(18)Alena menagis

217 15 0
                                    

"Udah Jef, terima aja, " ucap Rido sembari menepuk bahu Jeffry, lalu ia berlalu begitu saja.

Alena mengangguk semangat. "Iya Pak, terima aja, " ucap Alena dengan wajah yang berusaha untuk meyakinkan Jeffry.

Tapi membuat Jeffry untuk melunak tidak semudah itu. "Kamu aja yang makan. Bapak makan dikantin aja. "

Alena terus memaksa Jeffry, untuk menerima bekal darinya. Tapi pria keras kepala itu terus menolak, seakan takut memakan bekal dari Alena.

Alena yang terus memaksa membuat Jeffry naik darah. Sebentar lagi bel berbunyi, dan Jeffry belum makan. Gadis itu terus menghalaninya, membuat tangan Jeffry mengepal.

"Bapak kenapa nggak mau nerima bekal dari aku sih?! " ucap Alena mulai marah. Gadis itu merasa kesal, karena Jeffry terus menolaknya.

"Gue nggak nyuruh lo buat bawaiin gue bekal! " ucap Jeffry mulai emosi. Pria itu sama sekali tidak memperhatikan cara bicaranya.

Kening Alena mengkerut. Alena benar-benar tidak menyangka, Jeffry berkata seperti itu kepadanya. Ini masih di area sekolah, sangat tidak pantas ia berkata seperti itu.

"Karena saya suka sama Bapak, Bapak jangan semana-mena sama saya, ya?!" ucap Alena mulai marah. Mata gadis itu mulai memenas.

Gadis mana yang tidak sedih ketika orang yang ia suka meneriakinya.

"Lo yang semena-mena sama gue! " Jeffry melihat Alena dengan mata tajam. Dari awal Jeffry sudah menduga Alena akan menjadi pengganggu untuk dirinya, ternyata itu benar.

"Gue benci sama lo! "

Ucapan Alena berusan membuat emosi Jeffry menggebu-gebu. Bisa-bisanya gadis berkata seperti itu.

"Gue nggak bakal suka lagi sama lo," ucap Alena dengan suara kian melambat, karena air matanya mulai keluar. "Lo jelek! Gue benci liat lo! "

Alena menghapus air matanya, gadis itu melihat Jeffry dengan tatapan tajam.

"Bagus. Jangan ganggu gue lagi, " ucap Jeffry datar.

"Buang aja bekalnya ke tong sampah," ucap Jeffry sambil mengarahkan dagunya ke tong sampah.

Air mata Alena mengalir semakin deras.

Jeffry tersenyum miring. Jujur saja, pria itu sedikit manaruh dendam terhadap gadis itu. Dengan kurang ajarnya, Jeffry mengambil bekal ditangan Alena, dan melemparnya ke tong sampah.

Alena melihat Jeffry dengan tajam, walau air matanya terus mangalir. Perlahan Alena menunduk, air matanya tampak jelas jatuh ke lantai.

"Maaf, " ucap Alena lirih. Lalu gadis itu berlari dalam tangisan.

Jeffry melihat punggung Alena yang kian menjauh. "Gue keterlaluan? "

Semua pasang mata yang ada didalam kelas sebelas ips satu tertuju ke Alena. Gadis itu memasuki kelas masih  dengan tangisannya. Alena langsung duduk dibangkunya, ia melipat tangannya dimeja, lalu menenggelamkam kepalanya.

Gadis itu menangis bersuara, membuat teman-temannya mengerumuni mejanya.

Kia melihat Alena dengan prihatin. "Lo kenapa Alena? " ucap Kia lambat.

"Gara-gara Jeffry tuh, pasti, " tebak Rifal cepat.

"Kebangetan banget tu cowok, " ucap Tono, sembari menyisingkan lengang bajunya.

Alena mengangkat kepalanya. Gadis itu menghapus air matanya, walau ia masih terisak.

Diam-dima Riska merekam Alena, untuk dijadikannya sebagai konten tik-tok. Tapi sayang aksinya itu diketahui oleh Dea.

"Kebangetan lo! " ucap Dea sembari menimpak kepala Riska dengan buku. Riska cikikikan, lalu kembali menyimpan ponselnya.

"Tau tuh si Riska, " sahut Tono.

"Lo diapain sama Pak Jeffry? " tanya Kia dengan baik-baik.

"Makanya, lo gue suruh mundur, ga mau sih, " ucap Tono menyalahkan Alena.

"Iya, gini kan jadinya," balas Rifal mendukung Tono.

"Gu-gue benci sama Pa-pak Je-Jeffry," ucap Alena sesegukan, sesekali gadis itu menghapus air matanya.

Tono menepuk bahu Rifal dengan semangat, membuat pria itu sedikit kesakitan.

"Sakit anjir! " Rifal memegangi bahunya yang ditepuk Tono tadi.

"Kita harus beri pelajaran sama Jeffry," ucap Tono sambil mengangkat tangannya semangat.

Rifal mengangguk semangat. "Lo tenang aja Alena. Kita yang urus ini semua. "

Dua pria tidak jelas itu berlari keluar, berniat menemui Jeffry dan memberi Jeffry pelajaran. Dan tanpa mereka sadari bel untuk masuk kelas sudah berbunyi.

Mereka sedikit mengintip pintu ruangan olahraga. Terlihat disana Jeffry tengah makan, ditemani Audrey yang tengah bermain hp.

Mereka berdua saling dorong, untuk masuk lebih dulu.

"Lo aja yang masuk oi," bisik Tono, sambil mendorong tubuh Rifal.

"Kok gue sih? Kan lo yang ngajak, " ucap Rifal sedikit berbisik. "Kita balik aja deh. Takut gue sama Jeffry, matanya tajem. "

Tono memukul kepala Rifal, membuat pria itu mengaduh lambat. "Jangan banci anjir! Kalau Jeffry ngeluarin jurus matanya, tinggal kita colok aja matanya. Beres kan? "

Rifal mengangguk semangat. Pria itu mendorong Tono untuk masuk lebih dulu.

Jeffry dan Audrey menoleh.

Tono menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Pria itu menyanggol Rifal, lalu mereka berdua terlihat berbisik-bisik.

"Mau apa kalian? " tanya Jeffry datar, seusai itu Jeffry menyerup teh es miliknya.

"Tanggung jawab tuh, Pak. " ucap Tono.

Rifal mengangguk. "Iya. Bapak udah bikin anak orang nangis, " ucap Rifal, sambil melirik sinis Audrey.

Jeffry tampak tidak memperdulikan mereka berdua. Pria itu tetap fokus dengan nasi bungkus yang ada dihadapannya. Sampai-sampai dua pria yang meminta pertanggung jawaban itu meneguk ludah, melihat enaknya Jeffry makan.

Rifal dan Tono kembali berbisik-bisik, entah rencana apa yang mereka rancang.

"Bapak apa salahnya nerima bekal dari Alena sih?! Nggak ngehargian orang banget! " entah kenapa tiba-tiba suara Tono mengeras.

"Mentang-mentang Alena, suka sama bapak. Bapak seenaknya aja mainin dia, " ucap Rifal sambil melirik sinis Audrey, lagi.

Jeffry menghela nafas panjang. Ia benar-benar muak dengan dua pria itu.

"Bapak punya hak, buat nolak. Bapak nggak pernah nyuruh dia buat bawaiin bapak bekal, " ucap Jeffry tegas.

Rifal mengaggaruk pipi sampingnya. "Bener juga, ya. Lagian si Alena ngapain sih bawa-bawain bekal segala. " ucap Rifal bingung.

Tono nengerutui kebodohan sahabatnya itu. Dengan cepat Tono memukul kepala Rifal. "Lo kok belain dia sih?! " kesal Toni.

Rifal mengangguk. "Bapak nggak usah jual mahal deh! " tegas Rifal, sambil melirik sinis Audrey untuk kesekian kalinya.

.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.












Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang