Selamat Membaca
*****
Angkasa memarkirkan motornya lalu berjalan di koridor menuju kelas. Angkasa melihat ruang kelas yang masih lumayan sepi, hanya ada beberapa anak saja di dalam. Angkasa duduk dan menaruh tasnya, kemudian mengambil buku rangkuman yang ia tulis sendiri dan mulai membacanya.
"Assalamu'alaikum ya akhi ya ukhti, salam-salam hai saudaraku. Semoga Allah merahmatimu, salam-salam wahai semua semo--" Bima membekam mulut Gema.
"Masih pagi, jangan bikin rusuh," kata Bima.
Angkasa melihat kedua sahabatnya yang baru saja datang. Bima dan Gema duduk di kursinya masing-masing dan menghampiri Angkasa yang sedang membaca buku.
"Baca buku Sa?" tanya Gema. Angkasa menganggukkan kepalanya.
"Rumus matematika?" tanya Bima. Angkasa kembali menganggukkan kepalanya. Bima dan Gema pun menganggukkan kepalanya bersamaan.
"Emang ada ulangan?" tanya mereka kompak. Angkasa menganggukkan kepalanya.
"Ngangguk-ngangguk mulu lo kayak kuda renggong!" cela Gema. Angkasa tak memperdulikan perkataan kedua sahabatnya itu, dia fokus membaca buku.
"Hari ini ada ulangan jam pertama, sama pak Eko." Mata Angkasa menatap dingin kedua sahabatnya.
"Oh," keduanya mengangguk.
"HAH!! JAM PERTAMA!!"
"Mati gue!" gumam Bima.
"Tenang-tenang wahai sahabat ku, kan ada Abang Angkasa!" seru Gema.
"Lo mau nyontek? Mau gue aduin Ummi lo!?" ancam Bima.
"Enggak-enggak!" Gema menggelengkan kepalanya sembari mengangkat tangan kanannya dan membentuk V.
Angkasa menutup bukunya kemudian mengambil ponsel dari saku celana. Seperti biasa Angkasa selalu mengecek pesan yang masuk. Angkasa mengreyitkan dahinya saat melihat tidak ada pesan yang masuk pada ponselnya, seperti ada yang janggal.
"Kenapa Sa?" tanya Bima yang menyadari ekspresi wajah Angkasa yang tampak bingung.
"Gue tau! Gue tau!! Pasti lo nyari pesan dari Ara kan?" tebak Gema dengan pedenya.
Angkasa mematikan ponselnya dan kembali memasukkannya ke dalam saku celana. Angkasa menatap Gema dengan wajah datar, sebenarnya siapa sahabatnya itu? Kok bisa tahu apa yang sedang Angkasa pikirkan. Apakah Gema cenayang?
Ya! Memang benar Angkasa mencari pesan dari Ara, apa gadis itu lupa untuk mengirimkannya pesan atau dia sengaja untuk tidak mengirim pesan lagi?
"Ara nggak ngirim chat?" tanya Bima hati-hati.
"Nggak." Angkasa menjawabnya cepat, Bima menghela nafas pelan. Itu wajar, atas semua yang telah terjadi. Pikir Bima.
"Positif thinking ajalah! Siapa tau jempolnya copot," celetuk Gema tiba-tiba.
"Atau kuota sama pulsanya abis, bisa juga wifi di rumahnya mati. Kan nggak ada yang tau," rancau Gema.
"Sok tau lo!" seru Bima.
"Lagian nih ya, lo ngapain juga mikirin Ara? Bukannya lo nggak suka sama dia?" tanya Gema tiba-tiba.
Angkasa tersentak, benar juga apa yang dikatakan Gema. Untuk apa Angkasa memikirkan Ara, Tapi rasanya seperti ada yang kurang saat ini. Dan seakan sesuatu itu telah hilang, itulah yang Angkasa rasakan.
"Apa jangan-jangan lo udah suka sama Ara!" teriak Gema heboh. Angkasa mengalihkan pandangannya dan menatap tajam Gema.
"Mulut lo, astaga!" Bima membekam mulut Gema. Dan Gema hanya nyengir tak berdosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA✔
Teen FictionPART LENGKAP & SUDAH REVISI✔ Ketika gadis berkepala batu di pertemukan dengan cowok berhati batu. Apakah yang akan terjadi? "Ara suka sama Angkasa," "Gue nggak suka sama lo." "Ara tau kok, tapi Ara tetep suka." "Gue nggak peduli." "Ara akan buat Ang...