Selamat Membaca
*****
Langit begitu cerah hari ini. Udara pagi yang sejuk menyambut indra penciuman para makhluk hidup. Orang-orang memulai aktivitasnya masing-masing sama seperti kemarin, seakan terulang-ulang setiap hari. Dan itu sungguh membosankan.
Ara menutup tepak makan yang ada di depannya dan memasukkannya ke dalam tas. Ara berangkat menuju sekolah diantarkan oleh mang Adi. Beberapa waktu setelah perjalanan usai, Ara turun dari mobil dan masuk ke dalam gerbang SMA Sakti.
Ara berjalan menyusuri koridor dengan senyum yang terpampang di wajah cantiknya. Mood Ara sangat bagus hari ini, hatinya pun terasa sangat gembira.
"Selamat pagi Alhena!" seru Ara yang melihat sahabatnya.
"Pagi." Alhena menatap Ara heran, gadis itu terlihat sangat senang hari ini.
"Kenapa lo?" tanya Alhena.
Ara mengalihkan pandangannya ke arah Alhena masih dengan senyum manisnya.
"Tara..." Ara mengangkat tepak makannya. Alhena menautkan kedua alisnya bingung melihat Ara dan tepak makannya.
"Tadi pagi Ara bantuin Mama masak, dan Ara buatin bekal ini untuk Angkasa."
"Hah? Angkasa?" ulang Alhena.
Ara menganggukkan kepalanya antusias.
"Emang dia mau nerima bekal dari lo?" tanya Alhena perlahan, agak ragu? Mungkin.
"Nggak tau si, tapi apa salahnya nyoba?"
Alhena menghela nafas panjang kemudian menganggukkan kepalanya dan menatap Ara dengan wajah datar. Ya, terserah itulah kalimat yang tercatat di otak Alhena saat ini. Percuma saja ia bicara dengan gadis berkepala batu itu.
Ara menaruh kembali tepak makannya yang akan ia berikan kepada Angkasa di dalam tas. Ara duduk menghadap ke Alhena, seolah-olah ingin memulai pembicaraan dengan topik yang baru.
"Alhena," panggil Ara. Alhena menoleh ke arah Ara dan menatapnya seakan bertanya ada apa.
"Kemarin Ara ketemu Kakak kelas yang ngaku sebagai pacarnya Angkasa."
Alhena menautkan alisnya, pacarnya Angkasa? Siapa? Sepengetahuan Alhena yang mendapatkan cerita dari Bima, Angkasa itu belum pernah pacaran. Bahkan manusia itu belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta.
"Siapa?" tanya Alhena yang mulai kepo dengan sahabatnya.
"Ara sih nggak kenal. Tapi dia bilang kalau nama dia itu Karen kelas XII Matematika-3," jelas Ara.
Alhena melototkan matanya sembari menatap Ara. Alhena menarik nafas panjang, dan berusaha kembali ke ekspresi datarnya.
"Dia tuh Kakak kelas nggak ada akhlak! Pengennya dihormatin, tapi nggak bisa ngehormatin orang lain."
"Mentang-mentang udah kelas XII dia tuh sok berkuasa, dan ngaku-ngaku pacarnya Angkasa. Padahal Angkasa dan temen-temennya nggak suka sama dia," jelas Alhena panjang lebar.
Ara menganggukkan kepalanya mengerti. Ternyata Karen sama dengan dirinya, sama-sama menyukai Angkasa. Tapi Ara di dukung oleh kedua sahabat Angkasa yaitu Bima dan Gema, sedangkan Karen tidak.
"Lo jangan cari masalah sama dia," ujar Alhena.
"Ara nggak cari masalah kok. Tapi kemarin dia nyuruh Ara buat jauhin Angkasa," jawab Ara.
"Terus lo jawab apa?"
"Nggak mau lah."
"Terus dia bilang apa lagi?" tanya Alhena lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA✔
Teen FictionPART LENGKAP & SUDAH REVISI✔ Ketika gadis berkepala batu di pertemukan dengan cowok berhati batu. Apakah yang akan terjadi? "Ara suka sama Angkasa," "Gue nggak suka sama lo." "Ara tau kok, tapi Ara tetep suka." "Gue nggak peduli." "Ara akan buat Ang...