Sebelum membaca jangan lupa vote
Hari ini hari senin, tanggal merah. Libur ini Jeffry tidak lari pagi, tapi pergi kerumah Audrey. Satu hari kemarin Jeffry tidak melihat wajah gadis itu, membuat Jeffry merindukannya. Malam pun Jeffry sempat mengirimi Audrey pesan singkat, tapi tidak dibalas, mungkin ia sibuk.
Usai meminta izin Jeffry langsung beranjak keluar.
**
Jeffry berhenti tepat didepan rumah Audrey. Ia menghela nafas, lalu membuka helm. Pria itu tersenyum kecil, melihat Audrey yang tengah menyiram bunga. 'istri idaman, ' kata Jeffry dalam hati.
Dengan senyuman yang mengembang Jeffry mendekati Audrey. Dari dulu, entah kenapa setiap melihat gadis itu hati Jeffry menjadi tenang.
"Lagi ngapain? " tanya Jeffry langsung berdiri disamping Audrey, menoleh melihat wajah Audrey.
Audrey hanya diam, membuat Jeffry terkekeh kecil. "Mau dibantuin? "
Tidak ada sahutan membuat Jeffry merasa bingung, senyuman diwajahnya pun perlahan memudar. Tapi pria itu mencoba untuk tenang, ia memilih untuk tidak gegabah dulu. Rasanya ia tidak melakukan kesalahan, dan tidak mungkin juga Audrey marah tanpa sebab padanya.
Jeffry menghela nafas pelan, tanpa meminta persetujuan Jeffry mengambil dengan pelan penyiram bunga itu dari tangan Audrey. Tindakan Jeffry barusan sukses membuat Audrey menatap tajam kearahnya, membuat Jeffry mengangkat alis.
"Hari ini kenapa nggak lari pagi sama Rindu? " tanya Audrey, menembak Jeffry begitu saja.
Jeffry menipiskan bibirnya, ternyata Audrey melihat dirinya kemarin. Ini bukan pertama kalinya Audrey cemburu ke Rindu, tapi sudah kesekian kalinya.
Audrey bisa saja menahan dirinya ketika melihat Alena mendekati Jeffry. Karena Audrey yakin, Jeffry tidak akan tergoda oleh muridnya itu. Tapi tidak dengan Rindu. Rindu adalah sahabat Jeffry dari kecil, mereka sering menghabiskan waktu berdua. Bisa saja Jeffry jatuh cinta ke gadis itu. Jujur saja, Audrey ingin Rindu menjauh dari kehidupan Jeffry. Audrey tidak menyukai Rindu yang selalu berada didekat Jeffry. Audrey takut, posisinya tergantikan oleh Rindu.
Jeffry berdehem, mencoba untuk tenang. "Ak-" ucapan Jeffry terhenti, bukan karena apa, tapi karena tidak tahu ingin memberi alasan apa. "Ya...Biasanyakan, kamu nggak...mau diajak lari, " alasan Jeffry sambil menggaruk-garuk pipinya, melihat kiri kanan seperti orang kebingungan.
Audrey menghela nafas panjang. "Emang pernah kamu ngajak? " tanya Audrey yang terlihat mulai capek.
Jeffry meneguk ludahnya. Pria itu selalu kehabisan kata-kata ketika berhadapan dengan Audrey.
"Nggak pernah 'kan? " tanya Audrey lagi, seakan menghakimi Jeffry.
Jeffry meringis kecil. "Ya...ayuk, sekarang. "
Audrey memicingkan mata sesaat, lalu menghela nafas panjang. "Jef...bisa nggak sih...? " tanya Audrey mulai melirih.
Jeffry kembali meneguk ludahnya. Jeffry tahu kemana terbangnya pembicaraan ini. Apa lagi kalau bukan Audrey meminta Jeffry untuk menjauh dari Rindu. Jeffry menunduk. "Aku nggak bisa, Au.." ucap Jeffry mendongak, melihat wajah Audrey yang tampak kecewa. "Dia sahabat aku."
Audrey menggeleng kecil. "Tapi aku pacar kamu. Aku bisa jadi teman, atau sahabat kamu sekali pun. " balas Audrey. "Kalau sedih nggak harus ke Rindu 'kan? " raut wajah Audrey berubah menjadi sendu. Setiap sedih Jeffry selalu lari ke Rindu, bukan kedirinya. Membuat Audrey merasa tidak becus menjadi pacar Jeffry. Membuat Audrey merasa sedih, seakan Rindu lebih Jeffry butuhkan dibandingkan dirinya.
Jeffry menggeleng pelan. Setiap sedih ia tidak lari ke Rindu. Tapi Rindu lah yang selalu ada ketika ia sedih. Membuat Jeffry menumpahkan kesedihannya ke Rindu.
Jeffry tersenyum kecil, tangannya meraih sebelah pipi Audrey, lalu mengelus dengan lembut. "Udah, ya. " ucap Jeffry tenang. "Rindu itu sahabat aku, nggak lebih. " lanjut Jeffry, beralih mengusap surai hitam Audrey.
"Aku cintanya sama kamu, bukan sama Rindu. "Setidaknya pernyataan Jeffry barusan membuat Audrey sedikit merasa tenang. Audrey cemburu, pertanda ia begitu mencintai Jeffry.
"Udah, ya? " tanya Jeffry, lagi.
Audrey mengangguk kecil. "Ada aku. Kalau ada apa-apa jangan keperempuan lain. "
Jeffry meneguk ludah mendengar itu. Jeffry tidak bisa mengiyakan pernyataan itu. Sahabat mana yang bisa jauh dari sahabatnya sendiri? Terlebih lagi mereka bertetangga. Rindu bukannya hanya sahabat Jeffry, tapi ia bisa menjadi sosok kakak perempuan untuk Jeffry, walau umur gadis itu jauh lebih muda dari Jeffry.
Raut wajah Audrey yang berubah membuat Jeffry menghela nafas.
Jeffry mengangguk kecil, lalu membawa Audrey kedekapannya. Jeffry paling tidak mau melihat Audrey sedih. "Aku cintanya sama kamu, Au..." ucap Jeffry sembali mengelus surai hitam Audrey. "Bukan ke Rindu, atau yang lain..."
"Bullshit, Jef. "
Jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...