11- Kelainan

1K 92 57
                                    

Selamat Membaca

*****

Angkasa membuka matanya saat sinar matahari masuk dari celah-celah gorden. Angkasa bangun dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah selesai Angkasa hanya memakai celana boxer dan kaos polos berwarna hitam.

Angkasa keluar dari kamarnya lalu turun ke bawah untuk sarapan bersama yang lain.

"Morning Kakak," ucap Vera yang sedang memasak.

"Morning too Bunda." Angkasa mencium pipi Vera.

Vera mengembangkan senyumnya. Siapa sangka? Anak sulungnya itu jarang sekali berbuat seperti ini kepada sang Bunda. Sekalinya berbuat, Vera malah senyum-senyum tidak jelas lalu menggelengkan kepalanya.

Angkasa duduk di kursi meja makannya. Angkasa menatap punggung Vera lalu mengembangkan senyumnya. Bagi Angkasa Vera adalah cinta pertamanya hingga saat ini.

"Sa."

Seorang pria paruh baya menepuk pelan pundak Angkasa. Lalu duduk di kursi, Angkasa mengalihkan pandangannya ke arah pria paruh baya tersebut.

"Kapan pulang Yah?" tanya Angkasa.

"Tadi jam 2 malam," jawab Gio Bahtera Ayah kandung Angkasa.

Angkasa menganggukkan kepalanya mengerti. Pasti Ayahnya sangat lelah setelah keluar kota untuk meeting perusahaan. Vera datang menghampiri mereka berdua dengan celmek yang masih melekat di badannya.

"Kak tolong bangunin Clara gih," suruh Vera.

Angkasa menganggukkan kepala lalu bangun dari duduknya dan naik ke atas. Angkasa mengetuk pintu kamar Clara namun tak ada jawaban. Angkasa pun memilih langsung masuk dari pada kelamaan menunggu. Pasti Ayah dan Bundanya pun sudah menunggu.

"Dek bangun," Angkasa mengelus kepala sang adik lembut.

"Lima menit," ucap Clara dengan mata yang masih tertutup rapat.

Angkasa menghela nafasnya panjang kemudian menatap adiknya dingin. Angkasa menarik selimut Clara dan membuka gorden di kamarnya. Angkasa berdiri di ambang pintu kamar beranjak ingin pergi.

"Dek, lo denger gue?" ucap Angkasa.

"He'em," sahut Clara.

Angkasa menghela nafas panjang melihat adiknya yang masih saja tertidur walaupun cahaya matahari sudah menyilaukan kasurnya, bahkan selimutnya pun sudah dia ambil.

"Dek bayangin. Lo lagi enak-enak tidur, terus tiba-tiba lo meninggal." Angkasa keluar dari kamar sang adik lalu menutup pintu kamarnya.

Refleks Clara langsung membuka mata dan bangun dari ranjang nyamannya itu. Clara keluar dari kamar menyusul Angkasa yang sudah siap di meja makannya.

"APAAN SI KAK! LO DOAIN GUE MATI!?" teriak Clara dari atas tangga.

Angkasa, Vera dan Gio menatap ke arah Clara yang baru saja datang kemudian duduk di kursi tepat di depan Angkasa. Masih dengan muka bantalnya, Clara menatap Angkasa kesal.

"Kalian ngomongin apa si? Sampai bilang meninggal-meninggal segala?" tanya sang Bunda.

Clara menatap tajam Angkasa yang ada di depannya. Sedangkan Angkasa hanya diam melanjutkan makannya tanpa menghiraukan sang adik.

"Itu Kakak nyebelin," jawab Clara.

"Udah jangan berantem lanjutin makannya," lerai Gio.

Clara mengalihkan pandangannya ke arah sang pemilik suara, Clara mengembangkan senyumnya.

KEJORA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang