"Apa mungkin semua sesakit ini Tuhan? Bisakah kembalikan keluargaku yang dulu? Aku rindu Tuhan"
-Antariksa Zaki Holder
***
Malam itu Zaki keluar dari rumah dengan perasaan hampa, kosong dan begitu gelap. Ada sedikit rasa sedih meninggalkan tempat yang dulunya penuh kehangatan, namun sepertinya kebencian lebih besar dari kesedihan itu.
Zaki mengendarai motornya tanpa arah, hanya berkeliling kota dengan pikiran kosong. Hingga ia ingat dengan satu tempat yang cocok untuk situasi hatinya saat ini. Danau, yaa tempat yang selama ini Zaki kunjungi jika ia rindu bunda.
Hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai di tempat itu, Zaki perlahan turun dan beranjak menuju tepi danau, duduk lesehan sambil menekukkan lututnya, memandangi tenangnya air di malam hari.
"Bunda.. Zaki sakit bunda. Apa bunda juga merasakan itu?". Ucap Zaki perlahan sambil memandangi air danau yang tenang dan memantulkan cahaya bulan.
"Disini_". Tunjuk Zaki tepat di dadanya
"Sangat sakit".
Zaki menundukan kepalanya, perlahan lelaki tampan itu meneteskan air mata, ia lemah, menampilkan sisi rapuhnya yang jarang terlihat.
Lama ia terdiam, mengenang kembali ketika ia bermain air bersama Rafi dan Irina, ayah bundanya. Waktu itu Zaki masih sangat kecil, sekitar 5 tahun.
"Andai.. Andai dulu aku ikut bersama bunda. Pasti aku akan bahagia, bahagia bersama bunda dan sikembar". Ucapnya kembali.
"Aku tidak keberatan walau hidup tanpa ayah. Buat apa punya ayah jika akhirnya sosok itu yang paling buat aku terluka".
Zaki bangkit dari duduknya, dengan napas yang sedikit menggebu dan tangan yang mengepal erat.
"AKU BENCI AYAH!". Teriaknya dengan mata yang masih berlinang.
"GUE BENCI LO AIRIN!! Kenapa? Kenapa lo hancurin kebahagiaan gue? Kenapa lo hadir di keluarga gue? WANITA JAHAT LO AIRIN!!". Teriaknya lagi.
"Guee..guee capek. Hati guee.. Hati gue sakit. Sakit sekali rasanya". Lanjutnya sambil menepuk keras bagian dadanya.
Perlahan lelaki yang masih kalut dalam emosi itu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Terlihat ia hendak menelfon seseorang, tanpa menunggu lebih lama sepertinya telefon itu sudah di jawab.
"Hallo bang". Ucap gadis di seberang sana.
"Hy sayang. Rea lagi apa?". Yaa gadis itu tak lain adalah Zarea, adik kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAREA (Black and White Side)
Подростковая литератураFOLLOW sebelum membaca! Berikan Vote dan tinggalkan jejak dengan komentar. "BERANI MENGUSIK, SIAP MATI" Kalimat yang mampu membungkam siapa saja yang mengusik kehidupannya. Hanya satu yang di inginkan "TENANG". Destiyana Zarea Holder, wanita tangguh...