Zarea 34 | Love

32.1K 3.1K 159
                                    

"Jika semesta mengharapkan perpisahan, tentulah manusia tidak bisa membantah. Hanya cukup dengan bertahan di situasi sulit apapun"

-Hanzela Rananda

***

Setelah mendengar kabar bahwa abangnya dikeroyok orang, Zarea dan teman-temannya langsung bergegas ke rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendengar kabar bahwa abangnya dikeroyok orang, Zarea dan teman-temannya langsung bergegas ke rumah sakit. Terlihat raut yang begitu cemas dan khawatir, berharap agar kali ini semesta tidak menentukan perpisahan kembali.

Dari kejauhan Zarea melihat Rio dan beberapa anak geng Jaguar, mereka duduk di kursi tunggu dan tak kalah khawatirnya.

"Gimana bang Zaki?". Tanya Zarea saat sudah sampai di depan ruang operasi.

"Kita tunggu sebentar lagi yaa Rea, kamu duduk dulu". Jawab Gery dan diangguki Zarea.

Zarea, Rana, Sirla, dan Alfi ikut duduk di kursi tunggu. Berharap dokter yang berada di ruangan itu keluar, menyampaikan berita yang tidak mengecewakan.

Ceklek

"Bagaimana kondisi abang saya Dokter?". Tanya Zarea cepat sesaat setelah dokter keluar dari ruangan tersebut.

"Alhamdulillah pasien sudah melewati masa kritis, untungnya pasien cepat di bawa ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan, karena tusukan yang berada di perut pasien cukup dalam". Ucap dokter  pria itu menjelaskan.

"Apa kami bisa melihat keadaannya Dokter?".

Dokter itu mengangguk.  "Pasien akan dipindahkan di ruang rawat, setelah ini kalian bisa menjenguknya"

"Baik terima kasih Dok". Ucap Gery

"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu".

***

Saat ini Zarea, Alfi, Sirla, Rana, Gery, dan Rio berada di ruang rawat Zaki. Beberapa anggota geng Jaguar sudah pulang atas perintah dari Rio selaku tangan kanan atau wakil ketua.

Zarea terus memandang wajah abangnya yang terbaring lemah di brankar, wajah itu terpahat sempurna dengan rahang yang kokoh.

"Abang cepat sembuh yaa demi Rea". Ucap Rea sendu, ia masih setia menggenggam tangan pria yang dipanggilnya abang itu.

"Abang bangun dong! Rea sangat rindu".

"Aa..abang ju..ga rin..du".

"Abang!". Panggil Rea cepat saat mendapat jawaban dari ucapannya.

Sirla, Rana, Alfi, Rio, dan Gery yang duduk di sofa langsung mendekat ke arah brankar.

ZAREA (Black and White Side)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang