(33) Ditolak or diterima?

150 12 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Tapi Pak Viton masih setia menerangkan pelajaran dikelas sebelas ips satu. Semuanya karena Rifal, berani sekali pria itu berteriak merdeka ketika lonceng istirahat berbunyi. Alhasil tadi pak Viton marah, dan memperlambat jam istirahat kelas sebelas ips satu selama lima belas menit.

Alena mendesah pelan, menyandarkan tubuh kebangku. Bisa keburu makan dikantin Jeffry kalau begini.

Alena kembali membawakan Jeffry makanan.

Alena yakin, kali ini Jeffry pasti menerimanya. Hati Jeffry sudah melunak terhadap Alena, mungkin karena ciuman itu. Alena berharap kisah cintanya dengan Jeffry berakhir seperti drama cina yang berjudul jatuh cinta pada ciuman pertama.

Pemuda berpakaian layaknya guru olahraga pada umumnya melewati koridor, membelah kerumunan siswa. Ini jam istirahat, tentu saja koridor dipenuhi oleh para siswa-siswi yang menghabiskan waktunya istirahatnya.

Jeffry sedikit menoleh, kesekelompok siswa yang duduk dikursi panjang koridor. Salah satu diantara mereka bermain gitar, diiringi oleh nyanyian sebagian dari mereka. Sebagian lagi tampak menggoda adik-adik kelas yang melewati mereka. Jeffry tersenyum kecil, mengingat dulu ia juga pernah melewati fase itu. Itu benar-benar indah. Melihat sekelompok siswa seperti ini, membuat Jeffry merindukan teman-temannya.

Jeffry berbelok, pria itu ingin menenangkan pikiran dibelakang sekolah. Entah kenapa akhir-akhir ini tempat itu begitu menenangkan.

Jeffry menyandarkan tubuhnya ketembok, dengan kedua tangan masuk kedalam saku. Pria itu mendongak, memandangi langit yang tertutup awan hitam. Sepertinya hari ini akan hujan. Jeffry menghela nafas panjang, berdoa didalam hati agar hujan tidak turun.

Hari hujan membuat pengunjung cafe tempat Jeffry bekarja menjadi sepi. Tentu saja itu berpengaruh terhadap pendapatan Jeffry.

Jeffry menoleh, lalu menghela nafas. Niat ingin menenangkan pikiran karena lelah mengajar jadi terusik karena kedatangan Alena.

"Mau apa? " tanya Jeffry datar dan dengan wajah malas. Jeffry melihat sesuatu yang dipegang Alena, lalu membuang muka ketempat lain.

Alena cengengesan, merasa senang. Dulu Jeffry menunggu Alena untuk berbicara lebih dulu, dan sekarang lihatlah, Jeffry yang memulai.

Jeffry kembali Melihat Alena dengan malas. Entah kenapa ia merasa badmood. "Ditanyain malah ketawa. "

Alena terkekeh. "Enggak... Aku bawain ini buat bapak." Alena mendekatkan kotak bekal itu ke Jeffry.

Jeffry menghela nafas berat, merasa capek sendiri. "Udah berapa kali dibilangin, nggak usah. "

Raut wajah Alena berubah, mendengar ucapan itu. "Sekali ini aja," ucap Alena dengan wajah memohon.

Jeffry diam sesaat, lalu melihat kotak bekal Alena. "Kamu bawain apa? "

"Ini, " Alena membuka kotak bekalnya. "Roti bakar, ini aku yang bikin, " ucap Alena sedikit bangga.

Jeffry berdecih pelan, lalu melipat tangan didada. "Kamu yang bikin? Pasti jorok." Jeffry melihat roti bakar itu dengan raut wajah jijik.

Alena terkekeh pelan, ternyata Jeffry juga bisa becanda. "Enggak Pak...ini enak, percaya sama aku," ucap Alena meyakinkan.

Bibir Jeffry sedikit tertarik, ingin menerima tapi merasa gengsi.

"Ayolah..." ucap Alena lebih mendekatkan kotak bekal itu kepada Jeffry. "Sengaja aku bikin dua, biar Bapak keyang. "

Kening Jeffry mengkerut, bahkan Audrey tidak seperhatian itu. Jeffry mengambil roti itu, membuat Alena mengulum senyum.

"Buat Bapak dua-duanya? " tanya Jeffry yang dibalas anggukan semangat oleh Alena. "Bapak ini aja, " ucap Jeffry mulai malahap roti bakar itu.

"Tapi ak--"

"Gua ini aja, satunya lagi buat lo." menggunakan bahasa formal membuat ucapan Jeffry menjadi terbatas.

