(16)Terima kasih, Rindu

144 15 0
                                    

Rindu berdiri didepan pintu kamar Jeffry, dengan tangan memegang sepiring nasi. Gadis itu menghela nafas panjang, melihat Jeffry menikmati rokok yang terselip diantara jari manis dan tulunjuknya. Rindu tahu, Jeffry bukan perokok yang aktif. Rindu tahu, Jeffry merokok kala dirinya tertekan saja.

Jeffry merokok untuk menenangkan isi kepalanya.

Rindu tahu masalah Jeffry sekarang.

"Gue nggak mau ngeropotin lo, Ndu," Ucap Jeffry dengan kening mengkerut. Jeffry benar-benar merasa tidak enak dengan keluarga Rindu, yang selalu mengantarkan makanan untuknya.

"Gue juga nggak mau kali repot-repot karna lo," ucap Rindu, sembari meletakkan makanan itu diatas nangkas. "Ini juga Mama yang maksa."

Rindu boleh saja berkata seperti itu, tapi didalam hatinya tentu saja ia mau repot-repot karena Jeffry.

"Udahlah, Jef, ambil aja uang yang dikasih Papa gue, " ucap Rindu, sembari duduk disamping Jeffry.

"Gue nggak enak, Ndu. "

Tadi dokter mengatakan bahwa Mama Jeffry sudah bisa pulang kerumah. Tapi masalahnya Jeffry tidak bisa menembus uang rumah sakit. Alhasil, Mama Jeffry belum dibolehkan pulang, sebelum Jeffry melunasi uang rumah sakit.

Papa Rindu tadi bilang, biar dirinya yang menembus biaya rumah sakit, tapi Jeffry menolak.

Dan sekarang Jeffry benar-benar pusing untuk mendapatkan uang itu dari mana. Uang yang didapat dari hasil bekerja sebagai barista, jangankan untuk menembus rumah sakit, untuk makan dan biaya kuliah Jeffry saja kurang.

Jeffry menghela nafas panjang. Pria itu menghisap rokok dalam-dalam, lalu menghembuskan asap yang begitu banyak, tanpa memikirkan Rindu.

Rindu juga ikut menghela nafas panjang, melihat keadaan Jeffry yang seperti ini.

"Atau nggak, lo ambil uang yang dikasih Papa lo aja. Tiap bulan kan dia ngisi rekening lo tuh, " usul Rindu dengan semangat.

Jeffry melihat Rindu dengan malas. "Gila lo. "

"Terus gimana? Lo biarin aja tuh Mama lo dirumah sakit jiwa selamanya? "

Jeffry terlihat tidak begitu peduli, pria itu bermain-main dengan asap yang ia keluarkan dari mulutnya.

"Udahlah Jef, pake aja uang yang dikasi Papa, lo. "

"Gue nggak mau, Rindu, " bentak Jeffry. Sangat jarang sekali Jeffry membentak Rindu seperti ini.

"Trus lo maunya gimana? "

Kedatangan Rindu disini bukannya menenagkan pikiran Jeffry, malah tambah memusingkan kepala Jeffry. "Gue nggak mau make uang dari pria itu, Rindu! " bentak Jeffry, lagi.

"Trus make kendaraannya lo mau? Make rumahnya lo mau? "

Jeffry langsung menoleh ke Rindu, rahang pria itu mengeras.

Jeffry menghela nafas panjang, ingin rasanya sekali lagi ia membentak Rindu. Tapi apa yang dikatakan gadis itu benar.

"Jef, lo nggak kasihan liat mama lo dirumah sakit terus? " ucap Rindu dengan suara melambat. "Lo harus ngerti sama keadaan dong, Jef."

Untuk kesekian kalianya Jeffry menghela nafas. "Iya."

"Iya apa? "

"Iya, gue make uang dia. "

"Dia siapa? " Rindu tahu, kalau Jeffry benar-benar malas menyebut kata 'Papa'

"Pria brengsek itu," ucap Jeffry malas.

Rindu tertawa. "Sok-sok bertahan tanpa seorang Papa lagi. Nggak bisa kan lo? "

"Bisa, buktinya gue bisa hidup sampai sekarang. "

"Hidup dengan bantuan Papa lo."

Jeffry tidak menjawab. Pria itu terlihat menekankan puntung rokok, ke absak yang berada disampingnya.

Rindu mendengus, ketika Jeffry mengambil batang rokok yang baru.

"Gue nggak suka ngeliat lo ngerokok, " ucap Rindu, berharap dengan mengatakan itu Jeffry akan membuang rokok yang ada dimulutnya.

"Yaudah, nggak usah liat. "

Rindu berdecak, dengan cepat tangan Rindu meraih batang rokok yang ada dimulut Jeffry. Lalu gadis itu menjatuhkannya ke asbak.

Rindu langsung merebut bungkus rokok yang ada ditangan Jeffry, ketika melihat Pria itu hendak membukanya untuk mengambil yang baru.

"Lo tolol! Udah susah-sudah nyari uang, malah dibakar, " ucap Rindu, sembari mematahkan rokok Jeffry.

Jeffry tersenyum miring. Berani sekali gadis itu mematahkan rokok yang ia beli. "Gue udah beli mahal-mahal, dengan seenaknya lo matahin. "

Rindu menghela nafas panjang. "Jef...Lo kalau ada masalah larinya ke gua aja, jangan ke rokok. " ucap Rindu lirih.

Jeffry tersenyum, lalu pria itu mengelus surai hitam Rindu. "Maafin gue. "

Jeffry memeluk Rindu dengan erat.

Rindu tahu, Jeffry tengah menangis didekapannya. Karena Jeffry tidak akan memeluk Rindu, jika ia tidak menangis, karena didepan Rindu lah Jeffry mau terlihat lemah.

Rindu melepas pelukan lebih dulu. Benar, Jeffry menangis.

Rindu menghapus air mata Jeffry. "Gue tau, lo pasti bisa ngelewatin ini semua, Jef."
"Percaya sama gue. "

"Gue capek, Ndu. " ucap Jeffry, masih menangis.

Rindu tersenyum, mata gadis itu berkaca-kaca, padahal ia sudah berusaha untuk menahan air matanya.

"Ada gue, Jef. Gue bakal selalu ada untuk, lo. Sahabat kecil lo ini, pasti ada disamping lo. "

Jeffry kembali memeluk Rindu. "Makasi, Rindu. "

.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.

Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang