Jeffry berjalan cepat, bahkan sesekali pria itu berlari. Mengetahui ada seseorang yang mengikutinya, bukan Alena tapi Rifal. Entah apa motif pria itu mengikuti Jeffry. Sesekali Rifal memanggil nama Jeffry, tapi Jeffry pura-pura tidak mendengar. Jeffry benar-benar malas berurusan dengan makhluk-makhluk kelas sebelas IPS 1.
"Jeffry, jangan kabur lo oi! "
Seketika Jeffry menghentikan langkahnya, mendengar ucapan kasar dari Rifal. Jika pun Jeffry guru PL disini, tidak sepatutnya Rifal menggunakan cara berbicara seperti itu. Umur mereka terpaut beberapa tahun, dan itu benar-benar tidak sopan.
"Tolong jaga cara bicara kamu, " ucap Jeffry penuh penekanan dan dengan wajah tegas.
Rifal yang terlihat ngos-ngosan, seakan tidak mendengar ucapan Jeffry.
"Saya numpang pulang sama bapak, ya? " ucap Rifal, sembari menetralkan nafasnya.
Kening Jeffry mengkerut. Kenapa harus dirinya? Kenapa harus dirinya yang menjadi korban keanehkan kelas sebelas IPS 1?
"Bapak buru-buru, kamu cari yang lain aja, ya? " ucap Jeffry tenang, seperti biasanya.
Rifal berdecak, ia melihat Jeffry dengan memain-mainkan lidah didalam mulutnya, seperti preman pasar. "Bapak kok pelit banget sih? Rumah kira searah lho, " ucap Rifal tidak ada sopan-sopannya.
"Kapan lagi saya naik motor keren bapak, " guman Rifal, yang membuat Jeffry mengumpat didalam hati.Jeffry menghela nafas panjang, pria ini selalu membuat dirinya meradang emosi. "Yaudah. " Jeffry melangkahkan kakinya.
"Yaudah gimana ini, Pak? " tanya Rifal menyamakan langkahnya dengan dengan Jeffry. "Saya butuh kepastian, saya nggak suka digantung kayak gini."
"Iya, bapak tebengin," ucap Jeffry mulai kesal.
"Perasaan pas sma gue nggak se kejam ini deh sama guru Pl, " kata Jeffry didalam hati.
"Bener ya kata Alena, motor bapak keren, " puji Rifal ketika melihat Jeffry menaiki motornya.
"Apalagi kalau saya yang jalaninnya, boleh ya, Pak? " tanya Rifal menawarkan dirinya. "Saya nggak bakal ngerem mendadak kok Pak. Jadi Bapak teneng aja."Jeffry kembali menghebuskan nafasnya. Kadang Jeffry berfikir, bagaimana caranya orang tua Rifal menghadapi anaknya yang seperti ini.
"Ayo naik, Pak, " ucap Rifal ketika baru saja menaiki motor Jeffry.
"Hidupin dulu mesinnya, " ucap Jeffry.
Rifal cengengesan. "O iya, " lalu pria itu menghidupkan mesinnya.
Jeffry naik ke jok belakang, ingin rasanya ia memukuli dari belakang kepala Rifal.
"Pegangan, Pak, " ucap Rifal, membuat Jeffry mengumpat didalam hati.
Rifal tidak pernah belajar mengendarai motor. Dirinya dulu langsung belajar mengemudi mobil. Tapi tidak Rifal namanya kalau tidak percaya diri. Dirinya dulu begitu lihai bersepeda, karena itu sekarang Rifal menganggap dirinya sudah pandai mengendarai motor.
"Ini bisa nggak sih?" tanya Jeffry karena melihat Rifal ragu-ragu menarik gas.
Brum!
Badan keduanya terdorong kedepan, ketika Rifal langsung menancap gas, lalu me-rem nya secara mendadak. Seperti orang yang baru belajar mengendarai motor pada umumnya. Untung saja mereka tidak jatuh.
"Ini kamu bisa nggak sih? " tanya Jeffry sedikit kesal, dan sedikit merasa malu karena dilihat oleh beberapa siswa-siswi yang mengambil motor.
Rifal meneguk ludahnya, pria itu ketakutan. Ternyata mengendarai motor tidak semudah bersepeda, seperti yang ia pikirkan
"Bapak turun dulu deh, " kata Rifal yang membuat Jeffry turun.
Untung Jeffry tipe cowok yang mudah menahan emosi.
"Ini, ini cara berdiriin standarnya gimana? " tanya Rifal sembari menggerak-gerakan kakinya untuk mencari keberadaan standar motor.
Jeffry mendengus, ternyata Rifal benar-benar tidak mengerti soal motor. Dengan wajah datar, Jeffry menegakkan stantar motor menggunakan kakinya.
Rifal turun dari motor dengan muka merah, kerena tadi ia benar-benar ketakutan.
"Motor Bapak jelek, saya nggak jadi pulang sama Bapak, " ucap pria itu tanpa dosa, lalu pergi begitu saja.
Bibir Jeffry terangkat, melihat tingkah Rifal. Ini kali pertama Jeffry mendapati orang seaneh Rifal, entah mengidam apa ibunya ketika mengandung dirinya.
"Tu banci maunya apasih? " ucap Jeffry memandangi punggung Rifal.
Terlihat Jelas Rifal berjalan kearah Tono yang menunggunya diujung parkir.
Tono tertawa terbahak-bahak sendiri, seperti orang gila ketika melihat Rifal Dan Jeffry tadi.
"Jeffry kampret!! " umpat Rifal membuat Tono tertawa terbahak-bahak.
Rifal merasa kesal terhadap Jeffry, karena sering ditatap tajam oleh Jeffry ketika pelajaran renang kemarin. Olah karena itu Rifal berinisiatif mengerjai guru pl tampan itu. Dengan iming-iming minta antarkan pulang, dan mengendarai motor Jeffry. Rifal berencana kebut-kebutan mengelilingi kota sampai malam. Tapi Rencananya itu gagal.
Maaf kalau jelek.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Part ini aku nulisnya sampai ngakak sih wkwkkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...