Seketika Alena menggigit bibirnya, merasa takut sendiri Jeffry berkata seperti itu lebih lagi tadi Jeffry sedikit membentak.

"Kamu kenapa selalu bawain Bapak bakal? " tanya Jeffry, merasa bersalah karena telah membentak Alena. Walau bagaimana pun Alena telah membentu Jeffry, dalam membuat mamanya merasa senang.

Alena melihat Jeffry beberapa detik, lalu gadis itu tertawa membuat Jeffry jadi bingung. "Bapak gaya bicaranya suka berubah-ubah, ya, " ucap Alena masih dengan tawanya.

Jeffry hanya bisa bersikap acuh, sambil menikmati roti bakar itu.

"Bapak nggak mau nanya, kenapa aku bisa suka sama Bapak? " tanya Alena sambil menggigit roti bakar miliknya.

"Kenapa? " balas Jeffry sambil mengunyah, ucapan pria itu juga terdengar kurang jelas.

"Karena Bapak ganteng, " jawab Alena diakhiri dengan tawaan.

Gadis aneh, pikir Jeffry. "Itu namanya kamu mandang fisik. "

Alena mendelik, tidak setuju dengan ucapan Jeffry. "Enggaklah. Aku itu suka sama bapak tulus dari hatiku yang paling dalam, " ucap Alena berlebihan.

Alis Jeffry terangkat. "Kamu nggak malu ngomong gitu? "

Alena menggeleng polos. "Kadang aku juga bingung, kenapa bisa suka sama om-om. "

Jeffry mendelik, berani sekali gadis itu mengatai Jeffry Om-om. "EH GUE MASIH MUDA, YA. BUKAN OM-OM."

Bukannya takut Alena malah tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa ketawa lo? " tanya Jeffri masih dengan wajah kesal.

"Bapak lucu." kata Alena melihat Jeffry dengan tersenyum.

Jeffry berdecih, sambil membuang muka ketempat lain.

"Masuk kelas sana, udah bel, " kata Jeffry layaknya mengusir, mangarahkan dagunya agar Alena pergi.

Bel belum berbunyi sebenarnya. Alena diam, membuat Jeffry juga diam.

Alena menoleh ke Jeffry, Alena tidak mampu untuk tidak melihat pemandangan indah itu. "Bapak cinta sama Buk Audrey? " tanya Alena asal.

"Cinta. Banget. Dia nggak bawel kayak lo, " ucap Jeffry pedas.

Alena mencibir. "Berarti aku harus kalem, biar Bapak bisa suka sama aku? " tanya Alena dengan raut wajah seakan berfikir.

Jeffry menghela nafas. "Jadi diri lo sendiri. "

Alena mengangguk kecil. "Aku mau Bapak suka sama aku. " lirih Alena.

Jeffry berdecih, moodnya yang sempat membaik kini kembali memburuk karena ucapan Alena. "Alena, udahlah..."

Alena menoleh ke Jeffry. "Kenapa Bapak benci sama aku? " tanya Alena cepat.

Jeffry menghela nafas panjang. "Bapak nggak benci sama kamu, " ucap Jeffry dengan nada bicara lebih baik dari sebelumnya.

"Aku bakal bikin Bapak suka sama aku." Alena makin menjadi-jadi.

"Coba aja, kalau bisa.

Alena tersenyum mendengar itu. Setidaknya ia diberi secercah harapan oleh Jeffry. Tapi ada Audrey, akankah suatu saat mereka berpisah?

Alena tersenyum hangat ke Jeffry. "Makasi. "

Jeffry mengangkat alisnya. "Kenapa bilang makasi? " tanya Jeffry yang dibalas gelengan oleh Alena. Gadis itu benar-benar aneh menurut Jeffry. "Yaudah, Makasi juga udah bawaiin Bapak bekal. Enak, Bapak suka." Jeffry menggerutu didalam hati, menyesali kalimat itu keluar dari mulutnya.

Alena tersenyum mendengar itu. "Aku senang. "

Jeffry meringis kecil, entah kenapa ia jadi merasa gugup seperti ini. "Tapi, lain kali jangan lagi, ya. "

Alena memaksakan senyumnya. Sempat terbang tadi, tapi kini ia kembali dijatuhkan. Tapi tidak apa, ini baru permulaan.

Cinta sepihak memang manyakitkan. Tapi suatu saat cinta sepihak itu pasti akan terbalaskan.

JANGAN TINGGALKAN JEJAK.

Menurut kalian mereka bakal jadian ga sih?






Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang