"Aaa!!! " Alena berteriak sembari menggerak-gerakan kakinya keudara. Semenjak kejadian tadi siang, mood Alena benar-benar buruk. Bahkan ia merasa enggan turun untuk makan malam, padahal tadi sang bunda sudah memanggil.
"Jeffry lo kebangetan!! " teriak Alena, sambil berguling-guling dikasurnya. "Gue benci sama lo! " teriak Alena, diakhiri dengan rengekan.
Lima menit yang lalu Alena sudah berikrar, kalau dia tidak akan mengganggu Jeffry. Lima menit yang lalu, Alena menyumpahi Jeffry, agar pria itu menyukainya. Ketika Jeffry menyukai Alena, Alena akan mencampakkannya. Sama seperti apa yang dilakukan Jeffry.
"Alena cepat turun!! " terdengar suara panggilan Bunda Alena, Maria.
"Iya Bun! "
Dengan setengah hati Alena keluar dari kamarnya. Bahkan rasa lapar sedikitpun tidak ada ia rasakan.
Alena menghela nafas panjang. Gadis itu menetralkan raut wajahnya, tidak boleh ada kesedihan disana.
"Malam Bun, Pa, " ucap Alena sambil duduk.
"Dipanggil, nggak nyaut-nyaut, " ucap Bunda Alena. Bunda Alena sudah mulai makan terlebih dahulu.
Alena hanya cengengesan, lalu gadis itu mengambil makanan.
"Bagaimana sekolah kamu, Alena? " tanya Adrian, Papa Alena. Lebih tepatnya Papa tiri Alena. Walau berstatus sebagai Papa tiri dihidup Alena, namun kasih sayang yang diberikan Andrian begitu melimpah.
Adrian mampu menggantikan Papa kandung Alena yang telah meninggal. Dulu ketika Papa Alena meninggal, gadis itu benar-benar terpuruk. Bahkan berbicara pun Alena jarang. Menangis pada malam hari adalah hobi Alena saat itu. Dan suatu hari, Adrian datang. Awalnya Alena menolak kehadiran Adrian, tapi waktu menunjukkan betapa berharganya Adrian.
Alena tidak mau kehilangan Papa keduanya itu.
"Nggak baik-baik aja, Pa, " ucap Alena sambil menyuap.
Kening Adrian mengkerut. Tentu saja ia merasa khawatir. "Nggak baik-baik gimana? "
Alena melihat Adrian, gadis itu mengerutui dirinya karena salah bicara. "Enggak, Pa, " ucap Alena cengengesan. "Disekolah sekarang ada guru Pl. Galak. " adu Alena.
Adrian terkekeh. "Masak guru Pl galak," ucap Adrian sedikit tidak percaya.
Alena mengangguk semangat. "Iya, Pa. Alena juga nggak suka sama dia, " ucap Alena gemes, sambil menusuk-musuk makanannya dengan garpu. Gadis itu membayangkan makanan itu adalah Jeffry. "Gue benci sama lo Jeffry, " ucap Alena kesal, gadis itu masih menusuk-nusuk gemes makanannya.
"Alena! Kamu kenapa? " ucap Maria, mulai panik dengan anaknya itu.
"Jeffry? Siapa itu Jeffry? " tanya Adrian dengan kening mengkerut.
Alena menggigit bibirnya bawahnya. Walau sekarang Alena berhadapan dengan keluaganya, tapi tetap saja ia merasa malu. "Enggak. Alena makannya udah selesai, " ucap Alena, lalu gadis itu langsung berlari menaiki anak tangga.
"Habisin dulu makanannya!" teriak Maria.
"Udah kenyang, Bun! "
Sedangkan Adrian terpaku ketika mendengar nama itu. Hatinya terasa sakit ketika mendengar nama itu. Adrian benar-benar merasa gagal menjadi seorang ayah, ketika mengingat nama itu.
**
Alena duduk dimeja belajarnya, berniat mengerjakan tugas. Tapi seketika raut wajah gadis itu berubah, seperti menangis.
"Aaa! " teriak Alena sedikit merengek. Alena menempelkan pipinya ke meja, tangan gadis itu meninju-ninju meja tersebut.
"Besok gue ada penilain sama Pak Jeffry, " rengek Alena sendiri. "Gue belum siap! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...