo lagi butuh nanti Leo tanya bunda"

____

Hanum mengelus pelan wajah Leo, Ia membesarkan Leo dengan cukup baik anaknya begitu tampan bahkan ketika rona hilang di wajahnya Leo nya masih sama tak ada yang berubah.

Mimpi ini pernah muncul dalam tidur Hanum sekali dua kali hingga ribuan kali, tapi Hanum merasa hal itu tidak apa-apa karena setelah terbangun ia sadar bahwa Leo nya masih ada di dunia ini tapi hari ini berapa kalipun ia terbangun semuanya adalah nyata sosok itu tak ada lagi senyuman indah itu akan sirna. Suara tangisan dari semua orang itu cukup menyadarkannya.

Hanum tak ingin menangis lagi, Cukup ia rasa sudah cukup untuknya seperti yang ia inginkan Ia ingin Leo hidup aman nyaman dan bahagia dimanapun putranya berada.

Hanum mengecup bibir Anaknya merasakan dingin "Anak kuat Bunda"

_____

Ginan menatap jendela yang terbuka angin dari luar menerbangkan gorden membiarkan cahaya masuk ia belum beranjak dari posisi ini, sejak Leo pulang kembali ke rumah.

Air matanya pun sudah kering terkuras habis.

Suara tangisan dari lantai bawah tak membuatnya ingin bergabung dengan mereka. Ginan meremas bantal itu dengan cukup kuat, Aroma yang membuat Ginan kembali menangis dengan begitu keras.

"Kakkkk" Gilang membuka pintu kamar, Ia bersyukur menemukan Kak Ginan setelah mencari sang kakak di berbagai tempat.

Gilang menghentikan langkahnya, Mengepalkan tangannya  kuat "Kak, Leo udah mau di mandiin"

Gilang menarik nafas, Melangkahkan kakinya dengan perlahan masuk setiap sudut dari ruangan ini cukup membuat hatinya berdenyut dengan sakit.

Ia menatap sang Kakak, tak beda jauh dengan semua orang kondisi kak Ginan pun lebih parah "Kakak nggak mau liat Leo terakhir kalinya?"

"Lo percaya ini?" Tanya Kak Ginan, Ia menoleh ke arah sang adik, Dan dalam posisi ini Gilang dapat melihat betapa hancurnya sang kakak.

Gilang hanya menggeleng "Gue nggak mau percaya," Ucapnya, Gilang menarik sang kakak memeluknya dengan erat "Hati gue sakit kak"

"Kenapa Lo buat video itu?" Tanya Ginan.

Gilang terdiam "Gue nggak tau, Karena setiap lihat Leo gue rasa gue harus selalu abadikan momen dia, awalnya gue cuma iseng tapi semakin kesini gue rasa itu udah jadi rutinitas gue setiap apa yabg dia lakukan" Gilang menarik tubuh sang kakak "Leo bilang ke kita hari itu kan? Kalau dia pergi ucapkan terima kasih, Keajaiban Tuhan untuk dia sudah begitu banyak"

"Kak" Panggil Gilang lagi "Ucapkan selamat tinggal untuk adik hebat kita"

____

Ayah menatap kedua putranya yang turun bersama, Ia bersyukur Ginan sudah ingin bergabung seberapa banyak ia membujuk anak pertamanya tak ingin di ganggu.

Ginan mengambil posisi di samping Bunda, Membuka pelan kain yang menutupi wajah sang adik Ginan menahan nafas merasakan hatinya yang kembali seperti di pukul dengan ribuan batu.

Ia merasakan elusan pelan di punggungnya, Ginan melihat ke arah Bunda wanita tersebut tersenyum entah mengapa membuat Ginan  semakin terisak dan akhirnya berakhir ia kembali menangis dengan begitu keras

Dan hanya suara tangisan dari anak pertama itu yang kembali memenuhi ruangan yang baru saja beberapa menit yang lalu hening.

Ginan menarik nafas melenyapkan segala sakit hatinya dahulu ia tersenyum mengelus pipi sang adik "Adik hebat kakak, Leo udah bahagia? Maafin kak Ginan nggak banyak berbuat apapun untuk Leo, Terima kasih untuk semua yang Leo berikan untuk semua orang disini. hati kak Ginan sakit tapi semua orang bilang kak Ginan nggak boleh gitu, tapi kamu ngerti kan? Leo..Terima kasih sudah terlahir jadi adik kakak, terima kasih untuk semua tawa bahagia yang Leo berikan disini pergi dengan tenang adik kakak tersayang"

Mbak Anggun yang tak jauh dari mereka meraih tangan Ayumi yang ikut kembali menangis, Ia masih sedikit kuat tapi tidak dengan wanita di sampingnya.

"Kamu harus kuat" Ucap mbak Anggun pada wanita itu "Ada Tante Hanum om Hengki apalagi Gilang yang harus kamu rangkul"

Ayumi menggeleng, ia ingin melakukan hal itu juga tapi suara Leo memenuhi pikirannya. Ia merindukan anak itu bahkan saat tubuh Leo masih ada di hadapannya, Bagaimana jika tubuh itu tak terlihat untuk selamanya?

Walaupun ia berpacaran dengan Gilang cukup lama, tapi  ada satu orang yang membuat Ayumi rela bolak balik Jakarta Bandung hanya untuk melihat anak yang sebentar lagi tak akan pernah ia lihat.

"Bagaimana kalau aku kangen dia mbak?" Tanya Ayumi, Ia menatap Dokter Anggun tak peduli lagi dengan air matanya yang kembali mengalir dengan begitu deras.

Anggun menarik Ayumi memeluk erat wanita itu "Leo akan selalu ada di hati kita semua"

Leo benar-benar pergi, Tak ada penyesalan dari anak itu ia bersyukur di pertemukan dengan keluarganya yang begitu menyanyanginya dengan begitu tulus, ia mendapatkan cinta yang begitu banyak dari semua orang.

"Ayah, Bunda , Kak Ginan Dan Kak Gilang Mbak Anggun, Ci Ayumi, Arlan Terima kasih sudah bersama Leo, Semoga kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya, Kehidupan yang lebih bahagia"

_END_

-SalamManisDariPenulis

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang