Selamat Membaca
*****
Ara membuka matanya perlahan saat merasakan badannya yang hangat karena cahaya matahari yang menyinari kasurnya. Ara mendudukkan dirinya di kursi belajar, mata Ara terbuka sempurna saat melihat jam yang ada di mejanya menunjukkan pukul 07:45 WIB.
Ara langsung membuka pintu kamarnya dan berlari untuk turun ke bawah. Meskipun kepalanya masih terasa berat.
"Kok Ara nggak dibangunin sih Ma! kan Ara jadi telat sekolah!" protesnya tak terima.
Dewi yang sedang menyiapkan sarapan dan obat untuk Ara menatap sang putri bungsunya tajam.
"Kamu tuh lagi sakit, masih saja kepikiran sekolah." Dewi menaruh semangkuk bubur di atas meja makan.
"Kan Ara udah bilang kalo Ara baik-baik aja Mama," jelas Ara.
"Kalo lagi sakit, sakit aja nggak usah sok kuat." Galang menepuk kepala Ara pelan.
"Ara nggak selemah itu ya!" seru Ara dengan wajah masamnya.
Ara pun berjalan menuju meja makan lalu duduk di sana dan mulai memakan bubur buatan sang Mama. Nafsu makan Ara memang sedang buruk, tapi kalau tidak di paksa bagaimana mau sembuh.
Ara menyelesaikan makannya dan tak lupa juga meminum obat yang diberikan dokter kemarin. Ara berjalan ke arah taman belakang saat mendengar gelak tawa yang sangat ramai. Ara melihat sang Abang yang sedang duduk sambil bermain gitar bersama sopir pribadi dan asisten rumah tangga keluarganya yaitu mang Adi dan bi Erna.
"Kok Abang nggak kerja?" tanya Ara yang datang dan bergabung dengan mereka.
"Cuti tiga hari," jawab Galang.
"Tidur di sini?" tanya Ara lagi.
"Malam ini aja, besok Abang pulang."
Ara menganggukkan kepalanya mengerti. Sejak lulus kuliah Galang melanjutkan perusahaan sang Papa yang ada di Indonesia. Galang pun sudah bisa mengembangkan beberapa anak cabang perusahaannya, dia juga sudah tinggal sendiri sejak rumah impiannya sudah terbangun. Hanya satu impian yang belum dia capai, yaitu menikah dengan wanita yang dia cintai.
"Nyanyi apa lagi nih mang?" tanya Galang pada mang Adi.
"Nggak tau, terserah Den Galang saja," jawab mang Adi.
"Bi Erna mau request nggak nih?" ucap Galang.
"Ndak bibi ikut dengerin saja," jawab bi Erna.
Galang pun menganggukkan kepalanya mengerti. Galang mulai memetik gitarnya dengan nada yang sangat santai. Alunan musik yang dipetik Galang sangat indah, membuat orang-orang yang mendengarkannya ikut terbawa suasana.
Ku tuliskan kenangan tentang caraku menemukan dirimu
Tentang apa yang membuatku mudah berikan hatiku padamuTakkan habis sejuta lagu untuk menceritakan cantikmu
Kan teramat panjang puisi tuk menyuratkan cinta iniTelah habis sudah cinta ini tak lagi tersisa untuk dunia
karena tlah ku habiskan sisa cintaku hanya untukmuGalang mengembangkan senyumnya sembari menatap sekitar dengan bangga.
Prok prok prok
Suara tepuk tangan terdengar, seakan mengagumi suara Galang yang begitu merdu saat menyanyikan lagu surat cinta untuk starla. Mang Adi dan bi Erna bertepuk tangan meriah untuk anak sang majikan.
"Suara Den Galang teh emang paling top!" Mang Adi mengangkat kedua jempolnya.
"Bagus tenan lo suarane," puji bi Erna.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA✔
Teen FictionPART LENGKAP & SUDAH REVISI✔ Ketika gadis berkepala batu di pertemukan dengan cowok berhati batu. Apakah yang akan terjadi? "Ara suka sama Angkasa," "Gue nggak suka sama lo." "Ara tau kok, tapi Ara tetep suka." "Gue nggak peduli." "Ara akan buat Ang...