40- Asal Tuduh?

1.1K 55 1
                                    

Selamat Membaca

*****

Gadis berambut hitam pekat itu terduduk di kasur berseprei unicorn favoritnya. Ara mengambil ponsel dan membuka chat grup kelasnya, semua siswa-siswi kelas XI IPA-1 sibuk membicarakan tentang ujian praktek yang diadakan besok. Ara menghela nafasnya panjang ketika mengingat kejadian tadi sore.

Saat diantarkan pulang oleh orang yang kita sayangi harusnya berdampak baik pada hati kita. Namun bagi Ara tidak, pengalaman pertamanya diantarkan pulang oleh Angkasa sangat menyakitkan, apalagi saat Angkasa mengucapkan kembali secara terang-terangan bahwa dia tak mencintai Ara sama sekali.

Tok tok tok

Ara mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamarnya yang di ketuk oleh seseorang dari luar.

"Siapa?" tanya Ara.

"Mama," sahutnya.

"Masuk aja Ma, pintunya nggak dikunci." Dewi pun membuka knop pintu tersebut dan masuk ke dalam kamar sang putri.

Dewi menaruh segelas susu hangat yang dia bawa pada nakas sebelah ranjang Ara. Wanita paruh baya itu duduk di samping Ara dan mengelus rambut sang putri hangat.

"Kok belum tidur?" tanya sang Mama.

"Ara belum ngantuk Ma."

"Masih mau belajar?" tanya Dewi. Ara menggelengkan kepalanya dan menatap sang Mama.

"Terus mau apa?" tanya Dewi.

"Mau ngelamun aja sampai ketiduran," jawab Ara. Dewi mengerutkan keningnya.

"Emang anak Mama yang paling cantik ini lagi mikirin apa sih sampai mau ngelamun gitu? Nggak baik lho ngelamun," ucap Dewi penuh perhatian.

"Oh iya tadi sore, Ara dianter pulang sama siapa?" tanya Dewi. Ara membulatkan matanya terkejut, apakah Mamanya melihat kalau Ara diantarkan oleh Angkasa?

"Tadi Mama liat dari teras kamu dianterin seseorang, siapa? Kok nggak kamu ajak masuk?" tanya Dewi.

"Itu Angkasa Ma, maaf Ara nggak sempat ajak masuk. Soalnya Angkasa buru-buru," alasan Ara. Dewi menganggukkan kepalanya mengerti.

"Apa jangan-jangan, anak Mama mau ngelamunin Angkasa ya?" ucap Dewi menggoda anaknya. Ara pun mengangguk polos dan memasang wajah muramnya. Ara memeluk sang Mama.

"Ternyata Angkasa masih belum suka sama Ara Ma," ucap Ara dengan suara seraknya. Dewi mengelus kepala Ara lembut.

"Nggak papa, kalau Ara sabar Ara tunggu aja. Tapi kalo Ara mau move on Ara harus bisa lupain Angkasa," kata Dewi.

"Ara udah usaha buat lupain Angkasa kok, tapi Ara masih belum bisa." Gadis itu bangkit dari pelukannya dan kembali menatap manik mata sang Mama.

"Cinta itu nggak bisa dipaksa, tapi bisa diperjuangkan. Jadi jangan mudah putus asa," ucap Dewi.

"Ara nggak usah mikirin itu lagi, sekarang Ara fokus sama ujian besok ya. Besok ujian terakhir lho," kata Dewi. Ara menganggukkan kepalanya.

"Pelakunya udah ketahuan?" tanya Dewi. Ara menggelengkan kepalanya lemah.

"Yaudah nggak papa, sepandai-pandainnya dia bersembunyi. Pasti akan ketahuan."

"Sekarang Ara jangan mikirin yang macem-macem, besok cukup fokus sama ujian dan bersikap ceria seperti biasanya," kata Dewi. Ara menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

"Nih, minum susunya sampai habis terus tidur. Mama mau tidur juga," suruh Dewi.

"Iya Ma, makasih ya." Dewi tersenyum dan mengelus kepala Ara.

KEJORA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang