(1) Bertemu

1.8K 57 1
                                    

Tarik sis! Smongko!

Seisi kelas tertawa terbahak-bahak, menyaksikan kesalahan Tono dalam pembuatan vidio tik-tok.

"Iih! Tono, " rengek Alena kesal. "Pas tarik sis, lo nariknya ke samping, bukan ke bawah!" omel Alena kepada teman laki-lakinya itu. Sudah beberapa kali mereka mencoba, tapi Tono selalu melakukan kesalahan.

Devan tertawa terbahak-bahak. "Sumpah, sumpah, lo tadi kayak monyet, Ton, " ucap Devan masih dengan tawanya.

"Iri? Bilang bos! " ucap Tono, menirukan suara tik-tok yang tengah viral sekarang.

"Odading mang oleh."

Semua pasang mata kini beralih ke pintu kelas, terlihat Rifal si bocah tengil mengangkat bakwan miliknya.

"Rasanya an...jing banget! " ucap Rifal, berusaha menirukan suaranya pencipta kalimat itu.

"Beli...lah odading mang oleh--" pria itu langsung berlari kabangkunya, diikuti dengan yang lainnya. Menyadari Pak Anton, guru Penjas mereka sudah menampakkan wajah.

"Anjir bakwan gue, ampir aja jatuh, " ucap Rifal sembari menyimpan bakwannya kedalam laci.

"Iw, laci bekas tempat sepatu kemarin." Tono teman sebangku Rifal menampakkan wajah jijiknya, sedangkan Rifal terlihat santai saja.

Kelas XI IPS 1, sebenarnya jadwal kelas ini sekarang adalah olahraga. Tapi kemarin Pak anton mengumumkan, bahwa kelas XI IPS 1 membahas materi saja. Karena ada seseorang yang ia kenalkan. Benar saja, ada seorang lelaki yang terlihat masih muda mengikuti Pak Anton dari belakang.

"Ooh jadi ini orang yang ingin bapak kenal kan kepada kita? " tanya Tono dengan nada yang sengaja ia lebih-lebih kan.

"Bapak bawa anak ke sekolah? " tanya Rifal polos.

Tono mengetuk kepala Rifal, membuat pria itu mengaduh. "Masak anak Pak Anton kalem gitu, " protes Tono. Dulu Pak Anton pernah menceritakan tentang anaknya, ia mengatakan anaknya pencicilan. Sangat berbeda dengan pria didepan, ia terlihat tenang dan kalem.

Alena, sedari tadi gadis itu memperhatikan pria yang berdiri disamping Pak Anton. Alena menepuk-nepuk bahu Dea, dengan pandangan lurus kepria itu dan mata tidak berkedip.

"Ya, ya, itu siapa? " tanya Alena gemes, dengan gigi yang ia rapatkan. "Ganteng banget. " Alena terkagum-kagum melihat pemuda itu.

Dea mendengus, gadis itu terlihat tidak peduli. "Gantengan suami gue, sehun," ucap Dea santai.

Alena berdecih, teman sebangkunya itu memang tergila-gila terhadap oppa-oppa korea yang tidak pernah ia temui secara langsung.

Dengan cepat Alena mengangkat tangannya. "Bapak yang pakai baju hitam kenalan dong! " ucap Alena percaya diri. Gadis ini memang terkenal tidak punya urat malu.

"Ale--"

"Pak Anton cemburu guys..." ledek Rifal. Rifal memang tidak punya sopan-santun, memotong begitu saja ucapan Pak Anton.

Anak kelas XI IPS 1 memang bar-bar. Terakhir mereka membuka ponsel Pak Anton tanpa izin. Sesuatu yang mengejutkan mereka temukan didalam ponsel Pak Anton. Mereka menemukan foto Alena disana, alhasil sampai sekarang mereka menertawai hal itu.

Pak Anton memang guru yang terkenal santai, ia tidak terlalu memperdulikan semua omong kosong itu.

Pak Anton mempersilahkan pria itu untuk memperkenalkan dirinya.

Pria itu berdehem, terlihat ia sedikit gugup.

"Perkenalkan---"

"Aa...damage bukan main..." potong Alena histeris.

"Punya gue, punya gue, " ucap Riska semangat.

"Aduh...rasanya mao meninggal," ucap Kia, tidak kalah histeris.

Dapat dibayangkan, seorang yang kalem berbicara dengan suara berat dan sedikit serak, tentu saja itu dapat membuat kaum hawa berteriak histeris.

"Meninggal aja lo, ntar gue angkat, gue ceburin ke dasar empang yang paling dalam," ucap Rifal sembari melototkan matanya kearah Kia.

"Cewek-cewek pada lebai semua, " ucap Tono meremehkan.

"Pokoknya disini gue paling ganteng! " tegas Rifal, sembari menyeka rambutnya kebelakang. Pria itu memang tampan, tapi kelakuannya terlalu menjijikan. Terakhir pria itu mencium pantat Tono.

Pak Anton tertawa canggung ke pria itu, merasa sedikit malu akan tingkah anak muridnya. "Biasa bocil, " ucap Pak Anton sedikit meremehkan.

Pak Anton bisa dibilang cukup muda, ia belum menikah. Tentu saja ia bisa bercanda dan mudah akrab dengan para siswa.

"Pak Anton udah mulai asik sekarang, ya? " ucap Rifal sembari melirik temannya satu per satu.

"Udah! Diem!" Devan selaku ketua kelas menenangkan teman-temannya yang ribut, telinganya benar-benar terasa panas.

Pak Anton kembali mempersilahkan pria itu memperkenalkan dirinya.

Pria itu melihat satu-satu murid yang ada didalam kelas, ia meneguk ludahnya. Benar saja, ia menyesal telah memilih kelas ini. Seharusnya ia mengikuti saran temannya, untuk memilih kelas IPA saja.

"Perkenalkan, nama Bapak Jeffry Julian Pratama." Jeffry berdehem. "Panggil saja Pak Jeffry."

"Pak Jeffry ini guru PL, dia akan mengajar dikelas ini selama tiga bulan lamanya, " ucap Pak Anton, mencoba menjelaskan lebih rinci.
"Ada yang mau kalian tanyakan? "

Hampir semua siswi mengangkat tanganya, membuat para siswa mencibir.

"Minta nomor wa dong pak. "

"Bapak tinggal dimana? "

"Bapak udah punya pacar? "

"Bapak ngajar dikelas ini aja kan? Jangan bilang dikelas lain juga. "

Semua siswi dikelas XI IPS 1 mendengus. Wajah mereka tampak kecewa, ketika mendengar bel pergantian pelajaran.

Pak Anton terkekeh melihat itu. "Jam sudah habis, pertanyaan tadi jawab aja sendiri, " Pak Anton melangkahkan kakinya, diikuti oleh Jeffry dibelakang.

Dengan sigap Alena berlari menghampiri Jeffry yang hendak keluar dari kelas.

"Pak Jeffry, " panggil gadis itu.

Jeffry menoleh.

"Oi gatel banget lo! " teriak Tono dari bangkunya.

"Perlu gue kerokin nggak?! " ucap Rifal, sembari memakan sisa bakwannya yang tadi.

"Diem kalian! "

Alena yang pencicilan tersenyum manis ke jeffry, gadis itu merapikan rambutnya. Belum sempat ia membuka mulut, Buk Ina selaku guru sejarah yang mengajar dikelasnya telah menampakkan wajah. Membuat Alena langsung berlari kedalam kelas.

   

Apa yang mau kalian sampaikan ke Alena?

Kata-kata buat Jeffry dung

Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang