SELAMAT MEMBACA
_____"Kak, Botakin saya sekarang!" Ucap Leo, tersenyum kepada kakak pencukur tadi.
Gilang terdiam, bahkan ia sudah memundurkan langkahnya memegang kursi yang tepat berada di sampingnya. Ia menoleh ke arah Kak Ginan walau terlihat tenang tapi tangan kak Ginan mengepal kuat.
Kakak pencukur itupun bingung, Ia menatap kedua Pria yang datang bersama anak ini keduanya juga terdiam membuatnya semakin bingung.
"Kenapa di Botakin, kan ini udah bagus" Ucapnya.
"Dua hari lagi saya kemo, Daripada nyusahin orang rumah sakit buat buang rambut saya mending di habisin di disini aja"
Mas pencukur itupun ikut terdiam.
"Lakukan saja" Ucap Kak Ginan yang akhirnya berbicara sejak ia diam tadi, ia berjalan mendekat duduk di kursi di samping Leo "Tapi lakukan hal yang sama pada saya"
"Kak!" Tegur Leo.
"Diam kamu!" Ucap Kak Ginan ia menatap kakak pencukur yang masih bingung "Nggak apa-apa"
"Yaudah botakin kami semua" Ucap kak Gilang yang ikut duduk di kursi.
"Kakkkkk" Leo menatap aneh kepada kedua kakaknya padahal niat ia kesini bukan untuk berakhir seperti ini.
____
Bunda mengerjapkan matanya beberapa kali, Menatap ketiga anak laki-laki yang baru saja muncul dari balik pintu.
"Kalian kenapa jadi tuyul" Tanya Bunda mulai tak terima dengan apa yang dilakukan putra-putranya.
Gilang menyengir mengusap kepalanya "Ini model rambut yang lagi trend bunda"
"Kamu juga?" Tanya Bunda pada Kak Ginan.
Kak Ginan pun hanya mengangguk meneruskan langkahnya untuk duduk di sofa. Bunda menepuk kepalanya merasa frustrasi.
"Jangan senyum kamu!" Tegur bunda pada Kak Gilang, Kala anak itu sedari tadi menyengir sembari bercermin di handphone.
"Bun, Dokter...." Langkah ayah terhenti, Ia menatap putra-putranya satu persatu "Kalian mau daftar jadi biksu?"
"AYAHHH!" Seru mereka bertiga tak terima.
"Tampan banget kamu" Ayah menepuk pelan kepala kak Gilang merasa bangga dengan putranya.
Gilang lagi-lagi menyengir, melihat bunda yang melotot membuatnya kembali memasang ekspresi datar "Gilang tau kok Yah" Ucap Pria itu kembali bangga.
_____Hanum menatap dokter Doni, Ia merasakan pegangan kuat pada tangannya, suaminya yang melakukannya, Hanum sudah mempersiapkan segala mental dan perasaan untuk bertemu dengan dokter dari putranya ini, Karena baginya bertemu dengan dokter Doni adalah salah satu hal yang cukup menguras emosinya.
Dokter Doni membalikkan layar komputernya, menunjukkan gambar yang hampir menemani Hanum sejak dahulu.
"Ini sudah menyebar ke lever" Ucap dokter Doni "Pengangkatan pun pasti akan lebih sulit"
"Jadi apa yang harus kita lakukan dok" Hanum tersenyum getir setetes air mata kembali terjatuh, ia hanya ingin mencari cara dengan begitu Leo nya bisa bertahan.
Terdengar helaan nafas yang begitu panjang dari dokter Doni "Kemo nya akan kita lanjutkan, itu satu-satunya cara untuk menghambat penyebaran"
_____
"Jangan nangis di depan Leo" Pinta ayah, ia menghapus air mata istrinya "Aku tau kamu sedih, Aku juga nggak pernah melarang kamu untuk menangis" Hengki memeluk istrinya "Tapi untuk di depan Leo jangan lakukan itu sayang, Bagaimana bisa anak kita lebih kuat kalau kita seperti ini"
Terdengar isakan dari bunda Hanum kali ini lebih kuat, sedang Ayah menepuk pundak istrinya menenangkan. Mereka kembali jatuh dalam perasaan dimana mereka menjadi orang tua yang tidak akan berguna untuk putranya, Leo kembali sakit dan kali inipun lebih parah dari sebelumnya.
Tak ada lagi operasi harapan dari sel kanker itu hilang, Mereka hanya melakukan penghambatan guna tidak terjangkit ke organ lainnya, Tapi apakah itu akan berhasil? Melihat Leo kesakitan menahan obat itu masuk saja membuat mereka kembali merasa menyesal.
"Bundaaaa" Mereka berdua menoleh melihat putra keduanya yang datang dengan nafas yang memburuh.
"Bunda Leo Bun" Tunjuk Gilang tak tentu arah, perasaan cemas sudah menguasai tubuhnya.
"Leo"
Leo mengatur nafasnya, Seakan udara saat ini menjauhinya ia menatap bunda rasa sakit dari seluruh tubuhnya mengambil alih.
"Pegang tangan bunda nak"
"Silahkan tunggu diluar" Perintah perawat kala baru saja datang, Sedangkan dokter Doni sudah mulai penanganan.
Hanum melepaskan perlahan pegangan putranya, Melihat mata sayu itu tertutup perlahan.
_____
Bunda menatap dokter Doni dengan pandangan kosong "Maksud dokter?" Tanyanya sekali lagi.
"Kita pantau Leo di ICU" Ulang dokter Doni.
Kaki bunda melemas terjatuh begitu saja, Ia tak peduli dengan orang-orang yang melihatnya saat ini.
"Kemungkinan untuk kemoterapi kedua di tunda sampai keadaan Leo benar-benar stabil" Lanjut dokter Doni "Saya harap kalian semua kuat, Karena Leo juga kuat dia berhasil membuat banyak keajaiban sejak saya merawat dia" Dokter Doni menatap Bunda Leo "Dia satu-satunya pasien saya yang bertahan dengan diagnosa penyakit yang sama, Jadi kalian harus lebih kuat dibandingkan orang tua yang lainnya, Karena kalian diberikan anak yang biarpun sesakit apa ia tidak menyerah"
Tangis Hanum semakin pecah. Leo nya memang seluar biasa itu "Boleh saya liat dia dok"
Dokter Doni mengangguk "Silahkan, Saya pamit"
____Bunda menghapus air matanya berusaha menguatkan dirinya , melihat Leo yang kembali kesini dengan berbagai alat mengerikan itu membuat hatinya kembali sakit.
"Maafin Bunda" Hanun mencium jemari putranya "Maaf bunda selalu maksa Leo buat untuk bertahan" Hanum tersenyum namun air matanya semakin mengalir dengan begitu deras "Bunda takut, kalau Leo kayak gini"
Hanum mengelus pelan rambut Leo "Leo capek?" Tanya nya bergetar tapi ia tetap mempertahankan senyum dengan air mata yang masih saja terjatuh "Kalau gitu biar bunda aja gantiin Leo, Bunda siap, bunda bakalan lakukan apapun asalkan Leo nggak begini" Lanjutnya.
Hanum mengusap air matanya "Bunda cuma mau minta Leo jadi anak yang bahagia, aman, nyaman di manapun Leo berada"
"Bunda dulu merasa menjadi ibu yang begitu sempurna ketika tuhan menitipkan anak luar biasa seperti Leo, Leo adalah alasan kenapa bunda sekuat sekarang" Hanum mengelus pipi Leo dengan hati-hati, Jika seperti ini ia jadi merindukan senyuman tulus yang begitu menghangatkan hati semua orang itu, Senyuman yang hanya bisa di dapatkan dari orang yang sedang berbaring nyaman di hadapannya ini.
"Bunda kali ini nggak memaksa untuk Leo bertahan disini" Hanum merasakan denyutan di hatinya kali ini begitu sakit "Karena apa yang bunda bilang tadi, Bunda hanya ingin Leo bahagia aman nyaman di manapun Leo berada, Sekalipun itu di dalam pelukan tuhan"
Hanum mengepalkan tangannya "Leo, anak bunda kalau Leo merasa Leo udah nggak bisa, bunda bakalan ikhlas karena bunda nggak mau anak kesayangan bunda menderita dengan begitu banyak"
"Bunda bilang seperti ini bukan karena bunda nggak sayang Leo, tapi ini satu-satunya cara untuk bunda izinkan Leo untuk bahagia".
____
Segini aja dulu..Part selanjutnya minggu depan Pokoknya wkwkwk
Intinya vote dan komen
-SalamManisDariPenulis
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO ✔️
Genç KurguTentang Leo si pemilik senyum manis Yuk Follow dulu baru baca 5-November-2022 peringkat 1 #Sick 23-November-2022 peringkat 1#sickstory 12-September-2023 Peringkat 1 #brother