5- Tanda Terimakasih

1.5K 132 99
                                    

Selamat Membaca

*****

Bau tanah basah menyengat masuk ke dalam indra penciuman, dedaunan pohon masih setia meneteskan embun. Genangan-genangan air tercipta karena semalam hujan deras. Ara berdiri di depan genangan air sehingga nampak pantulan dari dirinya yang begitu cantik.

"Abang buruan! Ara telat nih!" teriak Ara dari luar gerbang rumahnya.

"Sabar dulu kenapa," balas Galang yang sedang mengeluarkan motornya dari rumah.

Galang mengeluarkan motornya dan berhenti tepat di depan Ara.

"Makanya belajar bawa mobil coba biar nggak ngerepotin orang lain," ucap Galang.

"Kan ada mang Adi," jawab Ara. Mang Adi adalah sopir di keluarga mereka.

"Kalo mang Adi sakit, lo mau berangkat jalan kaki?"

Ara menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Nggak mungkin jalan kaki lah, kan ada bang Galang yang ganteng rupawan dan baik hati serta tidak sombong nganterin Ara Adiknya tersayang tanpa mengharapkan imbalan," ucap Ara sembari tersenyum lebar.

"Manis betul mulutnya kalo ada butuhnya. Untung Adek," gumam Galang gemas.

"Buruan naik," suruh Galang.

***

Ara turun tepat di depan gerbang SMA Sakti. Ara menyalami Galang lalu langsung masuk ke dalam sekolahnya, Ara berjalan di koridor seperti biasa. Tunggu tidak seperti biasanya. Semua mata tertuju pada Ara, bukan Ara. Tapi cowok yang ada di depannya.

Ara melihat seorang cowok yang berjalan di depannya. Seperti tidak asing, warna jaketnya pun Ara sering lihat. Ara menyalip cowok itu lalu menegurnya.

"Hai, Angkasa!" Ara berjalan di sebelah Angkasa walaupun dengan langkah lebih cepat.

Angkasa melihat ke arah Ara sekilas lalu kembali melihat ke depan.

"Ck, Angkasa Ara di sini lo."

"Angkasa!" Ara mencekal tangan Angkasa sehingga membuat sang empunya berhenti melangkah.

"Apa?" Angkasa membuka suaranya.

Ara mengembangkan senyumnya sembari menatap muka dingin Angkasa. Ara membuka tasnya lalu mengambil sesuatu dari dalam sana. Ara memberikannya kepada Angkasa.

"Nih buat Angkasa." Ara memberikan satu batang coklat kepada Angkasa.

Angkasa mengerutkan keningnya bingung, ada apa dengan gadis ini? Tiba-tiba memberikan coklat kepadanya.

"Untuk ucapan terima kasih Ara, karena kemarin Angkasa udah nolongin Ara," ucap Ara seolah-olah tahu apa yang sedang dipikirkan Angkasa.

"Nggak usah." Angkasa melangkahkan kakinya dan meninggalkan Ara.

Ara mengendus kesal dan menghentak-hentakan kakinya keras di lantai.

"Kenapa si Ara suka sama cowok yang dinginnya sama kaya kulkas tiga puluh lima pintu," geram Ara.

"Untung sayang!"

"Sabar Ara, semua perjuangan pasti ada hasilnya. Kita tunggu aja." Ara melangkahkan kakinya menuju kelas.

Ara memutar-mutar bolpen unicorn pink nya. Merasa bosan di dalam kelas, Ara mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kelas. Masih belum ada yang mengumpulkan hasil ulangannya, Pak Jono memberikan ulangan dadakan. Dan Ara sudah menyelesaikannya hanya dalam waktu lima belas menit, otak encer memang beda.

KEJORA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang