(41) Alena marah

159 12 0
                                    

Sebelum membaca, alangkah baiknya memberikan vote terlebih dahulu.

"Kamu udah makan? " tanya Jeffry, mencoba mencairkan suasana.

Alena melihat Jeffry, gadis itu menggeleng pelan, lalu kembali keposisi awal dengan bibir sedikit manyun, pertanda suasana hatinya lagi tidak baik.

Jeffry menghela nafas panjang. Ingin pergi tapi tidak tega. Pria itu kini memilih tetap duduk disamping Alena, walau tidak tahu berkata apa.

Jeffry memang manusia yang kaku, ia sama sekali tidak bisa membujuk seorang gadis. Bukan bersama Alena saja, bersama pacarnya juga begitu.

Alena belum makan, Jeffry seharusnya bisa mengajak Alena untuk makan. Atau sekurang-kurangnya menyuruh Alena makan.

Alena menoleh ke Jeffry. Ia melihat Jeffry lama, membuat Jeffry menyerngit kebingungan.

Mata Alena kian menyipit memandangi pemuda itu. Alena mendengus layaknya banteng, mengingat semua perlakuan Jeffry kepadanya.

"Oi gila! " ucap Jeffry reflek ketika Alena menarik rambutnya.

"Iiiih!! Aku benci sama bapak!" ucap Alena sambil menarik kuat rambut Jeffry, sesekali gadis itu mencakar wajah Jeffry.

"Gila lo oi! Lepas gila! " ucap Jeffry memegangi tangan Alena yang tengah menarik rambutnya.

Jeffry berusaha melepaskan tangan Alena dirambutnya. Sedangkan gadis itu tampak semangat menarik rambut Jeffry, dengan gigi yang ia rapatkan. Tampaknya Alena gemes dengan sikap-sikap Jeffry selama ini. Selama ini Alena hanya bisa melampiaskan sikap-sikap Jeffry ke boneka buruangnya saja, dan kini Alena bisa melampiaskan keorangnya langsung.

"Lo nyakitin gue. Lo maluin gue. Lo sering buat gue nangis. Lo kasar sama gue. Lo sering ngebentak gue. Gue benci sama lo!" ucap Alena masih menarik-narik rambut Jeffry, rambut Jeffry yang sedikit panjang membuat Alena mudah melakukan itu.

Jeffry meringis kesakitan, tenaga Alena begitu kuat manarik rambutmya. "Lepas, gue mohon, Na..." ucap Jeffry memohon sambil berusaha melepaskan tangan Alena pada rambutnya. "Malu diliat orang, Na. Lepas..."

"Gue benci sama lo. Gue nyesel udah suka sama lo. Lo jelek, gue nggak suka sama lo! " Alena tidak memperdulikan permohonan Jeffry. Alena terus menarik rambut Jeffry dan sesekali mencakar leher atau wajah Jeffry, sambil mengucapkan ujaran kebencian.

Dulu Jeffry tidak memperdulikan permohonan Alena, dan sekarang Alena yang tidak memperdulikan permohonan Jeffry. Alena ingin Jeffry merasakan apa yang ia rasakan dulu.

"Lo sering buat gue nangis, Jeffry. "

"Lepas, Na. "
"ALENA! "

"AH! " Mendengar suara Jeffry yang meninggi membuat Alena melepaskan tangannya dirambut Jeffry. Bahu Alena naik turun, karena nafas yang tidak teratur.

Jeffry melihat kiri kanan, untung tidak ada siswa-siswi disini, satupun tidak ada. Jeffry juga bingung, tapi ia tidak terlalu memperdulikan itu.

Jeffry meringis, sambil memegangi lehernya yang kini terasa perih.

"Aku udah sabar ngadepin Bapak, ya!" ucap Alena marah kepada Jeffry.

Ujung bibir Jeffry terangkat, merasa bingung sekaligus kesal. Kenapa Alena yang marah kepadanya? Seharusnya Jeffry yang marah kepada Alena. Alena selalu mengusik Jeffry, membuat Jeffry bersikap buruk kepadanya.

Jeffry mengehela nafas berat, mencoba untuk tenang. "Pantas saja Bapak seperti itu ke kamu, kamu yang ngusik bapak. Kamu selalu ngeganggu Bapak. Bahkan Audrey yang tidak tahu apa-apa, kamu jahatin. Siapa yang nggak marah kalau gitu? Seandainya kamu kayak yang lainnya, nggak kayak gini, Bapak bakal baik sama kamu. Semuanya tergantung kamu, Alena. Selama ini Bapak udah berusaha buat bersikap baik sama kamu, tapi kamu malah ngelakuin hal bodoh yang ngebuat Bapak makin nggak suka sama kamu. " ucap Jeffry tegas, mengabaikan rambutnya yang sangat berantakan.

Alena meneguk ludahnya, kata-kata Jeffry barusan layaknya anak panah yang menusuk hatinya.Alena tidak pernah berniat mengganggu Jeffry, Alena hanya ingin dekat dengan Jeffry.

Setiap istirahat Alena membawakan bekal untuk Jeffry, Alena selalu mengatakan itu bentuk terima kasih atau permintaan maaf. Tapi itu bukanlah yang sebenarnya. Alena membawakan bekal untuk Jeffry karena Alena peduli. Alena tahu, waktu istirahat kantin begitu ramai, dan Alena tidak mau Jeffry mengantri dikantin. Alena tidak mau, waktu istirahat Jeffry habis hanya karena menunggu makanan dikantin.

"Aku nggak pernah ngusik Bapak, aku nggak pernah ngeganggu Bapak, " lirih Alena sambil menggeleng pelan.

Jeffry membuang mukanya, entah kenapa ia merasa lemah seketika. Tapi Jeffry mencoba untuk mengendalikan dirinya. Jeffry tidak bisa untuk mengalah terus-terusan. "Tapi nyatanya gitu, Na," ucap Jeffry bersikeras, berusaha untuk membuat Alena mengerti. "Kamu ngebuat Bapak nggak nyaman disini, teman-teman kamu juga." Jeffry menghela nafas panjang, lalu menipiskan bibirnya. "Bersikap sama kayak yang lainnya bisa 'kan? "

Alena meneguk ludahnya, tidak tahu harus menjawah apa. Alena hanya memperjuangkan cintanya, Alena tidak tahu Jeffry terganggu seperti ini.

"Stop memperlakukan bapak spesial. Bapak ini guru kamu, kamu harus tau itu. Stop nemuin Bapak, kalau itu nggak ngenyangkut pelajaran. " ucap Jeffry lambat, berusaha membuat gadis itu mengerti.

Alena hanya diam, menunduk. Rasanya ia diusir secara terang-terangan. Alena menemui Jeffry karena Alena ingin Jeffry bisa terbiasa dengan dirinya. Karena kata orang, cinta itu datang karena terbiasa. Alena mau Jeffry seperti itu.

Alena melihat Jeffry dengan mata berkaca-kaca. Alena ingin berkata, tapi bibirnya bergetar. Alena hanya bisa melihat Jeffry. Perlahan cairan bening itu jatuh, membuat Alena tidak tahan lagi berada disini. Alena lari, meninggalkan Jeffry.

Jeffry memandangi punggung Alena yang kian menjauh. Ketika membuat gadis itu menangis, entah kenapa harga diri Jeffry sebagai laki-laki jatuh begitu saja.

Jeffry memegangi keningnya, kepalanya terasa sakit. Entah kenapa, semua perlakuan kasar dirinya kepada Alena terputar bak film diotaknya. Kata-kata kasar, dan umpatannya kepada Alena seakan-akan bisa ia dengar kembali.

Apa Jeffry salah?

Jeffry tersentak, ketika mendengar suara bising. Segerombolan siswa-siswi mulai berdatangan, dan sebagain dari mereka masuk kedalan kelas. Jeffry baru ingat, ternyata tadi dilapangan upacara ada pertunjukan dance dari anggota dancer sekolah.

Pantas saja, tadi tempat ini seakan ada Alena dan Jeffry saja.

   

Maaf jelek.

Pendapat kalian dung

Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang