(57)Jeffry menerima tawaran Alena?

98 10 0
                                    

Jangan lupa vote duluuu

Tampak gadis mungil berambut panjang berlari membelah keramaian koridor dengan tangan memegang kotak bekal bewarna merah jambu.

Tadi kata Rifal, ketika ia buang air, ia tidak sengaja melihat Jeffry ditaman belakang. Karena itu Alena ingin menemui Jeffry, untuk memberikan bekal sekaligus ingin mengajak Jeffry untuk makan malam.

Alena memelankan langkahnya, ketika Jeffry sudah tampak didepan matanya. Sesekali Alena merapikan rambutnya, agar ia terlihat tidak berantakan.

Jeffry yang mendengar langkah kaki seseorang, menoleh ke sumber suara, alis pria itu terangkat melihat Alena. "Ngapain lagi? " tanya Jeffry, terdengar kesal.

Alena cengengesan. "Aku mau ngasih ini... " ucap Alena, sambil mendekatkan kotak bekal itu ke Jeffry.

Jeffry menghela nafas panjang, padahal ia sudah beberapa kali menyuruh gadis itu untuk berhenti membawakan dirinya bekal. Sekilas Jeffry melihat kotak bekal Alena, dirinya semakin malas menerima bekal tersebut. Alasannya cukup sederhana, yaitu karena kotak bekal itu bewarna merah jambu. Pria mana yang mau makan dengan kotak bekal bewarna merah jambu? Mungkin kalau Rifal atau Tono kali, ya.

Jeffry mendesah pelan. "Kenapa harus merah jambu? "

Alena meringis pelan. "Ini kerjaan Papa aku...Aku bilang lebihin Bekalnya satu, buat temen. Jadi Papa ngira temen aku itu cewek, " jelas Alena panjang lebar. "Tapi ini nasi goreng, aku yang bikin, " lanjut Alena lebih semangat.

Jeffry menghela nafas berat, pria itu terlihat malas dan tak minat. "Kenapa sih Na...? Kan Bapak udah bilang, nggak usah aja."
"Kasih Devan aja, Rifal, Rifal, atau nggak si Tono. "

Alena jadi ciut, merasa sedih. "Tapi 'kan aku bikinnya buat bapak, " lirih Alena.

Alena pikir Jeffry akan dengan mudahnya menerima bekal dari dirinya. Secarakan sikap Jeffry sudah lebih baik ke Alena, tapi ternyata sama saja.

Jeffry yang menyadari perubahan raut wajah Alena, jadi tidak tega. Tapi dirinya juga tidak mau, menerima pemberian dari gadis itu secara terus menerus. "Kamu udah makan? " tanya Jeffry, mengalihkan pembicaraan.

Alena mengangguk pelan. "Aku udah makan...Bapak aja yang belum, ini makan," ucap Alena kembali mendekatkan kotak bekal itu ke Jeffry.

"Enggak mau. "

"Harus mau! Pokoknya harus mau! " Alena tetap kekeh memaksa Jeffry untuk merima bekal darinya. "Aku janji, ini yang terakhir, " ucap Alena sambil tersenyum, dengan kelingking yang ia acungkan.

Jeffry menghela nafas panjang, merasa cepak sendiri. Gadis yang ada didepannya ini terlalu keras kepala, seperti bocah yang apabila  kamuannya tidak dituruti ia akan sedih dan cemberut, membuat siapapun tidak tega. Dulu Jeffry tega saja membuat gadis ini sedih bahkan sampai menangis, tapi entah kenapa sekarang Jeffry tidak tega. Semenjak Jeffry sadar gadis ini semenggemaskan ini, semenjak itu pula Jeffry tidak mau membuat gadis yang ada didepannya itu menangis, terlebih karena ulahnya sendiri.

"Ayolah..."

Jeffry berdecak, mengambil kotak bekal itu sedikit kasar, mambukanya, kemudian menyuapkan kemulutnya dengan cepat dan mengunyahnya tidak kalah cepat pula. Berharap Alena merasa puas dengan itu semua.

Alena mengerjap, lalu tawa gadis itu pecah. "Bapak lucu, " ucap Alena beriringan dengan tawanya.

Jeffry tidak memperdulikannya, pria itu terlihat sangat sibuk dengan makanannya. Jeffry makan begitu berantakkan, membuat Alena tertawa. "Nggak gitu juga kali,Pak... " ucap Alena masih tertawa.

"Udah kan? " tanya Jeffry sambil menutup kotak bekal itu, walau ada sedikit nasi lagi yang tersisa. "Sekarang Bapak butuh air. " Jeffry tidak akan berkata seperti itu jika ia tidak melihat Alena membawa air tadi.

Alena terkekeh. "Ini, " ucap gadis itu riang, membukakan tutup air tersebut, lalu memberikannya ke Jeffry.

Alis Jeffry terangkat, sedikit tertegun melihat perlakuan kecil itu. Jeffry menerima air dari Alena, lalu meneguknya, menyisihkan setengah air. "Udah, sekarang kamu masuk kelas, " ucap Jeffry, menyodorkan botol minum itu ke Alena.

Alena tersenyum, lalu menggeleng kecil, membuat Jeffry berdecak kesal. "Mau apalagi? " tanya Jeffry sedikit kesal.

Alena menipiskan bibirnya, mencoba berfikir bagaimana caranya ia mengajak Jeffry untuk makan malam. "O..aku 'kan udah kenal sama Mama Bapak, jadi...aku mau ngenalin Bapak sama Mama Papa aku juga." Alena menggigit bibirnya, takut mendengar jawaban dari Jeffry. Melihat ekspresi Jeffry yang berubah, membuat Alena ingin menangis.

Jeffry berdecak, pemikiran Alena terlalu jauh. "Buat apasih?!  Jangan aneh-aneh! Udah sana masuk kelas, udah mau bel." Jeffry terdengar marah.

Alena memanyunkan bibirnya sebelum berkata. "Nggak gitu..jadi keluarga aku itu ada kayak-kayak makan malam gitu, jadi aku mau ngajak Kakak buat gabung, " ucap Alena memperjelas ucapannya yang tadi. Alena mengubah panggilan Jeffry walau ini diarea sekolah, memanggil Jeffry dengan sebutan Bapak membuat Alena jadi tegang dan kata-kata Alena pun jadi terbatas.
"Tapi, Tapi, cuman ada Papa sama Mama doang...Nggak ada keluarga yang lain, " lanjut Alena meyakinkan Jeffry. "Aku juga udah izin sama mereka, " lanjut Alena dengan wajah memelas.

Jeffry memicingkan matanya sesaat, mencoba untuk memadamkan api yang ada didalam tubuhnya. "Mereka izinin? "

Alena mengangguk semangat. "Mau, Ya..."

Selain Jeffry malas untuk ikut, Jeffry juga kerja malam ini. "Kakak nggak bisa..."

Raut wajah Alena berubah menjadi kecewa, gadis itu melongos pelan, lalu menyandarkan tubuhnya ke dinding. "Kenapa? Kan nggak lama, abis makan, Kakak bisa langsung pulang." Alena masih meyakinkan Jeffry. "Papa sama Mama aku nggak galak kok."
"Mau, ya? "

Jeffry menghela nafas. "Iya. Tapi ini terakhir kalinya kakak nurutin kamu," ucap Jeffry tegas.

Alena berteriak kegirangan. "Yey!" gadis itu melompat-lompat kecil sambil menepuk-nepuk tangannya.

Jeffry mencibir. "Giliran diturutin malah seneng," ucap Jeffry dengan wajah ditekuk, sedikit berfikir kenapa ia dengan mudahnya menuruti kemauan gadis ini.

"Eh tunggu-tunggu, " ucap Alena membuat Jeffry menoleh sepenuhnya dengan alis terangkat. Alena sedikit menjinjit kakinya, mencoba untuk menggapai sesuatu yang ada dimuka Jeffry.

Jeffry menyerngit, pria itu mencondongkan tubuhnya kebelakang, mencoba untuk menghindari tangan Alena. "Ngapain sih, Na? "

"Ini, ada nasi. "

Alis Jeffry kembali terangkat, lalu ia mengangguk kecil. Kali ini ia sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan, agar Alena dengan mudah menggapai nasi yang ada disana.

Desiran hangat tiba-tiba menyeludup masuk kedalam hati Jeffry, ketika tangan Alena tidak sengaja menyentuh wajahnya.

"Udah, " ucap Alena sambil membuang nasi yang ada di ujung bibir Jeffry.

Jeffry mengumpat, kenapa kali ini rasanya beda? Kenapa kali ini detak jantungnya jadi tidak teratur?

     

Gimana-gimana?



Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang