Selamat Membaca
*****
"Yaudah kamu mau makan dulu sambil nunggu pengumuman?" tanya Dewi kepada Ara.
Ara menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.
"Nggak usah Ma, Ara masih kenyang kok. Ara mau baca buku aja," jawab Ara.
Dewi menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil, melihat Ara yang sangat giat dan tidak mudah menyerah. Masih sama sejak dia kecil.
"Alhena mana Ma?" tanya Ara.
"Lagi ke toilet, kebelet katanya."
Ara menganggukkan kepalanya.
"Yaudah yuk kita duduk dulu," ajak Dewi.
"Iya Ma."
Dewi berjalan terlebih dahulu. Ara pun mengikutinya dari belakang, Ara melihat sekelilingnya, pandangannya agak buram dan kepalanya sangat berat. Ara memegangi kepalanya sembari memukul-mukulnya pelan agar pusingnya hilang, tapi yang dilakukan Ara hanyalah sia-sia.
Brukk
"Ara!!" teriak Alhena dari belakang.
Alhena berlari ke arah Ara. Dewi yang mendengar suara sahabat anaknya itu pun berbalik badan, dan mendapati anaknya yang terbujur lemah di atas lantai.
Dewi dan Alhena membawa Ara ke UKS gedung sekolah tersebut, dengan dibantu oleh petugas kesehatan di sana. Dewi menatap Ara gelisah, khawatir dengan kondisi putrinya.
***
"SA!! ANGKASA!!" teriak Alhena yang baru saja datang.
Angkasa melihat Alhena yang sedang berdiri dengan nafas yang tergesa-gesa setelah berlari ke arahnya.
"Kenapa yang?" tanya Bima.
"Hufh...hufh...itu..."
"Itu apa kak?" tanya Clara.
"Itu apaan si lo! Buruan ngomong, bikin penasaran aja!" seru Gema tak sabaran.
"Ara...Ara...Sa..."
Angkasa menautkan kedua alisnya bingung melihat Alhena yang masih mengatur nafasnya.
"Ara kenapa?" tanya Bima.
"Kak Ara kenapa?"
"Ara pingsan," tutur Alhena.
"HAH!?"
Alhena, Bima, Gema dan Clara pergi menuju ruang UKS. Kecuali Angkasa, karena dia harus mendengarkan pengumuman di sana. Tanpa mengetuk pintu Alhena langsung masuk ke dalam UKS, begitupun dengan yang lainnya.
Mereka semua melihat Ara yang terbaring lemah di atas brankar. Dengan wajah pucat yang sangat berbeda dengan wajah biasanya.
"Gimana keadaan Ara Tante?" tanya Alhena.
"Kata dokter Ara terlalu lelah dan banyak pikiran jadi ngedrop," jelas Dewi yang duduk di kursi sebelah brankar Ara.
"Kasian Ara," ucap Gema.
"Cepet sembuh ya musuh," lanjutnya.
Pletakk
Bima menjitak kepala Gema tanpa segan.
"Bisa nggak lo nyebut pake nama dia? Lo tau kan nama dia?" bisik Bima geram.
"Tau, apa masalahnya? Biasanya juga nggak papa kok," jawab Gema polos.
"Ada emaknya tolol." Bima menatap tajam Gema.
Gema langsung mengalihkan pandangannya ke arah Dewi, Kemudian menutup mulutnya dengan telapak tangan. Bima menarik nafas panjang masih dengan emosi yang belum mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA✔
Teen FictionPART LENGKAP & SUDAH REVISI✔ Ketika gadis berkepala batu di pertemukan dengan cowok berhati batu. Apakah yang akan terjadi? "Ara suka sama Angkasa," "Gue nggak suka sama lo." "Ara tau kok, tapi Ara tetep suka." "Gue nggak peduli." "Ara akan buat Ang...