(39)Jeffry dan Rindu berantem

172 11 0
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu.

"Tadi itu emang Papa lo Jef, gue liat juga. "

Mama Jeffry sudah tidak memakai kursi roda lagi. Karena itu tadi ia ngotot minta ditemani Rindu untuk sekedar jalan-jalan, melewati trotoar. Dan tentu saja Rindu menerimanya. Nah, pada saat itu mereka tidak sengaja melihat orang yang benar-benar mirip banget sama Papa Jeffry, orang itu bersama perempuan, Rindu tidak mengenali perempuan itu. Mama Jeffry memang hilang ingatan, tapi ia sering melihat foto Papa Jeffry, karena itu ia tahu wajah Papa Jeffry. Awalnya Mama Jeffry mengira itu adalah Papa Jeffry karena saking miripnya dengan yang difoto. Tapi Rindu mencoba untuk meyakinkan Mama Jeffry kalau itu bukan Papa Jeffry, papa Jeffry sudah meninggal.
Tapi Rindu tahu, itu sebenarnya memang Papa Jeffry.

Jeffry menghela nafas panjang. Capek-capek pulang bekerja, eh malah dihadiahi Rindu dengan cerita yang menambah beban. "Untung Mama gue ilang ingatan. Kalau nggak, lo tau kan yang bakal terjadi? "

Rindu mengangguk mengerti.

"Jangan sampai laki-laki brengsek itu tahu gue tinggal disini, " ucap Jeffry dengan rahang mengeras. Jeffry membuang muka kesamping. "Bener, dia selingkuh."

Kali ini Rindu tidak bisa mengelak lagi. Papa Jeffry benar-benar terbukti selingkuh, karena tadi ia bersama seorang perempuan, bergandengan pula.

Jeffry melihat Rindu dengan mata sendu. Sedangkan Rindu, gadis itu dapat membaca raut wajah Jeffry. Raut wajah yang penuh kelelahan karena menghadapi semua kenyataan pahit ini.

"Ayo Jef, kerumah gue, " ajak Rindu sambil manarik tangan Jeffry. Rindu mengajak Jeffry kerumahnya karena ia meminta bantuan Jeffry untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.

Alis Jeffry terangkat, lalu menurut begitu saja.

"Lo nggak keberatan 'kan? " tanya Rindu kepada Jeffry yang tengah menutup pintu.

Jeffry melangkahkan kakinya, diikuti oleh Rindu. Satu kebiasaan Rindu, ketika berjalan beriringan dengan Jeffry, ia akan selalu memeluk lengan Jeffry. Jeffry pun tidak mempermasalahkan itu, karena ia sudah menganggap Rindu sabagai Adiknya sendiri. Tapi jangan sampai Audrey melihat itu.

"Menurut lo gimana? Gue capek pulang kerja," ucap Jeffry dengan pandangan lurus kedepan. "Lo malah minta bantuan," gumam Jeffry. "Ini juga meluk-meluk, tangan gue nggak bebas gerak jadinya, " omel Jeffry sambil melepaskan pelukan Rindu dilengannya.

Rindu menyerngit, lalu memukul kuat lengan Jeffry. "Sakit gila! " Jeffry memegangi lengannya yang kini terasa sakit.

"Secapek-capeknya gue, gue tetap bantuin lo, ya," balas Rindu ikut marah.

"Iya-iya, " ucap Jeffry seakan terpaksa, lalu melanjutkan kembali langkahnya. "Udah malem banget lagi. Besok harus ngajar." Jeffry bergumam sendiri.

"Oo jadi lo nggak ikhlas?! "

"Tu tau. "

"Yaudah, nggak jadi." akhirnya selalu begini, Rindu pasti marah. Mungkin kalian berfikir Jeffry akan membujuknya, tapi kenyataannya Jeffry juga ikut marah.

"Yaudah bagus dong! " ucap Jeffry sambil membalikkan badan.

Rindu mendelik, ikut membalikkan badan, melihat Jeffry yang sudah melangkah. "Eh awas aja lo minta tolong sama gue, ya! " teriak Rindu, berkacak pinggang.

Jeffry membalikkan badannya, melihat Rindu yang tengah mengamuk. "Ogah! Jaket gue tolong balikin! "

"Udah gue buang! " balas Rindu tidak mau kalah. "Buku nilai lo yang dirumah gue nggak bakal gue balikin."

Seketika Jeffry melotot. Kemarin malam Jeffry memeriksa latihan murid dirumah Rindu. Dan Jeffry sengaja meninggalkan beberapa buku murid dan buku nilainya dirumah Rindu.

Jeffry tidak mau kalah, pria itu malah tersenyum. "Bodo amat! " itu buku nilai kelas sebelas ips empat, Jeffry mengajar dikelas itu minggu depan, bukan besok.

Rindu menampakkan wajah jeleknya, seakan merengek. "Iih bantuin gue buat tugas, gue nggak ngerti!" ucap Rindu sedikit kesal.

Jeffry sedikit terkekeh. "Gitu caranya minta bantuan? Dengan cara halus dong, " ucap Jeffry sedikit menggoda.

"Gue selalu bantu lo ya, Jef, " kesal Rindu sambil menghentakkan kaki ketrotoar.

"Jadi lo ngungkit? " balas Jeffry memenasi Rindu.

Rindu kalau marah bukannnya seram, tapi malah imut.

"Awas aja lo nangis sambil meluk gue."

Jeffry menjadi sedikit menciut, merasa malu. Tapi ia mencoba untuk terlihat biasa saja. "Lo kali yang datengin gue. "

"Lo ngeselin, ya, Jef! "

Jeffry terkekeh, membuat Rindu jadi semakin kesal. "Masalah buat lo? "

Rindu mendelik ke Jeffry. "Awas aja lo minta tolong sama gue. "

"Nggak bakal."

"Gue benci liat lo."

"Gue juga benci liat lo. "

  

Maaf jelek.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.








Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang