Sebelum membaca jangan lupa vote ya
"Playboy. "
Jeffry menyerngit mendengar suara itu dari belakangnya. Jeffry mengenali suara itu, tapi ia tampak tidak ambil pusing, mungkin itu bukan ditujukan untuknya.
"WOI! "
Suara itu meninggi membuat Jeffry membalikkan badan. Raut wajah penuh tanda tanya ditujukan Jeffry untuk gadis yang tampak kesal itu. Jeffry sendiri sedikit bingung kenapa gadis itu akhir-akhir ini seperti itu kepadanya.
"Playboy." gadis itu mengulang perkataannya yang tadi.
Jeffry berdecak, hari masih pagi ia tidak mau mencari masalah dengan gadis itu. "Apasih, Na..." ucap Jeffry menyerngit, wajahnya tampak kesal juga.
Alena melipat tangannya didada, mengangkat dagu layaknya Kakak kelas yang tengah berbicara dengan Adik kelasnya. "Minggu bareng cewek lain, eh seninnya barang Buk Audrey," ucap Alena acuh sambil memain-mainkan kukunya. "Emang, cowok jaman sekarang sama aja, ya," ucap Alena miris, kini beralih melihat Jeffry.
Jeffry mengerjap, perhalan ia mengerti, ternyata Alena melihat dirinya. Dagu Jeffry sedikit tertekuk ketika gadis itu menunjuk wajahnya, penuh dengan selidik. Jeffry mendesah pelan, lalu menyingkirkan tangan Alena yang menunjuk dirinya dengan baik-baik. "Masuk, udah mau bel. Bilangin sama teman-temannya langsung ganti baju. Bapak tunggu dilapangan, " ucap Jeffry mengingat dirinya mengejar dikelas Alena.
Alena berdecak, ia tidak memerlukan amanat itu. "Bapak dua in Buk Audrey? " tanya Alena polos.
Jeffry berdecak. "Kepo, " ucap pria itu lalu kembali melanjutkan jalannya.
Alena tidak tinggal diam, gadis ber tas merah jambu itu mengejar Jeffry, menyamakan langkahnya dengan Jeffry. "Bapak wajahnya aja yang sok kalem, ternyata playboy. Dua in Buk Audrey, kasian Pak. Kasian saya juga." ucap Alena panjang lebar, ngaur entah kemana.
Jeffry berdecak, menghentikan langkah lalu melihat Alena dengan wajah lelah. "Itu sahabat Bapak."
Alena mencibir, seakan tidak percaya. "Sahabat, sahabat. Nggak ada tuh yang namanya sahabat antara cowok dan cewek yang nggak ngelibatin perasaan," ucap Alena sedikit meledek.
Jeffry seakan berfikir, dirinya tidak memiliki perasaan kepada Rindu, Rindu pun sepertinya begitu. Jeffry berdehem, bersiap untuk berkata. "Ada, Buktinya Bapak sama sahabat Bapak. Nggak ada perasaan. "
Alena menghela nafas. "Bapak nggak percayaan amat sih. Diantara kalian pasti ada rasa. "
"Ada, rasa sayang. Wajarkan sayang sama sahabat? " Jeffry tampak tidak mau kalah. Dirinya lebih memilih berdebat dengan Alena daripada mengisi absen keguruan.
Alena berdecak, tampak kesal. "Nggak gitu..." gadis itu menghentakkan kakinya ketanah.
Jeffry pun tampak kesal. "Ya gimana...?"
Alena menghela nafas panjang, berbicara dengan Jeffry bisa membuat emosi menaik ternyata. "Diantaran kalian pasti ada yang suka..." ucap Alena, memperjelas.
Jeffry seakan berfikir. "Bapak, enggak,"
"Pasti sahabat bapak, " tebak Alena cepat. "Pasti sahabat Bapak suka sama Bapak, " ulang Alena sambil mengangguk-angguk.
Jeffry berdecak, Alena terlalu mengada-ngada. "Kamu mabuk? " tanya Jeffry tenang. "Demam? " tanpa Jeffry sadari telapak tangannya menggapai kening Alena begitu saja, mencoba mengecek suhu gadis itu. Ketika tersadar dengan perlakuannya, cepat-cepat Jeffry menarik tangannya.
Alena terpaku, detak jantungnya semakin tidak karuan, pipinya semakin merona, ia salah tingkah, tapi gadis itu berusaha untuk tampak biasanya saja.
Jeffry mengumpat didalam hati, ia sendiri tadi tidak sadar, tangannya tadi seakan bergerak sendiri menyentuh kening Alena. Mungkin kali ini Jeffry yang mabuk.
Jeffry melihat kekiri dan kekanan, berharap tidak ada yang memperhatikan mereka berdua. "Nggak...panas." Jeffry menggerutui dirinya yang tiba-tiba menjadi gugup, diam-diam pria itu mengepalkan tangannya, bukan karena emosi tapi karena gemas kepada dirinya sendiri.
Alena meringis gugup. "Kan...udah di, bilangin." dengan bodohnya gadis itu terkekeh.
Tidak biasanya seperti ini, suasana tiba-tiba menjadi canggung, membuat Jeffry dan Alena tidak nyaman. Tapi dihati Alena masih ada keinginan untuk tetap berbicara dengan pria itu.
"Eung...Bapak duluan, ya. " sekali lagi pria itu menggerutui dirinya, untuk apa dirinya meminta persetujuan Alena dalam hal ini. Kalau mau dulu, biasanya ia langsung dulu saja.
Alena kembali meringis pelan. "I-iya, " jawab Alena tersenyum gugup.
Jeffry mengangguk, lalu melangkah pergi dengan hati yang masih menggerutu. Jujur, Jeffry melakukan itu semua secara reflek, ia sendiri juga tidak sadar. Dan sekali lagi pria itu mengumpat didalam hati, entah kenapa ada keinginnan dihatinya untuk berbalik badan melihat Alena. Jeffry meneguk ludahnya, merasa takut, apa gadis itu benar-benar memelet dirinya? Atau perasaan yang sudah mulai tumbuh? Jeffry berdecak, lalu menyingkirkan semua tebakan-tebakan konyol itu. Jeffry tidak suka kepada siapapun, selain Audrey. Titik.
"IIH! BARENGAN DONG...! "
Dengan cepat Jeffry berbalik badan, melihat gadis yang tampak kesal itu. Jeffry terkekeh, menjulurkan lidah lalu kembali membalikkan badan, dan langsung berlari pelan.
Gadis itu aneh, akhir-akhir ini ia sering memasang wajah garang untuk Jeffry, tapi beberapa menit kemudian ia kembali kewujud aslinya, berwajah polos ditambah sedikit campuran manja.
Gadis itu tidak terlalu cantik, bahkan bisa dibilang biasa saja. Tapi harus Jeffry akui, kalau dilihat-lihat gadis itu begitu lucu, dan menggemaskan. Membuat siapa saja yang tengah berdebat dengannya ingin mencubit pipinya. Terkadang Jeffry pun begitu, tapi tentu Jeffry akan berusaha menahan dan mengendalikan dirinya.
"Jangan sampai lo melet gue, Alena. "
Setuju ga mereka jadian?
Eh kalian lebih suka Jeffry sama rindu?
Atau Jeffri sama Alena?
Atau Jeffry sama Audrey?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...