20- Bersalah

1.5K 81 43
                                    

Selamat Membaca

*****

Air mata Ara sudah tidak bisa ia bendung. Semuanya jatuh ke pipi tanpa perintah, dadanya sesak! Sangat sesak. Ara berlari menerobos kerumunan siswa-siswi SMA Sakti, berlari sejauh mungkin untuk menemukan ketenangan.

"Ra!!" seru Alhena yang melihat Ara berlari pergi.

Alhena, Bima dan Gema membiarkan Ara pergi tanpa mencegahnya. Ya, mungkin gadis itu butuh waktu untuk sendiri. Alhena sangat mengerti keadaan sahabatnya saat ini.

Alhena menatap tajam Angkasa. Seperti masih ada dendam yang sangat ia ingin lontarkan kepada cowok berhati batu ini. Alhena menatap sekitarnya yang masih ramai.

"BUBAR!!!" bentak Alhena, bentakkan Alhena mampu membuat semua murid-murid SMA Sakti yang berkerumun itu bubar.

"Jadi cowok nggak usah sok cool, mentang-mentang banyak yang suka. Sifatnya kayak psikopat yang nggak punya rasa simpati," ucap Alhena menohok kepada Angkasa dan berlalu dari sana.

Angkasa bergeming di tempat. Perasaannya berkecamuk tidak jelas, otaknya pusing seperti ingin meledak. Baru kali ini Angkasa di luar kendali untuk pertama kalinya. Gema berdiri di depan Angkasa dan menatapnya tajam. Angkasa yang menyadari keberadaan Gema yang ada di depannya pun mendongak dan membalas tatapan sahabatnya.

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi kiri Angkasa. Angkasa hanya diam dan menatap sang pelaku dengan wajah datar, sang pelaku menarik nafas panjang.

"Itu pantes buat lo Sa," ucap Gema lalu duduk di kursi koridor tersebut.

Bima menatap kedua sahabatnya bergantian. Bima merasakan situasi ini sangat kacau, Bima menghela nafas panjang. Bingung? Ya, sangat bingung apa yang harus dia lakukan untuk memberikan nasihat kepada sahabatnya.

Tiba-tiba satu pukulan mendarat di perut Angkasa sehingga membuat sang empunya terkejut dan meringis kesakitan. Sang pelaku menarik kerah baju Angkasa dan mendorong tubuh Angkasa hingga mentok ke tembok.

Wajah sang pelaku nampak marah, sangat marah! Angkasa menegang saat menyadari dirinya diserang. Angkasa mendongakkan kepalanya dan dapat melihat jelas wajah sang pelaku. Setelah melihat wajah sang pelaku Angkasa kembali menundukkan kepalanya dan diam. Mewurungkan niatnya yang hendak ingin melawan.

Pukulan demi pukulan mendarat di tubuh Angkasa. Angkasa hanya menatap sang pelaku datar, tidak melawan dan tidak memberontak. Pasrah, itulah yang Angkasa lakukan.

Gema dan Bima yang melihat sahabatnya dipukuli itu sangat terkejut namun tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka tahu pasti ada alasan tertentu sang pelaku untuk menghabisi Angkasa.

"JANGAN PERNAH NGERENDAHIN PEREMPUAN!!!" sentak Antares sembari menarik kerah baju Angkasa. Ya, dia Antares. Lelaki yang mencintai Ara.

Antares melihat dan mendengar semua apa yang terjadi barusan. Sedari tadi dia telah menahan amarahnya agar tak menyakiti siapapun. Namun, semuanya nihil ketika Antares melihat gadis yang di cintainya menangis karena sosok lelaki yang merendahkannya.

Angkasa hanya diam menatap Antares dengan mata sayu dan badan yang lemas. Menerima semua pukulan yang dilayangkan Antares pada tubuhnya.

"DASAR COWOK NGGAK ADA OTAK!!!"

Antares mendorong kasar tubuh Angkasa sehingga sang empunya terjatuh tak berdaya. Antares berdiri menatap tajam Angkasa yang tersungkur di depannya.

"Jangan pernah nyakitin hati perempuan! Apalagi Ara," seru Antares.

Antares menarik nafas panjang kemudian menatap Bima dan Gema, yang sedari tadi berdiri melihat dirinya memukuli Angkasa. Antares berlalu pergi tanpa merasa bersalah.

Bima dan Gema mengangkat tubuh Angkasa dan mendudukkannya di atas kursi. Wajah Angkasa yang sembab dan rambutnya yang acak-acakkan, penampilannya sangat hancur kali ini. Bima menghela nafas pelan dan menepuk pundak sang sahabat.

"Sa," panggil Bima.

"Liat gue," suruh Bima. Angkasa pun menurut dan menoleh menatap ke arah sahabatnya.

Bima menghela nafas pelan melihat Angkasa yang sudah babak belur, sangat memalukan ketika cowok berjulukan cool boy itu ada di posisi ini.

"Lelaki itu, dilahirkan oleh wanita. Dibesarkan oleh wanita, dicintai oleh wanita. Dan menikah dengan wanita," ucap Bima.

"Jadi, hargai wanita." Bima menepuk pundak Angkasa.

Angkasa menundukkan kepalanya dalam dan bergeming sangat lama. Mencerna apa yang dikatakan Bima barusan, sedih! Itulah yang Angkasa rasakan. Merasa bersalah? Tentu saja! Cowok itu sangat menyesal sekarang.

"Lo keterlaluan Sa," ujar Gema tiba-tiba.

Angkasa menoleh ke arah Gema dan menatapnya datar, masih memilih untuk diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Perasaan wanita itu lembut Sa, jadi gampang sakit hati."

"Tapi Ara? Walaupun lo sering nolak dia, sering ngasih omongan yang bikin dia sakit hati. Dia tetep konsisten Sa buat ngedapetin lo," lanjut Gema.

"Ara itu cewek paling kuat yang gue kenal setelah Ummi gue," tutur Gema.

Angkasa kembali menundukkan kepalanya dan bergeming. Bima dan Gema menghela nafasnya bersamaan. Menatap sendu sang sahabat yang sudah habis babak belur.

"Gue tau Sa, lo belum pernah ngerasain jatuh cinta." Bima menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Andaikan lo tau Sa, kalau jatuh cinta itu menyenangkan. Tapi juga menyakitkan," lanjut Bima.

"Sedikit cewek yang berani ngejer-ngejer cowok secara terang-terangan Sa. Karena mereka biasanya malu kalo deket-deket sama orang yang mereka suka."

"Tapi Ara nggak pernah malu walaupun sering ditolak, bahkan dia bilang bakalan nunggu lo sampai lo suka sama dia." Bima sedikit tersenyum menyadari apa yang barusan ia katakan, tidak menyangka saja ada yang seorang perempuan yang sangat menyayangi sahabatnya yang sama sekali tidak minat akan cinta.

"Gue cuman ngasih tau Sa, kalau yang berjuang tak selamanya kuat dan bertahan, ada saatnya ketika dia ngerasa kalah dan lelah sampai akhirnya memilih untuk menyerah," ucap Bima bijak.

"Buka hati lo, pecahin batu yang nutupin hati lo itu. Berusahalah untuk menemukan cinta yang mampu membuat hidup lo lebih istimewa," lanjut Bima lagi, pria itu tidak akan pernah bosan untuk memberikan wejangan tentang cinta untuk sahabatnya.

"Apa yang tadi lo lakuin itu memalukan Sa, sangat amat memalukan," tegas Bima.

"Lo salah besar Sa."

"Gue tau." Angkasa membuka suaranya.

Bima menghela nafas pelan dan tersenyum mendengar jawaban dari Angkasa. Angkasa masih menundukkan kepalanya, merasa malu untuk menatap kedua sahabatnya.

"Lo tau kan apa yang harus lo lakuin Sa?" tanya Bima.

Angkasa menganggukkan kepalanya kemudian berdiri lalu mendongakkan kepalanya untuk menatap ke depan. Angkasa berjalan dengan penuh rasa bersalah dan rasa penyesalan.

"Gue bodoh, sangat amat bodoh!" batinnya.

tbc

*****

sehat selalu,

Follow akun Author supaya dapat notifikasi dan nggak ketinggalan allepetrichor

KEJORA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang