(70)Jeffry love Rindu

325 11 1
                                    

Jangan lupa vote

Sore ini Jeffry berada dirumah Rindu. Orang tua Rindu yang tidak ada dirumah membuat Jeffry bebas melakukan apapun.

Jeffry mengulum senyum, membaca buku diary Rindu secara diam-dima. Tanpa disadari mukanya sudah merona.

Jeffry menggigit bibirnya, menggerutu kecil kenapa secara tiba-tiba ia menjadi senang seperti ini. Hatinya pun terasa menghangat, ingin menghentikan senyuman itu, tapi ia tidak bisa.

Jeffry menggeleng kecil, ia membaca terlalu banyak. Cepat-cepat pria itu meletekkan buku diary Rindu ketempat semula. Bersamaan dengan itu Rindu keluar dari kamar mandi, gadis itu buang air kecil tadi. Jeffry menghela nafas panjang, untung Rindu tidak melihatnya.

Rindu menyerngit, melihat Jeffry dengan tatapan yang sulit diartikan. Pria itu tampak salah tingkah, seakan usai melakukan sesuatu. Tapi apa? Rindu tidak tahu. "Ngapain lo? "

Jeffry meringis, mencoba untuk mengedalikan dirinya. Detak jantungnya masih tidak karuan, karena takut Rindu mengetahui perbuatannya tadi. "Enggak, " jawab Jeffry singkat, melompat kearah ranjang Rindu, lalu mengeluarkan ponsel.

Rindu mendesah pelan. "Gue baru beresin, jangan diberantakin," ucap gadis itu terdengar sedikir kesal. "Katanya kesini mau bantuin tugas gue, tapi malah tiduran, " gumam Rindu, dapat didengar dengan jelas oleh Jeffry.

Jeffry melihat Rindu dengan sedikit sinis. "Lo aja goblok nggak bisa ngerjain sendiri, " jawab Jeffry lambat, mulai berpaling ke ponsel.

Setika Jeffry terkejut, pria itu mengaduh kesakitan ketika sebuah buku mendarat dipipinya. "Sakit, " rengek Jeffry mengusap-ngusap pipinya yang terasa perih.

Rindu memandang Jeffry dengan ekpresi jijik. Jeffry kini sudah berubah wujud menjadi Jeffry yang dulu. "Najis gila! "

Jeffry terkekeh. "Tapi lo suka 'kan? "

Rindu menyerngit, dengan reflek mendelik kearah Jeffry. "Lo bilang apa? "

Jeffry meringis, menggerutui dirinya yang salah bicara. "Nggak, nggak. "
"Nanti aja tugas lo, kumpulnya 'kan masih lama, " lanjut Jeffry mengalihkan.

Rindu berdecak. "Iyaudah. O iya." Rindu berlajan mendekat ke arah Jeffry.

"Duduk sini, Ndu, " ucap Jeffry mengajak Rindu untuk mendekat. Rindu menurutinya, duduk diatas kasur dengan punggung yang ia sandarkan ke kepala ranjang. Sedangkan Jeffry, pria itu tidur tengkurap menghadap Rindu.

"Gue ketemu Audrey, katanya titip salam buat lo." sebenarnya Rindu malas mengatakan ini. Tapi bukankah pesan itu harus disampaikan?

Jeffry mengulum senyum, membuat Rindu membuang muka kesamping. Jeffry selalu tampak senang akan sesuatu yang menyangkut Audrey. Entah pria itu belum move on dari Audrey, atau bagaimana.

Jeffry berusaha menahan tawa, melihat wajah Rindu berubah menjadi masam. "Trus, trus, lo jawab apa? " tanya Jeffry antusias, mencansing Rindu.

Rindu mencibir. "Kalo gini lo semangat."

Jeffry terkekeh, merubah posisi menjadi duduk bersila. "Kok lo marah gitu? " pria itu sedikit menggoda Rindu.

Rindu berdecak, didalam hati menggerutu, tidak bisa mengendalikan dirinya. "Pulang sono! Gue mau tidur! "

Jeffry mendelik, menekuk dagu kedalam. "Kok lo ngegas gitu? Tidur ngapain, ini masi sore."

Jeffry manahan tawa melihat raut wajah Rindu yang tiba-tiba kesal, ketika nama Audrey dibawa-bawa. "Lo cemburu? " tanya Jeffry, diakhiri dengan tawaan.

Rindu mendelik, memukul kuat lengan pria itu. "Nggak usah gr lo. Lo mentang-mentang udah baikkan sama bokap malah gini." Rindu bergumam diakhir ucapannya.

Alena (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang