LIMA

6.5K 307 3
                                    

SELAMAT MEMBACA
_____

Bunda dan ayah keluar dari ruangan dokter Doni, Bertemu dengan Kak Ginan dan Gilang menunggu diluar sejak tadi, Bunda segera memeluk kedua putranya, Meluapkan kekhawatiran nya hari ini.

"Kenapa?" Tanya Gilang bingung.

Bunda menghela nafas, Melepaskan pelukannya menatap kedua putranya secara bergantian "Dia kecapean" Kalimat Bunda sederhana tapi itu adalah kalimat indah, Setidaknya tak ada kalimat kondisi Leo memburuk.

Ayah tersenyum mengusap punggung lebar milik Kak Ginan "Ayo temuin adik mu" kata Ayah membuat kedua putranya mengangguk patuh, Mengikuti langkah lebar ayah ke ruang rawat Leo.

Membuka pintu dengan pelan mendapati Leo yang sedang beristirahat sejak aksi pingsan yang membuat semua orang khawatir.

Hanya bunda yang berjalan mengambil tempat di samping Leo, Sedangkan ayah dan kedua putra lelakinya memilih menghentikan langkahnya.

Berapa kali pun mereka melihat Leo seperti ini tidak akan ada yang terbiasa, Perasaan sedih itu selalu muncul begitu pula rasa bersalah bunda karena tidak melahirkan Leo dengan sehat.

Bunda Hanum mengelus pelan puncak kepala anaknya kala melihat kening Leo berkerut, Ia menggenggam tangan Leo erat "Udah bangun?" Tanyanya lembut.

Leo mengangguk lemah, Membiasakan cahaya terang yang masuk membuat matanya sulit terbuka.

"Maaf Bunda" Lirih Leo, Lagi-lagi ia harus menyulitkan kedua orang tuanya, Bahkan ini belum sebulan sejak ia keluar dari rumah sakit tapi harus kembali lagi kesini hanya karena tubuh rapuhnya yang begitu menyulitkan semua orang.

"Leo nggak salah" Itu kata Bunda mencoba menenangkan

Tak ada jawaban lagi, Karena perlahan rasa kantuk mulai menyerang remaja itu lagi, membiarkan dirinya terlelap, Mengistirahatkan tubuhnya dahulu, Elusan lembut tangan bunda membuat Leo ingin terlelap lebih lama lagi.

------

Leo di izinkan pulang oleh dokter Doni, Walaupun Beribu-ribu syarat yang harus ia patuhi, Leo hanya mengangguk membalas setiap perkataan Dokter Doni yang sama sekali tak ingin ia patuhi.

Hanya Bunda yang sesekali mencubit pelan lengan Leo kala Putranya mengangguk terus walaupun kalimat dokter Doni belum selesai.

Bunda Hanum tersenyum kala penjelasan hampir tiga puluh menit itu selesai, Berterima kasih kepada dokter yang sudah menangani leo sejak lama.

"Kamu denger penjelasan Dokter tadi?"

"Iya Bunda"

"Jangan ke sekolah dulu! Jangan main di warnet!" Kata Bunda kejam, Membuat Leo menghela nafas panjang.

Leo kira kak Ginan tidak akan menceritakan kejadian memalukan itu kepada Bunda nyatanya tak ada rahasia jika hal itu sudah di ketahui orang lain, sesulit apapun menyembunyikannya.

Kak Ginan yang sedang duduk tak jauh tertawa ia berjalan ke arah sang adik mengacak rambut Leo yang memang sudah berantakan "Sini kakak bantu jalan"

"Leo masih bisa jalan" Ucap anak itu menolak, Memilih untuk berjalan terlebih dahulu "Ingat ya kak Ginan urusan kita belum selesai" Teriak Leo dalam perjalanannya.

Ginan yang mendengar bukannya takut ia malah menjadi lebih ingin tertawa.

Bunda yang menyaksikan hal itu menggeleng pasrah, Leo jika sehat akan berulah seenaknya. Itu sudah sifat yang tidak akan pernah bilang dari anak bungsu istimewanya itu.

Para perawat dan dokter yang berjalan di sekitar koridor rumah sakit menyapa Leo, Leo hanya melambaikan tangannya sesekali, Mereka semua tak asing bagi Leo.

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang