Jeffry tersenyum kepada sang Mama, walau kini hatinya dipenuhi dengan luka. Jeffry tidak mau menampakkan kesedihannya kepada sang Mama, pria itu hanya bisa menangis didalam hati.
Sakit, itu yang dirasakan oleh Jeffry.
Rindu mengusap pundak Jeffry lalu tersenyum, berharap Jeffry bisa sedikit tenang. Masalah pria itu begitu banyak, dan terlalu berbelit-belit. Dan kini Jeffry menambah masalah lagi guna menenangkan sang Mama, tapi pria itu sama sekali tidak memikirkan dirinya.
"Ooh jadi Papa udah meninggal? " tanya Laras, Mama Jeffry. Jeffry hanya bisa membalas dengan anggukan.
Laras yang hilang ingatan membuat Jeffry begitu mudah untuk membohonginya. Jeffry tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Jika Jeffry mengatakan yang sebenarnya, pasti sang Mama akan merasakan kesedihan yang mendalam.
Jeffry takut suatu saat ingatan Mamanya pulih, dan mengingat semua kejadian dimasa lalu.
Jeffry mau mamanya seperti ini saja.
Laras tersenyum, dan mengusap kepala Jeffry. Laras tahu, jika ia terus-terusan bertanya tentang sang suami, pasti itu akan membuat Jeffry merasa sedih. Anak mana yang tidak sedih mengingat sang Papa yang sudah meninggal, pikir Laras.
"Kalau Mama kerja gimana? "
"Enggak-anggak, " tolak Jeffry mentah-mentah. "Biar Jeffry yang kerja, Ma. " Jeffry takut terjadi apa-apa kepada sang Mama.
"Jef...Mama udah pulih, " ucap Laras lirih, suara perempuan itu masih terdengar lemah.
"Nggak, pokoknya nggak, " tegas Jeffry.
Rindu mengangguk. "Jeffry benar Tante. "
Wajah laras terlihat murung, usai menerima penolakan dari Jeffry.
"Sekarang Mama mau apa? " tanya Jeffry.
Sang Mama yang duduk diatas kursi roda seakan berfikir. "Mama mau...Mama mau ketemu sama temen kamu. " ucap Mama Jeffry cepat.
"Teman Jeffry? Siapa Ma? " tanya Jeffry dengan kening mengkerut.
"Itu...yang kamu bawa waktu itu. Yang nyuapin Mama makan waktu itu." Laras mencoba untuk menjelaskan.
"A-Alena? " tanya Jeffry sedikit ragu.
"Nah itu tuh, " ucap Mama Jeffry semangat.
Jeffry menggaruk tekuknya yang tidak gatal, pria itu terlihat bingung. Lagian bagaimana bisa ia membawa Alena kesini, usai dirinya melakukan hal yang kurang ajar tadi siang.
Karena kejadian tadi siang mungkin saja Alena benar-benar membenci dirinya, pikir Jeffry.
"Siapa? " tanya Rindu sambil menyenggol siku Jeffry, mata gadis itu menyipit karena penasaran.
Jeffry mengabaikan Rindu.
"Oh..." Jeffry seakan berfikir. "Sekarang Mama tidur aja dulu. Besok biar Jeffry bicara sama Alena, ya Ma?" Jeffry berharap dengan tidur Sang Mama bisa melupakan Alena.
Laras tersenyum lalu mengangguk. Entah kenapa secara tiba-tiba Laras merasa Rindu kepada Alena. Menurut Laras Alena gadis yang baik. Alena suka becanda ketika menyuapi Laras makan waktu itu, itu yang membuat Laras menyukai Alena.
Jeffry menutup pintu kamar sang Mama dengan hati-hati agar tidak mengeluarkan bunyi yang mengganggu sang Mama.
Jeffry memang pria yang baik, ia memperlakukan sang Mama bagaikan ratu.
"Alena itu siapa sih, Jef? " tanya Rindu sambil mengikuti Jeffry yang berjalan ke kamarnya.
"Dia murid gue, " ucap Jeffry dengan wajah ditekuk. Jeffry benar-benar malas membahas tentang gadis itu.
"Trus? " ucap Rindu supaya Jeffry melanjutkan ucapannya. Wajah Jeffry semakin bete karena itu.
"Iya dia murid gue. Gue pernah ngebawa dia kerumah sakit," ucap Jeffry sedikit malas.
"Hah?" Rindu sedikit terkejut, aneh saja rasanya seorang guru membawa muridnya kerumah sakit untuk menjenguk sang Mama.
"Dia ngotot buat ikut. Tu cewek naksir sama gue, " ucap Jeffry dengan suara agak keras, raut kesal masih terukir diwajah Jeffry.
"Wiih. " Rindu tersenyum seakan memuji sambil mendorong bahu Jeffry.
"Iih apaansih? " ucap Jeffry kesal. "Aneh banget tuh cewek ganguin gue terus." kesal Jeffry.
Mereka berdua kini berada dibalkon. Pemandangan dari balkon kamar Jeffry benar-benar terihat indah. Langit malam ini tengah menampakkan pesonanya. Taburan bintang diatas langit membuat siapa saja yang melihatnya akan berdecak kagum. Sangat berbanding terbalik dengan hati Jeffry yang tengah gundah. Hatinya dipenuhi dengan kegelisahan dan kebingungan. Sangat jauh dengan kata indah.
"Trus sekarang masalah dimana? " tanya Rindu yang mengerti dengan raut wajah Jeffry.
"Gue bingung..."
"Gimana caranya gue ngebawa tu cewek kesini. Secarakan selama ini gue sering ngehindar dan ngenbentak dia. Lucu dong secara tiba-tiba gue ngedeket trus minta tolong sama dia." jelas Jeffry."Gue juga mau malas ngebawa dia kesini, " gumam Jeffry.
"Demi Mama lo Jef..." ucap Rindu.
"Ya--ah--tau deh, liat aja nanti, " ucap seperti orang putus asa.
Rindu terkekeh kecil, sambil memandangi taburan bintang.
"Gue salah nggak sih? Ngebilang sama Mama kalau pria brengsek itu sudah meninggal? " tanya Jeffry dengan kening mengkerut. Kadang Jeffry merasa bersalah juga karena salalu menumpahkan masalahnya kapada Rindu.
Rindu menghela nafas panjang. "Gue nggak tau itu salah atau nggak. Tapi kalau ingatan Mama lo udah pulih, mungkin bakal jadi masalah besar. Masalah besarnya itu bukan karena lo bohongin Mama lo. Tapi karena masa lalu Papa dan Mama lo, Mama lo bakal inget itu semua."
Jeffry mengangguk. "Gue takut banget itu terjadi. " tiba-tiba dada jeffry terasa sesak. "Pria itu brengsek! Berani sekali dia nyelingkuhin Mama gue. "
Rindu berdecak. Jeffry selalu berkata kalau sang Papa menyelingkuhi Mamanya. Tapi itu benar-benar belum terbukti. Tidak ada yang tahu apa masalah Papa dengan Mama Jeffry sebebarnya.
Setelah pertengkaran hebat sampai kepada kecelakaan Jeffry benar-benar membenci Papanya pada saat itu juga. Dulu sang Papa berusaha untuk menjelaskan, tapi Jeffry tidak mau mendengar. Jeffry membuat kesimpulan sendiri, bahwa pertengkaran hebat itu terjadi karena sang Papa menyelingkuhi Mamanya.
Rindu tidak bisa berkata, karena ia tidak tahu apa-apa tentang masalah Papa dan Mama Jeffry.
Rindu mengusap pelan bahu Jeffry, berharap pria itu tenang dan bisa melupakan kejadian itu.
Jeffry melihat Rindu dengan mata sayu, terlal
u banyak kesedihan terukir diwajah pria itu.
Jeffry memeluk Rindu, dan pria itu kembali menangis dipelukan sahabat kecilnya.
Maaf jelek.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK
Mau nyampaiin apanih temen2?
Eh kira2 bisa ga Jeffry bawa Alena?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...