34- Mustahil

1.1K 68 12
                                    

Selamat Membaca

*****

Antares masih berjalan di depan memimpin regu, Alhena mengikuti di belakangnya. Gema sedari tadi berjalan mepet di sebelah Tari, mungkin karena takut akan ucapan Tari yang waktu pertama kali saat mereka baru berangkat mencari jejak. Dan Ara berada di belakang mereka. Sedangkan Angkasa sedari tadi berjalan paling belakang karena mungkin jika di depan terasa lebih dingin, pikirnya.

Brukk

"Aduh..." Semua mata melihat ke asal suara tersebut.

"Ara!" seru Angkasa yang melihat Ara terjatuh di depannya. Alhena pun langsung menghampiri sang sahabat dan membantunya untuk duduk.

"Lo nggak papa Ra?" tanya Alhena khawatir. Ara hanya menggeleng sembari memegangi lutut dan sikutnya yang berdarah.

"Ara nggak papa kok," bohong gadis itu.

Angkasa hanya berdiam diri di depan Ara sembari sesekali menutup matanya karena tidak mau melihat darah Ara. Cowok itu langsung berjongkok di depan Ara dan mengeluarkan sapu tangannya dari saku celana lalu membalut luka gadis itu tanpa ragu.

Semua yang melihat apa yang dilakukan Angkasa pun hanya diam, tak menyangka? Tentu saja. Sejak kapan cowok dingin itu perhatian dengan Ara? Ara hanya melihat ke arah Angkasa sembari menahan rasa sakitnya.

"Gue nggak suka darah." Angkasa menatap teman-teman agar tak salah paham, Ara pun menganggukkan kepalanya.

"Makasih."

"Pelan-pelan Ra." Alhena membantu Ara berdiri. Tapi sayangnya gara-gara tersandung akar pohon besar itu kaki Ara menjadi sakit untuk berjalan kembali.

"Lo kuat nggak ngelanjutin mencari jejaknya?" tanya Tari yang mulai ragu dengan kondisi Ara.

"Kuat kok," bohong Ara lagi.

"Mending lo balik ke tenda aja deh, lagian belum jauh banget. Dari pada lo ngerepotin yang lain," ucap Gema terang-terangan.

"Lo masih kuat jalan nggak Ra?" tanya Tari lagi.

"Ara nggak tau, kaki Ara sakit buat di gerakin." Gadis itu menunduk untuk memandangi kakinya yang telah di balut oleh sapu tangan milik Angkasa.

"Lo balik ke tenda aja ya Ra," pinta Alhena yang khawatir dengan sahabatnya itu. Ara pun hanya menganggukkan kepala menurut, dari pada dia merepotkan teman-teman satu regunya.

"Yaudah kalau gitu, tapi Ara nggak mungkin balik sendirikan?" Tari memandangi wajah teman-teman satu regunya bergantian.

"Biar sama gue aja," ujar Alhena.

"Jangan sama cewek lagi nanti kalian malah kenapa-kenapa lagi," ucap Gema yang ada benarnya juga.

"Terus Ara balik sama siapa dong?" tanya Alhena.

"Lo mau nganterin Ara emang?" tanya Alhena kepada Gema.

"Kok gue? Nggak mau ah," tolak Gema cepat.

"Kenapa? Ha?!" seru Tari.

"Lo takut ketemu gendoruwo? Atau pak pocong, mba kunti, vampir, suster ngesot, setan gepeng," rancau Tari.

"STOP TARI!!!" sentak Gema dengan wajah ketakutannya.

"Dasar lo penakut!" Tari menjulurkan lidahnya kepada Gema.

"Biar gue yang nganterin Ara," ujar Antares tiba-tiba. Semuanya melihat ke arah Antares.

"Jangan lo. Lo kan ketua regu kita," protes Tari.

"Iya bener jangan, nanti lo dihukum gara-gara nggak bertanggung jawab sama regunya," kata Gema.

KEJORA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang