DIA TEMANKU

3.4K 224 17
                                    

Pagi itu, dedaunan dari pohon-pohon depan kompleks itu berjatuhan,  jalanan yang nampak begitu kotor apalagi hujan semalam menambahnya, genangan air itu nampak seperti kolam susu berwarna cokelat dan yang melihatnya pun pasti merasa tergoda

Sama dengan salah satu bocah yang sedang bermain di pinggiran genangan itu, Dan satu bocah yang berdiri di depan pagar rumah seakan hal yang di lakukan bocah yang ia lihat adalah hal yang luar biasa.

"Apa yang kamu lakukan disitu, kesini akan kutunjukkan sesuatu luar biasa"Ucapnya jemari kecil itu bergerak memanggil, dan perlahan bocah yang berdiri di depan pagar rumah tersebut dengan pelan berjalan menghampiri

"Kau lihat ini?" Tanyanya menunjuk sesuatu aneh yang berada di air.

Bocah yang di panggil itupun menggeleng tak tahu.

"Ini namanya jentik kata bunda aku ini bakalan jadi nyamuk"

"Beneran?"

Bocah itu mengangguk "Setelah hujan pasti akan banyak, jadi hati-hati jangan sampai tergigit!"

"Nama mu siapa?" Tanya bocah yang menunjukkan jentik-jentik itu.

"Arlan" jawabnya.

"Nama aku Leo" Ucap Leo menjulurkan tangan kecilnya. Membiarkan tangan Arlan ikut menjabat tangannya "Kamu mau berteman sama aku?"

Dengan polos Arlan mengangguk membuat bocah yang lebih pendek di hadapannya itu tersenyum, Dan dari situlah Arlan seakan terhipnotis dengan senyuman manis yang sampai saat ini akan selalu menjadi favoritnya.

Kilasan kenangan itu muncul air mata yang semula kering itu kembali terjatuh, Arlan berharap hari ini adalah mimpi ia ingin terbangun dan melihat Leo dengan senyuman manis yang mampu membuat rasa sakit hatinya saat ini menghilang.

Arlan pernah berpikir di dalam hidupnya, Jika tak ada Leo apa yang akan ia lakukan, Dahulu sejak ia di tinggal oleh sang Papa Leo adalah manusia pertama yang mampu menghiburnya dengan segala hal aneh yang sahabatnya lakukan.

Segala bentuk dukungan kala itu Leo berikan. Sejak saat itu Arlan berpikir Leo bukanlah sekedar teman untuknya. Ia akan melakukan apapun jika Leo yang memintanya bahkan permintaan yang diluar akal sekalipun.

Ia ingin marah kenapa Tuhan mengambil salah satu orang yang  bahkan lebih dari berarti di dalam hidupnya, ia dan Leo adalah dua orang yang tidak boleh di pisahkan.

Arlan kembali menangis kala melihat kain yang menutupi sahabatnya itu kembali terbuka, Ia sudah duduk hampir enam jam disini, ia bahkan belum berani untuk melihat wajah Leo dari dekat.

Apa yang harus ia lakukan? Arlan kehilangan arah ia ingin menyangkal semua hal yang terjadi hari ini, ia tidak siap kehilangan Leo, ia tidak akan siap kehilangan sahabatnya.

Bagi Arlan Leo adalah salah satu orang yang ia butuhkan di dunia ini, Arlan kembali menghapus air matanya.

Kilas balik perjalanan masa kecil mereka kembali terngiang. Kenangan yang sangat begitu manis Arlan sadar selama berteman dengan Leo tak ada kata pahit di dalam hidupnya. Leo memaniskan segala momen yang terjadi bahkan hal-hal yang sulit sekalipun.

"Sama seperti Lo, di dunia ini gue cuma punya teman yaitu Lo! Jadi jangan pernah tinggalin gue!" Ucapan Arlan kala ulang tahun Leo dan hari ini Leo tidak akan pernah mengabulkan permintaan itu.

Arlan merasakan pundaknya yang di peluk melihat Ayah Leo yang tersenyum tipis kepadanya.

Bersama Leo Arlan melakukan seribu hal untuk pertama kali,Dahulu arlan berpikir tidak apa-apa selagi ada Leo hidupnya akan baik-baik saja.

Arlan melihat sorot mata dengan kepedihan yang begitu mendalam dari ayah Leo, Apa yang mereka rasakan pasti begitu sakit saat sebagian dari hidup mereka hilang.

Arlan merasakan pelukan yang begitu erat dari Om Hengki "Terima kasih sudah menjadi teman anak Om"

"Dia ninggalin Arlan sendiri Om" Ucap Arlan kembali ia terisak, menumpahkan segala amarah kekesalan dan penyangkalannya hari ini.

"Leo sekarang udah sehat, Nggak sakit lagi ikhlaskan anak Om biar dia bisa pergi dengan tenang"

Arlan mengangguk...tak ada yang dapat ia lakukan saat ini marah pun tak akan ada guna nya Leo tetap akan pergi meninggalkan kenangan pedih untuk dirinya.

"Pamit dengan dia.." Om Hengki menarik tangan Arlan membawa anak itu lebih mendekat ke tempat Leo berbaring nyaman. Ia sudah memperhatikan sejak Leo kembali ke rumah Arlan belum berani untuk lebih mendekat.

Tubuh Arlan hanya diam, Tapi tidak dengan hatinya..organ itu memberontak kesakitan yang kini jauh lebih sakit dari jarak dekat seperti ini ia benar-benar sadar Leo pergi..sahabatnya tidak akan pernah kembali..ia tidak akan pernah melihat senyum indah itu..ia tidak akan pernah melakukan sesuatu lagi bersama Leo.

Arlan menarik nafas panjang, perlahan dengan gerakan yang pelan ia membuka kain itu. Apa yang Arlan rasakan ini benar-benar seperti kehancuran di dalam hidupnya.

"Izinin gue nangis untuk hari ini Le" Ucap Arlan dengan suara yang bergetar hebat, ia mencengkeram kuat kain yang ia pegang "SAKIT BANGET LEEEEEE!!" Teriak Arlan, tak peduli dengan semua orang yang hadir berfokus pada dirinya "Kenapa lo ninggalin gue, Gue hari itu minta lo berjuang sekali lagi, Gue cuma punya mama sama Lo!"

Hengki menyandarkan kepalanya pada punggung Arlan merasakan tubuh itu yang tersentak dengan begitu kuat. Membiarkan remaja lelaki itu melampiaskan semuanya karena hari ini hari terakhir tubuh Leo benar-benar bersama mereka.

Arlan mengusap pelan wajah pucat yang kini terasa dingin ketika bersentuhan dengan kulitnya  "Pergi dengan tenang, Di atas sana lo harus lebih banyak tersenyum. Hilangin semua rasa sakit lo disini. Gue bakalan ikhlas entah waktunya kapan setahun, dua tahun bahkan seratus tahun pun gue bakalan usahain"

Arlan menghela nafas panjang, kembali menutup kain menutupi wajah Leo, Dan mundur perlahan dan perlahan.

Arlan tahu itu akan benar-benar menjadi yang terakhir ia melangkah mundur artinya ia benar-benar akan melepaskan Leo.

"Maafin Arlan Om" Ucapnya, Ia tak ingin berteriak sepeti tadi, tapi otak dan pikirannya saat ini tak berjalan dengan baik.

Om Hengki tersenyum lembut mengusap puncak kepala Arlan.

Ia menatap istrinya di ujung sana, Memeluk Mama Arlan dengan begitu erat. Tangisan yang kini lebih pecah dari sebelumnya.

Hengki menatap tubuh kaku yang berbaring di tengah mereka itu.

"Ayah tau ini cukup sedih untuk kamu saksikan, tapi ayah nggak bisa larang mereka untuk nggak menangis nak" Ucapnya "Tapi satu hal yang kamu tau, kami semua akan belajar ikhlas, Kamu pergi dengan tenang. Terima kasih untuk semua kenangan manis yang sudah Leo berikan untuk semua orang yang  ada disini, ayah berjanji akan menjadi ayah yang lebih baik untuk Kak Ginan, Kak Gilang dan Lea, terima kasih sudah memberikan ayah banyak waktu untuk menikmati senyum hangat itu dalam waktu yang begitu lama, Kamu jangan khawatirkan apapun! Ayah akan jaga bunda dan berjanji akan membuat bunda bahagia, Dan tentu saja dengan sahabat kamu ini kami semua akan saling merangkul sembari perlahan menghilangkan semua rasa sesak dan sakit di hati kami "

"Makasih udah jadi sahabat gue, Dan satu lagi gue sayang banget sama Lo!"

____

Peluk Arlan dari author 🫂

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang