Selamat Membaca
*****
Ara berjalan di koridor sekolahnya dengan kondisi badan yang cukup vit. Ya, setelah perkemahan SMA Sakti selesai. Seluruh siswa-siswi kelas XI diliburkan selama dua hari. Dan sekarang luka-luka Ara pun sudah sembuh, juga energi Ara sudah terkumpul untuk kembali ceria lagi.
Ara memasuki kelasnya dengan senyum gembira, sepanjang jalan di koridor dia selalu tersenyum untuk menyapa teman-temannya.
"Selamat pagi semua!" seru Ara dengan wajah sumringah.
Seluruh murid-murid yang mendengar suara Ara di dalam kelas tersebutpun menengok dan tersenyum canggung, lalu mereka melanjutkan aktivitasnya masing-masing dengan sedikit menjauh dari Ara.
Ara mengreyitkan dahinya bingung, ada apa? Kenapa semua orang terlihat berbeda? Ara pun langsung duduk di kursinya tanpa menghiraukan yang lain. Mungkin mood mereka jelek karena hari ini akan mulai ujian.
Seluruh siswa-siswi SMA Sakti sedang melaksanakan ujian kenaikan kelas. Satu persatu soal dijawab oleh mereka, walaupun dengan berbagai macam cara. Ada yang menghitung kancing baju, ada yang melempar dadu, dan ada juga yang menyontek pada teman sebelahnya. Tak lupa tetap ada siswa-siswi yang menjawab ujian itu dengan benar, yaitu berpikir.
"Gilaaa! Otak gue panas banget!" seru Alhena sembari memegangi kepalanya.
"Makanya Alhena belajar dulu kalau mau ujian, biar nggak kesusahan." Alhena menatap Ara.
"Gue udah belajar Ra, emang dasarnya goblok ya terus mau gimana." Ara menganggukkan kepalanya mengerti dengan kapasitas otak Alhena.
"Eh kalian mau ke perpustakaan? Ara ikut dong mau balikin buku juga," ucap Ara kepada teman sekelasnya yang beranjak pergi. Namun mereka hanya menengok ke arah Ara dan menghiraukan lalu segera pergi keluar kelas.
"Eh kok malah pergi sih, padahalkan kalau nggak mau bareng Ara nggak papa." Ara kembali duduk dengan perasaan sedikit kecewa.
"Udah si Ra biarin, nanti gue anterin lo deh," ucap Alhena yang melihat wajah muram sahabatnya.
"Nggak gitu Alhena, Ara tuh lagi bingung sama hari ini." Gadis itu menatap sahabatnya, Alhena mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Bingung kenapa?"
"Dari pagi temen-temen pada natap Ara sinis, terus nggak ada satu orang pun yang ngomong sama Ara kecuali Alhena dan pak Jono."
"Kenapa ya sikap mereka semua pada aneh sama Ara. Emang Ara punya salah ya, kalaupun ini prank. Ulang tahun Ara masih lama," pikir Ara. Alhena menggelengkan kepalanya.
"Perasaan lo doang kali, orang mereka biasa aja kok."
"Masa?" tanya Ara tak yakin.
"Iya, percaya deh sama gue." Ara pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"ARA!!" teriak seseorang yang baru saja masuk ke kelas Ara.
Ara dan Alhena terpelonjat kaget dengan kedatangan seseorang yang memanggil namanya. Gadis itu berdiri di depan meja Ara dengan nafas yang tergesa-gesa.
"Ada apa Tari?" tanya Ara khawatir dengan keadaan temannya.
"Itu, mading," ucap Tari.
"Mading apaan? Mading sekolah?" tanya Alhena. Tari menganggukkan kepalanya antusias.
"Kenapa sama madingnya?" tanya Ara lagi.
"Di mading ada nama lo," jelas Tari. Ara dan Alhena mengerutkan keningnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA✔
Teen FictionPART LENGKAP & SUDAH REVISI✔ Ketika gadis berkepala batu di pertemukan dengan cowok berhati batu. Apakah yang akan terjadi? "Ara suka sama Angkasa," "Gue nggak suka sama lo." "Ara tau kok, tapi Ara tetep suka." "Gue nggak peduli." "Ara akan buat Ang...