Sebelum baca jangan lupa vote:)
Jeffry memaksakan senyumnya, sambil mendengarkan sang Mama bercerita dengan tangan memeluk foto sang suami.
Lima belas menit telah berlalu, tapi sang Mama tak henti bercerita dan bertanya tentang sang Papa. Karena tidak mau membuat sang Mama sedih, tentu saja Jeffry menjawab dengan kebohongan.
Mama Jeffry menghela nafas panjang. "Andai saja, Papa masih hidup ya, Jef," ucap Mama Jeffry menampakkan raut wajah sedihnya ke Jeffry.
'Papa ninggalin kita karena dia selingkuh Ma, bukan meninggal, ' ucap Jeffry didalam hati, memandang sang Mama dengan ekspresi sedih pula.
Jeffry menghela nafas, mencoba untuk tersenyum. "Kita doain aja Papa, Ma. Biar dia tenang. Mama jangan sedih gitu dong, ntar Papa disana juga sedih, " ucap Jeffry membuat sang Mama sedikit tersenyum.
Senyum Mama Jeffry tidak bertahan lama, kini raut wajah wanita itu kembali penuh dengan kesedihan, meratapi sang suami. "Andai Mama nggak hilang ingatan. Mama kepengen...sekali, buat ngingat perlakuan-perlakuan manis Papa kamu sama Mama, " ucap Mama Jeffry diakhiri dengan helaan nafas.
Justru Jeffry bersyukur sang Mama hilang ingatan. Jika tidak, pasti sampai sekarang sang Mama dihantui dengan rasa sedih yang hebat. Mengingat, sang suami yang selingkuh.
"Jef...Papa orang baik 'kan? "
Jeffry tersentak, ia meneguk ludahnya lalu kembali tersenyum dengan keadaan hati yang seakan tengah ditusuk-tusuk jarum. Jeffry mengangguk. "Iya Ma, Papa orang Baik. Baik...banget. " tangan Jeffry mengepal usai mengatakan itu. Berapa banyak kebohongan lagi yang ia ucapkan ke sang Mama? Berapa banyak lagi karangan cerita yang ia ceritakan ke sang Mama? Terkadang Jeffry merasa durhaka kepada sang Mama, karena saking seringnya berbohong. Tapi jika ia jujur, Jeffry takut sang Mama merasa sedih.
Semuanya terasa serba salah.
Mama Jeffry tersenyum. "Tentu. " dengan senyuman yang mengembang, Mama Jeffry memicingkan matanya sesaat. Lalu berpaling ke foto Papa Jeffry yang tengah ia peluk. "Kamu aja anak yang baik, tentu Papa juga orang baik. " Mama Jeffry tersenyum, sambil mengelus foto Papa Jeffry. Itu sukses membuat hati Jeffry terasa tersayat.
Jeffry memang tersakiti karena sang Papa. Tapi itu bukan apa-apa dibandingkan dengan sang Mama. Sang Mama lebih tersakiti. Mama Jeffry bahagia, dengan semua cerita karangan Jeffry tentang sang Papa. Tapi Jeffry tidak akan tahu, bagaimana nantinya ketika ingatan sang Mama pulih. Bagaimana nantinya, ketika sang sang Mama bisa mengingat semuanya. Jeffry takut, sang Mama marah karena ia telah berbohong. Jeffry takut sang Mama trauma, karena kejadian di masa lalu. Jeffry takut, penyakit sang Mama kambuh lagi ketika mengingat itu.
Air mata Jeffry memberontak untuk keluar. Tapi Jeffry pria yang hebat, ia mampu menahannya. Walau ketika ia menahan air matanya, ketika ia menahan semua emosinya, disitulah hatinya terasa semakin sakit dan sesak.
Jeffry mencoba kuat didepan semua orang. Jeffry selalu memakai topeng ketika berhadapan dengan semua orang, terutama berhadapan dengan sang Mama. Hanya Rindu dan kamar Jeffry lah yang menjadi saksi kesedihan pria itu. Didepan Rindu Jeffry menangis, didalam kamar diatas baringan kasur Jeffry lebih menangis lagi. Tidak jarang bantal pria itu basah, karena air mata.
Kenangan-kenangan indah pada masa lalu, kerap kali ia ingat. Jeffry selalu tersenyum mengingat itu. Tapi beberapa detik setelah itu, mata Jeffry menyendu, dan perlahan cairan bening keluar. Mengingat ending dari kisah indah keluarganya. Ternyata Endingnya begitu menyedihkan, mampu membuat Jeffry menangis setiap malam.
Jeffry selalu mencoba menguatkan dirinya. Jeffry selalu mengatakan pada dirinya, masih banyak orang yang menyayangi dirinya. Kini kewajiban Jeffry hanya satu, yaitu membahagiakan sang Mama. Itu saja. Melihat keadaan sang Mama yang begitu, membuat Jeffry bertekad kuat untuk membahagiakan wanita itu. Jeffry akan berusaha, apapun rintangannya. Jika sang Papa tidak bisa membahagiakan Mamanya, maka Jeffry lah yang membahagiakannya. Tidak apa Jeffry lelah, yang penting sang Mama bisa bahagia.
Jeffry mengerjap pelan, sadar dari lamunannya. Pria itu mengusap cepat wajahnya, beralih melihat sang Mama yang masih memandangi foto sang Suami.
Jeffry menghela pelan. Mengambil dengan pelan foto itu, membuat sang menyerngit melihatnya. "Mama tidur, ya. Udah malem, " ucap Jeffry, sambil meletakkan foto itu diatas nangkas.
Mama Jeffry mengangguk mengiyakan, membuat Jeffry sedikit merasa lega. Jeffry tidak suka, sang Mama berlarut-larut memikirkan pria yang nyatanya brengsek itu.
Jeffry mencium kening sang Mama, lalu mulai beranjak pergi. Sebelum menutup pintu, mata sendu Jeffry mengarah kepada sang Mama yang tengah mengatur posisi tidur. Jeffry merasa kasihan, sang Mama selalu memikirkan suaminya, lebih tepatnya Papa Jeffry. Sedangkan pria brengsek itu, malah bersenang-senang dengan wanit lain. Tanpa memikirkan wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu.
Jeffry menutup pintu kamarnya, sebelum air matanya benar-benar jatuh.
Satu kata buat Jeffry dong
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...