Hari ini masih sama dengan hari sebelumnya, tapi tidak dengan perasaan Alena terhadap Jeffry. Mungkin hari ini Alena akan membenci Jeffry karena sikapnya. Namun besok ketika melihat wajah Jeffry rasa itu akan kembali muncul dalam bentuk lebih besar. Rasa itu kian hari kian menggebu, tapi sayang rasa itu tidak pernah terbalaskan.
Seharusnya saat ini Alena sudah pulang kerumah. Tapi gadis itu masih setia berdiri dipojok lapangan basket. Mata gadis itu tertuju ke dua orang yang tengah bermain bola basket. Jeffry dan Audrey, adalah dua orang yang menjadi perhatian Alena sedari tadi.
Jeffry tengah mengajari Audrey bermain basket. Entah untuk apa Audrey bermain bola basket, Alena juga bingung. Padahal Audrey adalah guru kimia. "Modus! minta ajarin main lagi! Bilang aja mau berdua an sama Jeffry gue, " ucap Alena bersedekap dada, sambil melihat sinis ke Audrey.
Alena tahu Audrey adalah pacar Jeffry. Tapi Alena tetap tidak suka melihat Audrey dekat-dekat dengan Jeffry. Alena membenci Audrey.
Alena menghentakkan kakinya, melihat betapa mudahnya Jeffry tertawa ketika bersama Audrey. Ketika bersama Alena Hanya raut kemarahanlah yang diperlihatkannya.
Setiap malam Alena selalu menyemangati dirinya, untuk tidak berhenti mengejar Jeffry. Alena akan terus berjuang untuk mendapatkan pria idamannya itu. Walau pernah dalam satu malam Alena berikrar untuk tidak menyukai Jeffry lagi. Tapi besoknya, ikrar itu ditarik lagi oleh Alena.
Walau didunia nyata Alena tidak bisa membuat Jeffry tertawa, setidaknya didunia mimpi Alena selalu bisa membuat Jeffry tertawa.
Bugh!
"Aa! "
"Alena! "
Alena terjatuh, kepalanya terasa sakit, perlahan mata gadis itu tertutup.
*
Perlahan Alena membuka matanya. Orang yang pertama yang ia lihat adalah Jeffry, Alena berharap ini bukan mimpi.
Seketika Alena mengerjap, kepalanya terasa sakit. Gadis itu meringis, dengan tangan memegangi pelipisnya.
Jeffry hanya bisa melihat gadis itu dengan datar. Cepat-cepat Jeffry berdiri ketika Alena berusaha untuk duduk. Jeffry menegakkan bantal, untuk menjadi sandaran Alena.
Alena melihat Jeffry dan Audrey secara bergantian. Rasa sakit pada kepala masih dirasakan oleh Alena. Alena tidak ingat apa yang terjadi, yang Alena ingat hanyalah ketika bola melayang tepat di kepalanya.
"Tadi kamu kena bola, " ucap Jeffry sambil melihat Alena sebentar, lalu membuang muka ke pintu jendela uks.
Alena mengangguk, lalu tersenyum lebar. Walau kepalanya terasa sakit, tapi Alena merasa senang karena Jeffry telah membantunya.
"Ibuk minta maaf, ya? Ibuk nggak sengaja. " ucap Audrey.
Alena melihat Audrey dengan sinis, ternyata gadis itu yang mengenai Alena bola. "Makanya kalo nggak bisa, nggak usah main. Ibuk sebenarnya modus'kan sama Pak Jeffry? " tuduh Alena kepada Audrey. Cara bicara yang dipakai Alena ke Audrey layaknya untuk teman seumurannya.
"Bicara apa kamu ini? " ucap Keffry masih dengan wajah datar.
"Bapak Jeffry yang ganteng...aku tau dia itu sengaja, " ucap Alena terbilang lebai, gadis itu tersenyum manis ke Jeffry lalu melihat Audrey dengan sinis.
Dagu Audrey tertekuk mendengar tuduhan itu. Jelas-jelas ini hanya ketidak sengajaan.
"Ibuk nggak sengaja Alena, " ucap Audrey membela diri. "Ibuk minta maaf. "
"Apa susahnya sih memaafkan?" Jeffry tersenyum miring kemudian pria itu melihat ke jendela. Jeffry benar-benar malas untuk melihat Alena.
"Bapak apa susahnya sih buat suka sama saya?!" ucap Alena dengan suara keras. Alena tidak terima Jeffry membela Audrey. Dan sekarang Alena malah berkata-kata yang tidak-tidak, sangat jauh dari permasalahan yang sekarang.
Jeffry menyeka wajahnya, kemudian menghela nafas panjang. "Stop berharap seperti itu. Saya ini guru kamu."
"Bapak bukan guru! Tapi bapak mahasiswa. Apasalahnya anak sma berpacaran dengan mahasiswa?!" Alene sudah terbawa emosi. Mata gadis itu mulai memanas.
"Saya harus ngelakuin apa biar Bapak bisa suka sama saya? " tanya Alena dengan suara lambat, dan mata yang menyipit."Bapak nggak akan suka sama kamu! Bapak udah punya pacar! " Jeffry melirik Audrey sebentar.
"Hubungan itu bisa diakhiri, Pak," ucap Alena seenak jidatnya.
"Janga--"
"Udah, " potong Audrey. Audrey melihat Jeffry, perlahan gadis itu mengangguk, berharap Jeffry untuk mengalah.
Alena menghela nafas panjang. "Gue tau lo dalemnya busuk! " ucap Alena, melihat Audrey penuh dengan kebencian.
"Jaga omongan kamu, Alena! " bentak Jeffry, merasa tidak terima Alena berbicara seperti itu kepada sang pacar.
"Jangan mentang-mentang dia pacar bapak, Bapak bisa ngebelain dia seenaknya! " ucap Alena tidak mau kalah.
Audrey hanya bisa menghela nafas panjang. Ternyata berurusan dengan Alena tidak semudah itu.
"Dia nggak sengaja Alena! "
"Dia sengaja! "
Jeffry melihat Alena tidak habis pikir. Kenapa gadis ini begitu keras kepala?
"Sengaja nggak sengaja, dimata gue tetap dia nggak salah. Yang salah itu lo, lo yang berdiri dipojok lapangan," ucap Jeffry lambat namun penuh penekanan.
Jeffry menggapai pergelangan tangan Audrey, lalu mengajaknya untuk pergi, meninggalkan Alena sendiri.
Alena menghela nafas panjang. Alena sendiri tidak tahu, apa yang ia lakukan tadi.
Alena manangis tanpa suara.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Sampaiin uneg-uneg kalian buat Jeffry, Alena, dan Audrey dong
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...