Hari ini hujan, membuat Jeffry tidak bisa pulang kerumah. Sebenarnya hari ini Jeffry dan Audrey berencana, sepulang sekolah mereka akan menghabiskan waktu berdua sambil merayakan ulang tahun Jeffry.
Iya Jeffry hari ini ulang tahun.
Sambil menunggu hujan reda, Jeffry memilih menyendiri dibelakang sekolah. Pria itu menyandarkan tubuhnya ketembok dengan kedua tangan yang masuk kedalam saku.
Jeffry memicingkan matanya, menikmati rintik-rintik hujan yang turun. Suara hujan begitu menenangkan bagi Jeffry.
Perlahan tangan Jeffry terangkat, menampung rintikan yang jatuh. Tangan Jeffry terasa dingin karena itu, tapi Jeffry menikmatinya.
Senyum kecil terukir dibibir Jeffry. Jeffry teringat waktu dimana ia mengungkapkan perasaannya kepada Audrey ditengah-tengah guyuran hujan. Dan besoknya Audrey tidak masuk sekolah karena demam.
Jeffry tersenyum, sambil menggeleng kecil. Masa Sma memang paling indah, tapi itu ketika kelas satu saja. Ketika Jeffry kelas dua semuanya berubah. Semuanya berubah begitu cepat, dan perubahan itu sampai sekarang belum pulih dan terasa menyakitkan untuk Jeffry.
Jeffry menghela nafas berat, dan menurunkan tangannya. Mama Jeffry terus saja menanyakan Alena. Sedangkan Alena? Seharusnya gadis itu sudah mulai sekolah hari ini. Tapi sahari tadi Jeffry tidak melihat wajah Alena. Bahkan tadi Jeffry sempat mencarinya, berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang dimana Alena salalu menemui Jeffry.
Benarkah Alena membenci Jeffry karena ciuman itu? Jika benar, Jeffry menyesali perbuatannya waktu itu.
Kali ini Jeffry membutuhkan Alena. Jeffy telah berjanji kepada sang Mama untuk membawa gadis itu kerumah.
Langkah Alena terhenti ketika melihat sosok lelaki tampan yang bersandar ditembok.
Tatapan mereka bertemu.
Cepat-cepat Alena menyembunyikan sesuatu yang ia pegang kebelakang tubuhnya.
Alena memang mencari lelaki itu sedari tadi, tapi ketika bertemu perasaan takut untuk menghampiri menyelimuti diri Alena. Alena ingin pergi, tapi kaki Alena terasa kaku untuk melangkah.
Jeffry melihat Alena dengan mata sendu. Jeffry tahu Alena merasa takut, terlihat jelas dari raut wajah Alena.
Jeffry juga merasa gengsi memanggil Alena untuk mendekat. Jeffry hanya bisa berharap Alena menghampiri dirinya, seperti biasanya.
Alena meneguk ludahnya. Waktu itu Jeffry menanyai tentang dirinya, pertanda Jeffry masih peduli. Alena memaksakan senyumannya, ia benar-benar terlihat gugup kali ini.
Alena menepis semua rasa takutnya, lalu berjalan menghampiri Jeffry.
Jeffry bernafas lega melihat itu.
"Ka-eh-Bapak disini juga? " wajah Alena terlihat pucat, mungkin karena ketakutan. Semenjak ciuman itu, entah kenapa Alena merasa takut melihat Jeffry. Tapi semenjak ciuman itu juga, perasaan itu kini kian menggebu. Alena harus berjuang sampai perasaan itu terbalaskan.
Jeffry tidak menjawab begitu saja. Alis pria itu terangkat. "Setakut itu liat bapak? " tanya Jeffry yang terlihat tenang.
Alena mengeluarkan cengiran khasnya, ia menggaruk tekuknya yang tidak gatal. "Nggak kok." kali ini Alena mulai terlihat santai. Ia juga ikut menyandarkan tubuhnya ketembok.
Alena memain-mainkan bibirnya, sambil menikmati rintik-rintik hujan yang turun. Alena ingin memberikan sesuatu untuk Jeffry, tapi ia takut Jeffry marah, tapi sepertinya tidak.
Alena menoleh ke Jeffry, lalu menampakkan sesuatu yang ia sembunyikan dibelakang tubuhnya tadi. "Happy birthday, " ucap Alena membuat Jeffry menoleh kepadanya. "Ini kadonya." Alena tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...