SELAMAT MEMBACA
_____Suara gemercik air dari genteng rumah membuat Leo masih ingin berlama-lama di teras kamarnya, rasanya begitu dingin jika dahulu ia dilarang untuk seperti ini karena setelahnya pasti ia akan jatuh sakit tapi sekarang tidak lagi. Entah Leo harus bersyukur akan kesembuhannya atau sebaliknya.
Sudah berapa kali gedoran pintu ia dengar tapi Leo belum berniat untuk membukanya, Leo tau itu ayah dan kak Ginan yang bergantian datang memastikan apakah ia masih belum ingin di ganggu.
Menyendiri adalah bentuk penyembuhan hati untuk Leo sekarang, dahulu pasti ayah akan mengajaknya makan es cream atau membelikannya cokelat tapi sekarang itu bukanlah hal yang harus Leo pinta lagi.
Leo mengangkat kaos yang ia pakai memastikan lagi bekas tendangan Roni, Memar jelas terlihat membayangkan betapa kerasnya pukulan tersebut. Bahkan pukulan itu membuat ayah dan Bunda bertengkar hari ini, Leo selalu saja membuat masalah.
Leo melihat ponselnya yang terletak di atas meja melihat layar dengan panggilan dari Arlan, Leo menghela nafas segera mengambil benda itu.
"Lo nggak apa-apa?" Tanya Arlan.
"Bunda marah sama gue" Ucap Leo.
"Le...keadaan Roni nggak baik,"
"Gue mau merasa bersalah tapi gue nggak ada waktu buat rasain itu Lan, Dan mungkin ini sebagai balasan dari apa yang dia lakukan selama ini"
"Gue ke rumah lo ya, gue nginap disana aja"
"Gue mau sendiri, Lan Makasi dan untuk ucapan Roni tadi gue harap lo nggak ambil hati, Papa Lo udah bahagia disana"
Terjadi jeda beberapa saat, Leo menghembuskan nafasnya "Gue tutup, Besok kita makan enak gue yang traktir!"
Leo mematikan panggilan, Meletakkan ponselnya dengan pelan akhirnya Leo memilih masuk ke dalam kamar mengunci rapat pintu terasnya,lalu menyalakan televisi, malam ini ia tak ingin di ganggu tak peduli lagi jika televisi itu akan menyala sampai besok pagi setidaknya suara dari benda itu mengantarkan tidurnya.
—
Leo bergabung di meja makan, setelah ayah memaksanya untuk ikut, Kak Ginan dan Kak Gilang bahkan sedari tak fokus untuk makan hanya memandangi dirinya yang hanya menyendok bubur dengan beberapa sayuran yang Bibi buatkan pagi ini. Mungkin Ayah pun juga begitu walaupun Pria paruh baya itu tak terlalu menampakkannya, Leo tahu mereka semua khawatir tapi Leo memilih tak peduli, sesekali ia menatap Bunda yang masih diam pagi ini, kemarahan Bunda belum redah juga.
Leo meletakkan sendoknya perlahan, membuat Bunda baru mengangkat kepalanya melihat perubahan dari raut wajah wanita itu sedikit membuat Leo bersyukur setidaknya Bunda masih sedikit peduli.
"Kenapa?" Tanya Hengki, menatap Putranya lekat.
"Leo udah telat" jawab Leo, Ia mengambil beberapa vitamin yang di siapkan Bibi tadi di nampan meneguknya sekaligus membuat Hengki terkejut begitu pula kedua kakaknya.
"Biar ayah yang antar" Ucap Ayah menawarkan diri.
"Leo bareng Arlan Yah" Tolak Leo.
"Nanti biar kakak yang jemput" Tawar Kak Ginan pula.
Leo menimang perkataan sang kakak lalu mengangguk "Kelas Leo selesai jam empat"
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO ✔️
Teen FictionTentang Leo si pemilik senyum manis Yuk Follow dulu baru baca 5-November-2022 peringkat 1 #Sick 23-November-2022 peringkat 1#sickstory 12-September-2023 Peringkat 1 #brother