EMPAT TIGA

3.7K 270 23
                                    

SELAMAT MEMBACA

______

Arlan mengantar Leo kembali ke ruangan setelah menghabiskan hampir satu jam di atas, dengan pelan membuka pintu ruang rawat Leo Arlan tersenyum puas dengan pemandangan yang tersaji saat ia membuka pintu ia melirik ke arah Leo yang kini sudah mematung.

Ini bagian dari rencana mereka sebenarnya.

"Selamat ulang tahun anak bunda" Bunda segera menghampiri membantu Arlan untuk membawa Leo masuk. Leo mengikut saja ketika bunda menyuruhnya untuk duduk di sofa besar yang entah sejak kapan sudah ada di dalam ruang rawatnya.

Tempat ini bahkan sudah di sulap dengan sekian rupa tak lupa dengan kue ulang tahun berwarna putih yang terletak di meja.

"Tiup lilinnya!" Perintah Bunda ketika selesai menyalakan benda itu, Melihat Leo yang kini sudah menutup mata, Hanum mengigit bibirnya memalingkan wajahnya ketika merasa matanya sebentar lagi akan mengeluarkan cairan bening itu.

"Udah?" Tanya ayah, Ketika melihat istrinya yang pastinya tidak akan sanggup melihat Leo lagi.

"Padahal Leo nggak perlu di rayakan lagi, Leo udah besar" Ucap Leo.

"Lo mau anggap Lo udah besar tapi Lo masih anak kecil bagi kami" Ucap Gilang, Ia berjalan menyodorkan sesuatu kepada sang adik "Hadiah dari gue"

"Tumben" Ucap Leo.

"Hitung-hitung gue menghemat selama ini nggak kasih Lo kado" Ucap Kak Gilang sembari tertawa.

Leo mendengus tak ayal ia mengambil paper bag yang diberikan sang kakak Leo menggerakkan tangannya memanggil Kak Gilang menyuruh sang kakak lebih mendekat.

"Lo mau apain gue?" Tanya Gilang waspada.

"Sini aja!"

Gilang akhirnya menurut mendekatkan tubuhya pada Leo, Gilang membeku saat merasakan tangan kecil itu melingkar di perutnya. Ini seharusnya menjadi momen yang bahagia untuk Gilang tapi ia malah merasakan air matanya yang terjatuh.

"Sial, Gue nangis" Ucapnya menghapus jejak air mata yang tak sengaja jatuh berakhir dengan Gilang yang memilih berjalan bersembunyi di belakang kak Ginan.

Ginan berbalik sembari tertawa tersadar dengan tangisan pria di belakangnya kini semakin terdengar.

Mereka yang melihat itu hanya tertawa mengerti akan perasaan Gilang yang pasti saat ini sedang bercampur aduk.

"Keinginan Leo apa?" Tanya Bunda, Ia menatap Leo dengan mata berbinar sedang Leo mulai berpikir, memastikan keinginannya adalah keinginan yang tidak akan ia sesalkan.

"Leo punya dua keinginan" Ucap Leo melihat mereka semua yang berada di ruangan saling tatap.

Bunda yang mendengarnya tak perlu berpikir lalu mengangguk, apapun itu ia akan mengabulkannya.

"Pertama, Leo mau pulang ke rumah" pinta Leo, membuat ayah dan bunda terdiam tak menyangka dengan permintaan putranya.

"Le" Kak Ginan menatap sang adik "Dua hari lagi kamu kemo, Ini bukan waktunya untuk pulang"

Leo tersenyum kepada sang kakak lalu menatap bunda yang masih terdiam "Ayolah Bun, Setidaknya sebelum pengobatan Leo mau tinggal di rumah"

Hanum menarik nafas, permintaan dari Leo sebenarnya cukup di luar dari pemikirannya ia tak pernah menyangka anak itu akan meminta hal seperti itu.

"Kita pulang besok" Ucap Bunda.

Leo akhirnya tersenyum puas.

"Apa permintaan keduanya, Untuk hal yang lebih dari itu bunda nggak bakalan izinkan"

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang