"Yang cewek-cewek pake baju renang aja deh," ucap Rifal sembari tertawa geli, pria itu langsung mendapat tatapan tajam dari Jeffry.
"Pak, nggak salah nih, kita pake baju olahraga? " Protes Devan dengan sopan.
"Iya. Kena air 'kan berat, pak, " ucap Dea mendukung ucapan Devan.
"Saya sih terserah aja, yang penting ada bapaknya, " ucap Alena sembari tersenyum manja dan mengedip-ngedipkan matanya ke Jeffry, membuat teman-temannya bergidik jijik.
"Pak abis ini kita buat tik-tok bareng, ya? " ajak Riska.
"Jangan mau, Pak, sama saya aja, " ucap Alena sedikit sewot.
"Pak, Jam bapak sampai pukul berapa? Sehun oppa mau live nih, " ucap Dea, seakan mengeluh.
"Pak, kayaknya saya nggak bisa ikut latihan renang deh. Luka saya kalau kena air perih, Pak, " ucap Tono, sembari menggosok-gosok lehernya yang penuh dengan goresan.
"Pak, cowok sama cewek dipisah aja dong, Pak, " ucap Tia. Tia mempunyai body yang lebih montok diantara semuanya, tentu saja ia merasa enggan dilihat oleh para siswa. Walau sekarang materinya bukan lompat jauh, yang membuat anggota tubuh Tia bergetar, tapi tetap saja ia merasa tidak percaya diri.
Jeffry menghela nafas panjang, merasa capek mendengar cilotehan-cilotehan dari muridnya. Ini baru menjadi guru Pl, belum guru yang sesungguhnya. Bisa-bisa Jeffry naik darah kalau seperti ini.
"Devan, biasanya kalau olahraga cowok sama cewek dipisah? " tanya Jeffry ke Devan. Jeffry bertanya ke Devan karena ia tahu, hanya Devan yang waras diantara semuanya.
"Tergantung, Pak, tapi kalau renang kayaknya enggak deh Pak," jawab Devan sedikit kebingungan, pria itu menggaruk-garuk tekuknya yang tidak gatal.
Jeffry berdehem. "Cewek sama cowok dipisah pas pangambilan nilai aja, ya, Tia? Biar mudah. Nggak ngabisin waktu, biar temen kamu bisa nonton Sehun Oppa live." Jeffry sedikit menyindir Dea, karena merasa kurang dibargai oleh gadis itu. Bahkan Jeffry saja tidak tahu apa itu Sehun Oppa.
"Nah, kalau masalah baju, ini Pak Anton yang nyuruh, jadi nggak ada yang protes, " ucap Jeffry tegas.
"Pak Jeffry ternyata galak, ya guys? " ucap Rifal sembari melihat satu persatu temannya. Dan bengeknya lagi, mereka membalas dengan anggukan.
"Trus saya gimana, Pak? " Tono mempertanyakan nasibnya, dengan wajah yang memprihatinkan, dan jangan lupakan tangan pria itu yang terus Menggosok-gosok lehernya.
"Kalau kamu, terserah. Mau ikut, atau nggak. Yang jelas kalau kamu tidak ikut, kamu saya absen 'kan. " Jeffry sudah dapat membaca dari raut wajah Tono, pria itu sebenarnya memang tidak punya niat untuk latihan kali ini.
"Yok, sekarang pemanasan, " perintah Jeffry, pria tegas ini meminta Devan untuk memimpin pemanasan.
"Pak, kok pemanasan sih? " tanya Rifal, tidak ada sopan-santunnya, seakan ia bertanya ke teman seumurannya
Jeffry menghela nafas panjang, ingin ia melempari buku absen miliknya ke kepala Rifal.
Bisa-bisa jam habis kalau mereka bertanya seperti ini terus. "Terserah kalian. Mau pemanasan atau tidak, kalau kaki kalian kram, Bapak tidak tanggung jawab. "
"Kok kalian sih, Pak? Yang ngomong gitu 'kan si Rifal doang, " protes Alena yang dibalas dengan tatapan tajam oleh Jeffry, membuat gadis itu tidak berkutip.
Semuanya kembali berjalan lancar. Melihat Jeffry yang tegas dan langsung marah ketika ada yang bercanda, membuat para murid enggan bermain-main.
Jeffry menyontohkan cara berenang dengan berbagai gaya. Membuat semuanya terkagum-kagum akan keahlian renang pria itu. Terlebih Alena, mata gadis itu tidak pernah berpaling dari Jeffry.
Baju Jeffry basah kuyub, membuat bentuk tubuhnya terlihat jelas, yang bisa membuat kaum hawa berteriak. Ditambah lagi dengan rambut hitam pekat pria itu yang basah.
"Pak Jeffry kayaknya punya roti sobek, deh, " bisik Kia ke Alena yang tengah fokus ke Jeffry.
"Keren banget anjir," ucap Riska lambat namun bisa didengar oleh teman-temannya.
Jeffry naik kepermukaan. Pria itu menyeka rambut yang menutupi keningnya.
"Aaaaa!! Damagenya!! " teriak Alena histeris melihat itu.
"Bapak ganteng banget kalau gini!! " ucap Kia, bersemangat sembar melompat-lompat kecil.
"Keren juga, tapi jago bela diri nggak? Kayak beakhyun gue, " ucap Dea, sedikit acuh, tanpa memperdulikan cara bicaranya.
"Bapak jangan tebar pesona, dong, " protes Rifal yang dibalas anggukan oleh beberapa murid pria.
"Mulut lo oi! " ucap Devan memperingati Rifal.
"Mana pake pamer roti sobek segala lagi," ucap Tono sembari memutar bola mata. Sewaktu mencotohkan gerakan renang tadi tidak sengaja baju Jeffry terangkat, membuat perut pria itu terlihat.
Jeffry memicingkan matanya sesaat, mencoba untuk meradang emosinya karena omongan dua pria itu.
"Bapak tadi sudah menjelaskan, bagaimana cara melakukannya, dan juga sudah mencontohkannya dengan benar. Sekarang bapak mintak, coba Devan. Praktekan, seperti bapak tadi." ucap Jeffry tegas.
"Lah, seperti bapak, Devan perutnya buncit, Pak. Nggak bisa ngeliatin roti sobeknya seperti bapak tadi, " ucap Rifal membuat yang lainnya tertawa terbahak-bahak.
"Tidak ada yang ribut." tegas Jeffry, ketika Devan hendak membalas ucapan Rifal.
"Saya aja dulu, Pak! " ucap Alena semangat, gadis itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Jeffry pun mempersilahkan Alena untuk mencontohkan.
Alana dengan bangganya berdiri, diiringi dengan tepuk tangan dan sorakan dari Rifal.
Kini Alena sudah berdiri ditepi kolom berenang, tepatnya disamping Jeffry.
"Jangan bilang lo nggak mau ngelepas jam tangan murah lo itu, karena gengsi sama Pak Jeffry," ucap Tono, menyindir Alena yang tidak melepas jam tangannya ketika hendak mencebur.
Alena cengengesan, lalu gadis itu membuka jam tangannya. Ia berjalan mendekati Dea, menitip jam tangannya itu.
Jeffry mendengus, bisa-bisa jam habis kalau begini.
"Lempar aja, " ucap Dea, sembari bersiap menangkap jam tangan Alena.
"Tangkep, ya." sebelum melempar jam tangan, gadis itu mundur beberapa langkah.
"Aaaaa! "
Byur!!
"ALENA!! "
"PAK JEFFRY!! "
Karena terlalu mundur, membuat gadis itu terpeleset kekolam berenang yang ada dibelakangnya. Dan bodohnya lagi, Alena menarik baju Jeffry, membuat mereka berdua tercebur kedalam kolam berenang.
Gila si Alena!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena (END)
Teen FictionJeffry itu seorang guru PL, tentu umurnya dengan Alena terpaut jauh, tapi Alena tetap mencintainya. Jeffry itu sering marah, suka membentak, dingin, dan Alena masih tetap mencintainya. Kurang tulus apalagi cinta Alena terhadap pria itu? Alena selal...