SELAMAT MEMBACA❣️
_____Dua hari mendekam di ruang ICU, Bahkan hari ini pun kondisi Leo tak kunjung membaik.
Seperti pagi sebelumnya bunda datang menyuapinya memasukkan bubur yang sama sekali sulit untuk masuk.
Leo menggeleng berhenti pada suapan kelima "udah Bun"
Bunda menghela nafas lalu mengangguk meletakkan sisa bubur yang bahkan setengah dari mangkok pun tak habis ia mengusap wajah putranya.
Leo menatap Bunda dengan tulus, Kehitaman di bawah mata dari bunda cukup membuatnya kembali merasa bersalah.
"Bunda nggak pulang? Lea siapa yang jaga?" Tanya nya, berharap setelah ini bunda benar-benar akan pulang untuk beristirahat sejenak. Walaupun keadaannya tak kunjung membaik Leo tak ingin semua orang ikut jatuh sakit.
Bunda tersenyum ia menggenggam tangan putranya dengan begitu erat "Maafin bunda"
Untuk kesekian kalinya tangisan itu kembali terdengar dari wanita yang melahirkannya ini, Leo tak bisa melarang untuk kedua orang tuanya tak menangis dihadapannya. Ia tau semua orang pasti sedang merasakan itu.
Leo sendiri pun tak mengira bahwa ia benar-benar akan mengulang pengobatan yang sama untuk ketiga kalinya. Ini bukan hal mudah untuknya ia sendiripun belum menyetujui untuk pengobatan yang telah di rencanakan dokter Doni.
"Bun, jam besuknya udah habis" Ucap Leo "Leo minta bunda pulang istirahat, Ada perawat yang jaga Leo disini"
Bunda Hanum menghapus air matanya memberikan kecupan singkat di kening putranya "Nanti malam ayah kesini, Leo baik-baik ya"
Leo mengangguk lemah melihat sang ibu yang dengan berat hati meninggalkan ruangan.
Bunda tersenyum kepada salah satu perawat yang menjaga "saya titip anak saya"
_____
"Dua hari lagi ulang tahun Leo" Kata Gilang, ia membuang puntung rokok yang sama sekali belum terhisap olehnya. Ia menatap benda yang sudah tak berbentuk itu di tanah.
"Sejak kapan Lo ngerokok?" Tanya Ginan tak percaya dengan apa yang ia lihat, Jika bunda mengetahui hal ini tamatlah riwayat dari sang adik.
Gilang tertawa "Gue baru berniat memulai tadi, tapi udah ketahuan duluan sama Lo" ucapnya menatap ekspresi terkejut sang kakak "Lo liat gue aja kayak gitu apalagi bunda"
"Bunda sama ayah nggak pernah ngajarin kita buat lakukan hal-hal yang bisa merugikan kita sendiri" Jelas Ginan mengulang ucapan kedua orang tuanya.
"Lo belum tanggapin pertanyaan gue tadi kak"
"Ulang tahun Leo?" Tanya Ginan, kembali pada percakapan sebelumnya. Akhirnya terdengar helaan nafas "Doain aja Leo keluar dua hari lagi, Walaupun nggak mungkin kalau di lihat dari kondisinya sekarang."
"Gue punya kado buat dia" Gilang menoleh ke arah sang kakak menatap kak Ginan "Kali ini pastinya lebih baik dari tahun sebelumnya"
"Tahun lalu Lo kasi dia sate mas Yono"
Gilang tertawa "Tapi Lo liat dia bahagia kan kak?"
Ginan akhirnya ikut tertawa menyadari hal itu, sedari dulu hal-hal begitu sederhana mampu membuat Leo tertawa, Seperti meminum es jeruk di pagi hari ataupun memakan sate mas Yono tanpa larangan bunda.
Tak heran jika tawa dan senyum leo mampu membuat mereka begitu terhipnotis tak ada yang bisa mengelak, Bahwa leo adalah salah satu dari 7,94 miliar jiwa di dunia ini yang memiliki senyum tertulus yang pernah ada.
Bahkan dua hari ini pun Ginan belum bertemu dengan sang adik, Ruangan yang Leo tempati sekarang bukanlah ruangan yang begitu mudah untuk di masuki. Pengunjung terbatas dan waktu bertemu yang singkat maka dari itu Ginan dan Gilang mendahulukan ayah dan Bunda.
Bunda di pagi hari dan ayah di malam hari. Walaupun seperti itu doa dan harapan itu akan selalu mengalir, Ginan akan berharap sekali lagi kepada tuhan untuk tidak memberikan rasa sakit lagi kepada adiknya menyaksikan Leo untuk merasakan hal itu beberapa kali rasanya sudah cukup.
Ginan masih percaya dengan keajaiban tuhan untuk nya dan keluarganya. Selama ia percaya itu tidak akan pernah menjadi hal yang tidak mungkin.
Pandangan Ginan tanpa sengaja terjatuh pada sosok wanita yang berdiri di sana menatapnya dengan senyuman lebar dari bibirnya.
Ginan menghela nafas.
_____Jantung Ginan berdegup dengan kencang, Bahkan untuk membuka pintu saja ia butuh kekuatan, ia menoleh ke arah Dokter anggun yang mengangguk menyakinkan.
Ginan akhirnya membuka pintu itu pandangannya terjatuh pada sosok yang tak pernah ia lihat dua hari ini
Alat-alat itu membuat Ginan memundurkan langkahnya ia belum sanggup melihat adiknya seperti ini.
"Aku nggak bisa" Ucapnya pada dokter anggun.
"Kamu bisa sayang" Ucapnya lagi untuk menyakinkan Anggun sendiri ingin memberikan sedikit ruang untuk kedua saudara itu untuk berbicara setidaknya mereka berdua harus menyelesaikan sesuatu yang menjadi masalah.
Ginan memberanikan diri melangkah masuk lebih dalam lagi, Melihat Leo yang tertidur pulas bahkan alat-alat itu tak menganggu tidur pulas sang adik. Melihatnya saja membuat Ginan begitu tak nyaman.
"Aku beri waktu sepuluh menit" Ucap dokter anggun ia menarik kursi untuk Ginan menyuruh pria itu untuk duduk "Aku tunggu diluar"
Ginan mengangguk "Kakak disini" suara Ginan bergetar, Saat ini ia bukanlah sosok yang bisa menyembunyikan kesedihannya sama seperti yang selalu ia lakukan. "Maafin kakak, Kakak nggak bermaksud bilang seperti itu hari itu"
"Leo tau itu isi hati kak Ginan sama Kak Gilang selama ini"
"Le"
"Kata kak Gilang Leo harus berhenti diperhatikan karena dunia nggak selamanya berpusat pada Leo" Leo menatap sang kakak dengan mata sayunya "Kak Ginan nggak seharusnya datang kesini, Leo nggak mau jadi orang yang kembali menyusahkan kalian"
"Maafin kakak"
"Kak Ginan nggak salah, Leo yang salah karena terlahir seperti ini seharusnya hari itu Leo nggak usah lahir di dunia jadi kasih sayang ayah dan bunda akan adil, nggak ada yang lebih diperhatikan"
Ginan terdiam.
"Leo nggak marah sama kak Ginan dan kak Gilang Leo cuma sedikit kecewa karena selama ini Leo merasa kak Ginan dan kak Gilang ikhlas untuk apapun yang kalian lakukan untuk Leo"
Leo menatap sang kakak "Mulai sekarang berhenti lakukan seperti itu, Leo nggak butuh seseorang yang menganggap Leo sebagai beban mereka, Leo berjuang sendiri, Leo yang rasakan sakitnya sendiri, Leo nggak bakalan menyusahkan orang lagi"
"Apa karena kak Ginan dan kak Gilang nggak pernah rasakan hal itu jadi kalian dengan seenaknya bilang seperti itu, Memang alasan terbesar Leo sembuh adalah kalian tapi kalau selama ini perjuangan Leo untuk sembuh nggak ada apa-apanya untuk semuanya untuk apa Leo kembali berjuang? Leo juga capek kak"
Ginan menghapus air matanya yang tiba-tiba saja terjatuh.
Leo mengalihkan pandangannya kala melihat kak Ginan yang sudah mulai terisak "Leo belum mau ketemu kak Ginan sama kak Gilang" Ucap Leo.
_____
Maaf dan terima kasih😭
Setelah menghilang hampir kurang lebih sebulan aku kembali lagi..kemaren sibuk nyusun tugas akhir dan alhamdulillah udah official mau lulus kuliah 😭
aku sebenarnya sedikit takut untuk up lagi...
Semoga kalian masih ada untuk membaca Leo hihi
Jangan lupa vote And komen
Love Author
-SalamManisDariPenulis
![](https://img.wattpad.com/cover/241580705-288-k162006.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO ✔️
Teen FictionTentang Leo si pemilik senyum manis Yuk Follow dulu baru baca 5-November-2022 peringkat 1 #Sick 23-November-2022 peringkat 1#sickstory 12-September-2023 Peringkat 1 #brother