7- Berdebat!

1.3K 121 80
                                    

Selamat Membaca

*****

Ara berjalan menuju kelasnya dengan santai. Tumben sekali hari ini dia tidak bertemu dengan Angkasa, biasanya setiap di koridor Angkasa berada tepat di depan langkahnya.

Ara masuk ke dalam kelas lalu duduk di kursinya. Kelas masih lumayan sepi, mungkin karena Ara datang terlalu pagi. Alhena datang menghampiri Ara dan duduk di sebelahnya.

"Pagi Alhena," ucap Ara dengan semangat.

"Pagi," jawab Alhena lesuh.

Ara menatap wajah sahabatnya yang sepertinya sedang tidak senang hari ini. Mata Alhena sembab seperti baru selesai menangis, Ara menatap Alhena bingung. Ada apa dengan sahabat sebangkunya?

"Alhena kenapa?" tanya Ara halus.

Alhena melipat kedua tangannya di atas meja kemudian menenggelamkan wajahnya di sana.

"Gue berantem sama Bima," jawab Alhena.

Ara menatap Alhena iba. Merasa kasihan kepada sahabatnya yang sedang kesulitan dengan masalah asmaranya.

"Sesulit itu ya pacaran," gumam Ara.

Alhena bangun dan duduk tegak lalu menatap ke arah sahabatnya.

"Enggak, kalo lo bisa ngertiin perasaan pasangan lo."

"Alhena nggak papa kan?" tanya Ara khawatir.

"Apa perlu Ara tampar Bima? Atau tendang Bima? Ayok Alhena ngomong aja, Ara bakal lakuin apapun buat Alhena." Ara berdiri dari tempat duduknya seolah sudah siap untuk menyerang pacar sahabatnya sebab tak terima melihat sahabatnya menangis karena laki-laki.

"Nggak usah Ra, nggak perlu." Alhena menarik tangan Ara agar kembali duduk, gadis itupun kembali duduk.

"Yaudah Alhena jangan nangis ya, Ara nggak mau liat Alhena nangis."

Alhena menganggukkan kepalanya lalu tersenyum. Ara memeluk Alhena agar lebih tenang.

***

Angkasa masih melanjutkan menulis walaupun bel istirahat sudah berbunyi dari tadi. Bima hanya duduk diam terbengong, Gema melihat kedua sahabatnya bosan.

"Kenapa lo? Dari tadi bengong mulu. Mikirin apa? Mikirin utang?" ucap Gema memecahkan keheningan di antara mereka.

Bima menghela nafasnya pelan lalu menatap Gema dengan tatapan tak peduli.

"Gue berantem sama Alhena," ucap Bima.

Gema menganggukkan kepalanya mengerti.

"Pantes dari tadi diem. Lagi mikirin masalah rumah tangga toh," jawab Gema.

"Gimana ya caranya biar gue bisa baikan sama Alhena?" tanya Bima sedih.

"Minta maaf," kata Angkasa.

Bima dan Gema mengalihkan pandangannya ke arah Angkasa yang tiba-tiba membuka suaranya.

"Udah gue lakuin," ucap Bima.

"Secara langsung," lanjut Angkasa.

Bima menatap Angkasa lama, lalu bangkit dari duduknya dan pergi dari sana. Gema dan Angkasa menatap punggung cowok itu, sampai hilang dari pandangan mereka.

"Good luck Bim!" seru Gema.

Angkasa bangun dari duduknya kemudian membawa buku-buku yang ada di depannya, lalu pergi dari sana meninggalkan Gema sendirian.

"Kemana Sa?" teriak Gema.

"Perpus," jawabnya.

Gema menghela nafasnya panjang.

KEJORA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang