(22)Senjata makan tuan

148 10 0
                                    

"Terserah lo." Devan mengerti dengan ekspresi Rendi, maka dari itu Devan berkata seperti tadi.

Devan terlihat tidak begitu memperdulikan teman-temannya yang mengikuti hasutan Tono. Toh, Devan sudah mengingatkan teman-temannya tadi malam. Devan duduk dibangkunya dengan tenang, menunggu Jeffry masuk kedalam kelas. Sedangkan Rendi, pria itu terlihat buru-buru mengganti pakaiannya.

PENJAS XI IPS 1

Jefrry Julian Pratama: Bagi yang udah ganti baju cepat ketempat praktek renang. Bagi yang belum, ganti cepat.

"BODO AMAT!! " sembur Tono kelayar ponselnya.

"Cuih! Cuih! " lain lagi dengan Rifal, pria itu seakan meludah-ludahi layar ponselnya.

"Kok gue kasian sama pak Jeffry, ya," Alena menampakkan wajah penuh dengan kekasihanan.

"Gue sendiri nih yang ikut praktek? " tanya Devan sambil melihat temanya satu persatu. Tidak ada sahutan, membuat Devan mengumpat didalam hati.

Devan langsung melangkahkan kaki nya keluar dari kelas.

*

Guru berwajah sangar itu berdiri didepan pintu kelas sebelas ips satu. Mata guru itu manatap tajam kedalam kelas. Telinga guru itu memanas mendengar alunan musik asing yang begitu menggelega. Tangan guru itu mengepal dibelakang, melihat Rifal memasangkan alas meja ke kepala Tono layaknya jilbab.

Devan yang berdiri disamping guru itu, tidak tinggal diam. Devan langsung masuk kedalam kelas, dan memberitahu teman-temannya.

Ketika kelas sudah diam, barulah guru itu masuk. Karena keheningan derap langkah guru itu terdengar begitu jelas.

Semua murid tampak begitu ketakutan.

Mata guru itu menatap tajam kearah samping, menyaksikan Tono yang berusaha membuka alas meja yang terpasang layaknya jilbab dikepalanya.

Tono menyumpahi Rifal yang telah memasangkan itu kekepalanya.

Seisi kelas tertawa, melihat Tono yang berjuang melepaskan alas meja tersebut. Sepertinya, pria itu kesusahan mencari keberadaan peniti di alas meja tersebut.

Pak!

"MASIH BERANI TERTAWA KALIAN?!" ucap guru itu marah.

Guru itu bukan Jeffry, tapi Pak Buyung. Guru paling galak nomor dua setelah Pak Syahrul. Entah kenapa sekolah ini terlalu banyak menyimpan guru-guru galak.

Hari ini Jeffry dan Pak Anton menemani para siswa yang ikut lomba futsal kesekolah lain. Maka dari itu Pak buyung lah yang menggantikan Jeffry hari ini. Pak Buyung adalah guru olahraga kelas sepuluh.

"Saya yang menggantikan Jeffry hari ini. Kata Jeffry kalian hari ini praktek renang. Kata Jeffry dia udah nyuruh kalian buat ke ruangan renang. TAPI MANA?! " Suara Pak Buyung mengeras pada kalimat akhirnya.

"HANYA SATU ORANG YANG PAKE BAJU OLAHRAGA, ITUPUN KETUA KELAS. " Pak Buyung berjalan, dengan tangan mengepal dibelakang badannya. Pak Buyung menatap satu persatu murid, membuat murid itu menunduk ketakutan.

"Atau jangan-jangan, selama ini kalian seperti ini sama Jeffry? " ucap Pak Buyung masih dengan suara tegasnya.

"Kamu juga Devan, kamu ketua kelas. Seharusnya kamu bisa mengingatkan teman-teman kamu, " ucap Pak Buyung malah menyalahkan Devan.

Mungkin kalian pikir Devan diam, atau mencari alasan yang tidak melibatkan rencana Tono. Kalian salah. "Saya udah bilang sama mereka, Pak. Tapi mereka lebih ngedengar kata Tono dari saya, " ucap Devan sambil melirik Tono.

Sedari tadi Toni mengode Devan, agar pria itu tidak berkata yang sebenarnya. Tapi tidak Devan namanya, kalau tidak seperti itu. Devan itu benar-benar ambis. Dia tidak pernah melindungi teman-temannya. Tidak jarang ia mengadu kepada guru ketika teman-temannya melanggar. Ketika ulangan pun, pria itu menjadi tuli secara tiba-tiba. Tapi anehnya tidak ada yang mengucilkannya, seisi kelas tetap mau berteman dengannya.

Pak Buyung melihat tajam ke Tono. Pak Buyung mengetahui semua murid kelas sebelas ipsa satu, karena ketika kelas sepuluh Pak Buyunglah yang mengajar dikelas ini.

"Coba jelaskan kepada saya, Tono, " ucap Pak Buyung, pak Buyung sengaja menekankan ucapannya pada nama Tono.

Tono tidak berkutip. Pria hanya bisa menunduk, dengan tangan memain-mainkan alas meja yang jadikan jilbab tadi. Dan anehnya didalam hati Tono mengumpati Jeffry.

"Jelaskan kepada saya Tono! " ucap Pak Buyung dengan suara lebih keras daripada tadi.

Melihat Tono yang diam membuat Rifal bingung. Rifal menoleh ke Tono. "Jelasin, Ton, " ucap Rifal sambil mengguncang lambat tubuh Tono.

"Aw! Kok lo nginjak kaki gue sih?!" gerutu Rifal diringi dengan risingisan.

Seisi kelas mengumpati ke sok polosan Rifal.

Pak Buyung menghela nafas panjang. "Kalian semua ikut saya. " setelah itu Pak Buyung keluar dari kelas, diikuti oleh para murid.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK

Apa yg mau kalian sampaiin ke Tono dan Rifal?

Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang