TUJUH BELAS

4.3K 284 8
                                    

SELAMAT MEMBACA
____

Sehabis makan malam Leo memilih menghabiskan waktunya di ruang keluarga, sayup-sayup suara dari televisi membuat Leo semakin mengantuk. Hanya ia yang tersisa disini, Kak Ginan dan Gilang sempat menemaninya satu jam yang lalu tapi keduanya berpamitan untuk menyelesaikan tugas di kamar masing-masing. Ayah dan bunda pun, sehabis makan mereka memilih untuk masuk ke dalam kamar.

Ci Ayumi sedang membantu Bibi di dapur, sempat Leo mendengar ucapan bunda kepada pacar kak Gilang untuk tak melakukan hal itu tapi ci Ayumi menolak, Ia hanya ingin membantu katanya.

Leo mengelus perutnya merasakan nyeri yang belum saja menghilang, sesekali meringis kala rasa sakit itu begitu tak tertahankan untuknya. Akhirnya Ia menyerah meraih remot televisi menekan tombol merah bersamaan dengan layar besar itu kembali menghitam. Leo Berniat untuk masuk ke kamar juga.

Langkah Leo terhenti ia memegang sisi sofa merasakan perutnya yang kembali seperti terlilit.

"Bun...." Panggil Leo lirih ia menahannya dengan begitu baik saat ini. Menguatkan pegangan tangannya pada sisi sofa  tapi sayang tenaganya tak sekuat itu Leo membiarkan tubuhnya terjatuh begitu saja.

"Le, kamu mau maka...." langkah ci Ayumi terhenti wanita itu membulatkan matanya melihat Leo yang sudah terduduk di lantai, piring berisi buah yang di pegang ci Ayumi pun sudah jatuh di lantai menimbulkan suara dentingan yang cukup kuat. Dengan beberapa pecahan kaca yang berserakan, Wanita itupun tak perduli.

"LEOOOOOOOOOOO" Ci Ayumi segera berlari. Teriakan itupun mengundang ayah, Bunda dari lantai atas.

"Kenapa?" Tanya Ayah, Wajahnya di penuhi peluh dipaksa berlari dari lantai dua, Juga bunda yang dengan raut wajah yang begitu khawatir.

Bunda menghampiri Leo  "Kamu kenapa?" bunda mengelus pelan wajah putranya melihat Leo yang semakin kesakitan membuatnya semakin khawatir.

"Ayah hubungi dokter Doni" Ayah berjalan menjauh mengambil handphonenya  sesekali melihat putranya yang masih meringis kesakitan.

"Kakak bantu" Kak Ginan menaikkan Leo di punggungnya dengan bantuan Gilang "Lo buat kita semua jantungan lagi Le" Ucap Kak Gilang.

____

Dokter Doni tersenyum kepada kedua orang tua Leo, Ia sudah sangat jarang bertemu dengan Leo walaupun sesekali ketika anak itu check up akhir-akhir ini Leo tak pernah sakit hal itupun membuatnya bersyukur.

"Lemas banget ya?" Tanya dokter Doni, Sejak ia datang ia hanya sekali melihat Leo yang membuka matanya memastikan siapa yang datang "Masih mual?" Tanya dokter Doni lagi sedangkan Leo hanya menggeleng  "Leo lebih baik ke rumah sakit ya" saran dokter Doni.

"Nggak usah dok" Ucap Leo "Leo udah nggak apa-apa"

Ucapan Leo membuat Dokter Doni tersenyum tipis, anak ini tak pernah berubah dari dulu.Rumah sakit akan selalu menjadi musuh untuk Leo.

"Kalau nggak ada perubahan ke rumah sakit aja" Ucap dokter Doni kepada kedua orang tua Leo. Hanya Ayah yang mengangguk. Sedang bunda masih duduk di samping Leo jangan di tanya seberapa khawatirnya ia.

"Kita ke rumah sakit aja" Ucap Bunda, Melihat Leo yang kembali menggeleng.

"Leo beneran nggak apa-apa Bun"

___

Ayah mengantar Dokter Doni sampai ke depan sekali lagi mengucap terima kasih kepada dokter tersebut.

"Kalian tahu kan? Yang saya maksud setelah operasi, penyakit bawaan tidak akan pernah hilang tapi pencegahan harus selalu di lakukan, Leo bisa sembuh dari penyakit itu tapi untuk daya tahan tubuh Leo sejak lahir itu berbeda, ini hanya sekedar saran batasi kegiatan Leo jangan sampai dia kecapean"

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang