6- Penolakan Pertama

1.5K 124 117
                                    

Selamat Membaca

*****

Angkasa memarkirkan motornya di parkiran lalu berjalan di koridor sekolah seperti biasa. Angkasa masuk ke dalam kelasnya dan melihat kedua sahabatnya yang sudah datang lebih dulu.

"Tumben rajin," ucap Angkasa spontan.

"Maksud lo kita berdua males?" Bima menatap sinis Angkasa.

"Banget." Angkasa duduk di tempat duduknya.

"Ck, terserah lo Sa," ucap Bima pasrah.

Gema hanya diam sembari membaca buku komik manganya, tidak bersuara sampai-sampai kedua sahabatnya tidak merasakan kehadirannya. Seperti itulah Gema kalau sudah berinteraksi dengan yang berbauan Jepang.

"Komik terooss!!" sindir Bima.

Gema memalingkan pandangannya ke arah Bima lalu menatapnya malas.

"Dari pada lo, Bucin teross!!" timpal Gema.

"Ck, lagian mau sampe kapan lo baca tuh komik? Bosen gue liatnya," ucap Bima.

"Sampe gue dapet berita kalo Hinata beneran janda," jawab Gema.

"Emang kenapa kalo Hinata janda? Lo mau kawinin dia?" tanya Bima.

"Bisa jadi."

"Sinting!"

Angkasa menggelengkan kepalanya lalu mengambil ponsel dari dalam saku celana. Angkasa membuka pesan dari Ara yang dikirim semalam dan pagi ini. Ya, Ara selalu mengirimkan pesan untuk Angkasa bahkan setiap hari. Walaupun tidak pernah dibalas.

Kejora

-yesterday-

Selamat malam Angkasa. Jangan lupa sebelum tidur cuci kaki, cuci muka baca doa.

-today-

Selamat pagi Angkasa! Semangat sekolah ya hari ini.

Angkasa membaca pesan yang Ara kirim lalu menutup ponselnya dan kembali memasukkannya ke dalam saku celana. Sebenarnya Angkasa tidak berniat menyimpan nomor Ara, tapi Clara yang melakukan itu otomatis Angkasa tidak bisa melarang apa yang adiknya lakukan.

"Emang lo ikhlas kalo Naruto mati?" tanya Bima. Obrolan mereka berdua masih berlanjut.

"Enggaklah."

"Terus ngapain lo nunggu Hinata jadi janda?"

"Suka-suka gue lah. Dari pada nungguin Mitsuki ngasih tau kalo Orochimaru itu emak atau bapaknya," jawab Gema ngelantur.

"Gila lo!"

Angkasa berdiri dari bangkunya dan beranjak pergi dari sana.

"Kemana Sa?" tanya Bima.

"Keluar."

"Ikut, mending gue keluar dari pada disini ngeladenin orang gila." Bima menyusul Angkasa dan meninggalkan Gema sendirian.

"Inilah nasib gue, terbuang." Gema mengelus-elus dadanya pelan.

Angkasa duduk di kursi yang ada di koridor sekolah bersama dengan Bima yang sedari tadi mengikutinya.

"Hai Angkasa," sapa Ara yang baru saja datang.

Angkasa mengalihkan pandangannya ke arah Ara, lalu menatapnya sekilas dan kembali pada posisi yang sebelumnya.

"Ara mau ngasih ini buat Angkasa." Ara memberikan tepak makan yang dibawanya.

KEJORA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang