Sebelum membaca jangan lupa vote:)
"Tan, Rindu mana? " tanya Jeffry kepada Mama Rindu yang tengah menyirimam bunga.
Semenjak Rindu ngambek karena Jeffry tidak mau membantu tugasnya, semenjak itu pula mereka tidak berbicara. Rindu yang sering bermain kerumah Jeffry, kini tidak ada lagi. Jadi minggu ini Jeffry ingin baikkan dengan Rindu, dengan cara mengajak Rindu lari pagi. Gadis itu selalu semangat ketika diajak lari pagi.
"Ada tuh didalam," ucap Mama Rindu sambil melihat kearah pintu masuk. "Ajakin keluar tuh, Jef. Sekarang tu anak, drakor...mulu," cerocos Mama Rindu layaknya emak-emak pada umumnya.
Jeffry terkekeh, lalu mengangguk. "Rindu dikamar , Tan? " tanya Jeffry yang langsung diiyakan oleh Mama Rindu.
Jeffry membuka sepatunya, lalu langsung masuk kedalam rumah. Tidak lupa ia menyapa Papa Rindu yang tengah duduk diambang pintu, dengan tangan memegang secangkir kopi dan koran.
Dengan kaki yang sedikit dijinjit, perlahan Jeffry mendekati kamar Rindu. Jeffry membuka pintu kamar Rindu penuh dengan ke hati-hatian. Lalu sedikit mengintip, menampakkan sebagain wajahnya untuk melihat Rindu. Terlihat gadis itu tengah tengkurap dengan laptop berada didepannya. Sudah dipastikan Rindu tengah menonton drama korea.
"WAA!!! "
"AH! MAMA!! -- I...Ih...! JEFFRY!! "
Jeffry terkadang memang usil, berani sekali pria itu mengejuti Rindu yang tengah menonton drama korea. Dan dengan tanpa dosa, Jeffry tertawa terbahak-bahak.
Rindu melihat Jeffry dengan kesal, lalu gadis itu langsung menutup laptopnya.
Jeffry masih terkekeh. "Nonton bokep lo ya? Kok pas gue dateng langsung ditutup gitu? " ucap Jeffry dengan wajah jahilnya.
Rindu berdecak, tanganya ia lipat didada. "Iih! Jeffry nyebelin! " teriak Rindu, sambil menepuk kuat selimut tebal yang menutupi kakinya.
Jeffry tertawa. Jeffry itu tidak memiliki Adik, karena itu hanya Rindu yang bisa Jeffry buat kesal dan berteriak-teriak seperti ini.
"Gue masih marah sama lo, ya, " ucap Rindu dengan tangan kembali ia lipat didada.
Jeffry menghentikan tawanya. "Tumben ngambeknya lama? " tanya Jeffry sambil menarik kursi belajar Rindu, lalu duduk menghadap ke gadis itu dengan tangan yang ia lipat kesandaran kursi belajar. "Yang mana nih yang mau gue bantuin? " tanya Jeffry tenang, melihat sekilas tumpukan buku milik Rindu.
Rindu melihat Jeffry dengan sinis. "Lo kesini ngapain? " tanya Rindu, menyadari kaki Jeffry yang mengenakan kaus kaki, biasanya pria itu pergi kerumah Rindu hanya memakai sendal jepit saja.
"Liat tu badan lo udah gede banget, " ejek Jeffry sambil mengangkat dagunya, mengarahkan ketubuh Rindu yang tampak biasa saja.
Rindu mendelik. Perempuan mana yang tidak kesal jika ada yang mengatainya seperti itu? Rindu sudah diet mati-matian, dan dengan entengnya pria itu mengatakan tubuh Rindu besar.
Rindu ingin melempari Jeffry dengan bantalnya, tapi tidak jadi karena pria itu tertawa.
"Enggak. Gue mau ngajakin lo lari pagi doang. "
Rindu memutar bola matanya. "Nggak, capek. "
"Ayolah...keburu siang ini." sekilas Jeffry melihat jam dinding yang ada dikamar Rindu. "Nggak ada penolakan. Gue tadi tunggu dibawah." ucap Jeffry yang tidak bisa dibantah.
Jeffry memang begitu, semua kemaunnya selalu minta dituruti Rindu. Sedangkan kemauan Rindu, pria itu malah ogah-ogahan.
Jeffry bangkit dari duduknya. Ada yang menarik perhatiannya, buku diary Rindu. Jeffry ingin mengambilnya, kepo dengan isinya. Tapi Jeffry tahu, buku diary bersifat pribadi.
"Cepat nggak pake lama, " ucap Jeffry sebelum keluar dari kamar Rindu.
*
Mereka berdua berlari santai ditrotoar, dengan kain untuk panghapus keringat dileher. Keringat mengalir diwajah mereka berdua. Sesekali keduanya menyeka wajah menggunakan kain itu.
"Isti-raha-hat, dulu, Jef, " ucap Rindu mulai merasa capek, nafasnya terengah-engah. Gadis itu berhenti diikuti dengan oleh Jeffry.
Mereka berdua pun langsung duduk, dibangku panjang yang terbuat dari semen.
"Capek, Ndu? " tanya Jeffry.
Rindu berdecak, meratapi kebodohan temannya itu. "Yaelah, kalau nggak capek nggak berhenti gue mah. " Rindu membuka tutup air mineral yang ia pegang. Air itu ia beli ketika melalui kedai tadi.
"Sini." Jeffry mangambil botol air mineral itu dari tangan Rindu, lalu membukanya dengan mudah.
Jeffry memang menjengkelkan. Lihatlah sekarang bukannya memberikan air itu ke Rindu, pria itu malah meneguknya.
"Iih kok lo yang minum! " kesal Rindu.
"Kita itu harus berbagi, Ndu, " jawab Jeffry enteng usai meneguk air itu. Lalu memberikan air yang tinggal setengah botol itu kepada Rindu. "Setengahnya buat lo. "
Rindu memutar bola matanya, merasa kesal. Lalu menghabiskan air itu dalam satu tegukan. Rindu memang sudah biasa memakan sisa Jeffry. Sedangkan pria itu, mana mau. Jika mereka membeli makanan satu berdua, Jeffry lah yang harus mencicipinya terlebih dahulu.
"Biar gue tau rasanya enak apa nggak, Ada racun apa enggak. Kalau lo yang nyoba dulu, 'kan lo yang jadinya kena." Jawab Jeffry waktu itu, ketika Rindu menanyakan perihal ini.
Jeffry berpaling dari mobil putih yang tak jauh dari mereka, tapi seketika kening Jeffry mengkerut, seakan menyadari sesuatu. Dengan capet Jeffry melihat kembali ketempat itu. Mata pria itu membesar, seketika hatinya terasa hancur, seketika air matanya ingin jatuh.
Rindu yang tengah bertanya, namun tidak dijawab Jeffry. Membuat gadis itu menoleh ke Jeffry, kening Rindu ikut mengkerut, ia mengikuti arah pandang Jeffry. Dan ekspekresi Rindu tidak jauh berbeda dengan Jeffry.
Jangan lupa tinggalkan jejak
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...