29- Tertolak Sebelum Nembak

1.6K 74 47
                                    

Selamat Membaca

*****

Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tepat suara bel istirahat berbunyi di SMA Sakti, Ara menyimpan buku-bukunya di dalam tas dan sebagian di kolong meja. Gadis itu mengambil paper bag pink yang ada di dalam tasnya.

"Itu apaan Ra?" tanya Alhena yang melihat paper bag pink tersebut. Ara menengok bawaannya dan melihat ke arah Alhena sembari tersenyum.

"Ini hoodie sama celana Angkasa yang waktu itu Ara pinjam. Mau Ara balikin sama Angkasa," jawab Ara. Alhena menganggukkan kepalanya.

"Oh mau dibalikin, yaudah. Perlu gue anter ke kelas dia?" tawar Alhena.

"Nggak usah, barangkali Alhena mau langsung ke kantin. Ara sendiri aja," tolak Ara.

"Yaudah kalo gitu gue tunggu di kantin aja. Ingat! Langsung susul gue ke kantin. Nggak pake lama!" ucap Alhena.

"Siap bos!"

Ara melangkahkan kakinya keluar dari kelas dan berjalan menuju kelas Angkasa yang tepat berada di sebelah kelasnya. Ara berhenti tepat di depan pintu dan menarik nafasnya dalam-dalam, entah apa yang sedang terjadi di dalam dadanya. Namun jantungnya kini berdetak lebih cepat.

"Oke cuman kembalikan, bilang makasih, terus susul Alhena ke kantin!" ucap gadis itu dan berlalu masuk ke dalam kelas XI Matematika-1.

"Halo semuanya," sapa Ara sedikit gugup kepada Angkasa Bima dan Gema yang berada di sana.

"Eh musuh gue, ada apa nih?" tanya Gema tiba-tiba. Ara memutar bola matanya malas saat melihat Gema yang meresponnya pertama kali.

"Ara nggak ada urusan sama Gema," ucap gadis itu agak kesal.

"Hahahaha, kasian deh lo dicuekin sama musuh," ejek Bima dengan gelagat tawanya.

"BIASALAH!!" seru Gema.

"Tumben Ra kesini ada apa?" tanya Bima. Ara mengalihkan pandangannya ke arah Angkasa yang sedari tadi hanya diam melihat ke arah jendela.

"Ini Ara mau balikin hoodie yang waktu itu  Angkasa pinjemin, sama ada earphone yang dulu kebawa sama Ara. Maaf baru bisa balikin sekarang."

Angkasa mengalihkan pandangannya ke arah Ara dan menatapnya dingin. Ara memberikan paper bag pink nya kepada Angkasa, dan Angkasa pun menerimanya.

"Makasih uda mau minjemin," ucap Ara sembari menunduk.

"Sama-sama." Ara tersenyum canggung dan menatap manik mata Angkasa.

"Lain kali nggak usah ladenin Karen, buang-buang waktu," ucap Angkasa tiba-tiba.

Ara menautkan kedua alisnya bingung. Benarkah Angkasa yang berbicara? Rasanya dada Ara sangat sesak dan ingin sekali berteriak karena cowok itu mengajak bicara dirinya terlebih dahulu.

"Iya Ara nggak bakal ngeladenin Kak Karen lagi kok," ucap Ara.

Berbeda dengan ekspresi Ara sebelumnya. Bima dan Gema sedari tadi memasang wajah sumringahnya, sudut bibir yang benar-benar melengkung terlihat pada wajah mereka berdua. Sedari tadi mereka hanya diam dan menatap bergantian wajah Ara dan Angkasa saat salah satunya berbicara.

"Yaudah Ara pergi ya, sekali lagi makasih Angkasa."

Gadis itu tersenyum manis dan berlalu dari sana, tanpa disadari saat Ara pergi sudut bibir Angkasa melengkung kecil dan terlihatlah senyuman tipis di sana. Walaupun tidak ada yang melihatnya sama sekali.

"GEMOYY!!!" seru Bima dan Gema bersamaan sembari menatap Angkasa.

"Apaan si?" umpat Angkasa.

"Kalian tuh emang cocok Sa," ujar Bima.

KEJORA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang