Selamat Membaca
*****
Suara dering telepon membuat ricuh kamar Ara. Gadis itu kini sedang terburu-buru bersiap karena terlambat bangun pagi, hari ini Angkasa mengajaknya pergi menemani menjenguk anak Galang yang baru saja lahir.
Angkasa sudah menunggu Ara di ruang tamu selama satu setengah jam. Bagi Angkasa ini sangat lama, namun mau bagaimana lagi. Tidak ada pilihan lain selain tetap menunggu pacar kesayangannya.
"Maaf Ara lama," ucap Ara yang baru saja turun dari tangga dengan penampilan yang sangat terburu-burunya. Angkasa bangkit dari duduk.
"Ayok." Ara menganggukkan kepalanya dan berjalan di belakang Angkasa.
Angkasa mengambil helm dan memberikannya kepada Ara. Gadis itupun menerima dan langsung memakainya. Angkasa pun memakai helmnya sendiri. Cowok itu menaiki motor, dan menunggu Ara ikut naik di belakangnya. Namun karena lama Angkasa menunggu, cowok itu menengok ke belakang dan melihat Ara yang tengah kesulitan memakai helmnya. Angkasa pun kembali turun dari motor dan berdiri tepat di depan Ara.
"Sini gue bantuin." Angkasa memakaikan helm tersebut di kepala Ara. Setelah memakaikannya mereka berdua pun naik ke atas motor Angkasa.
Angkasa menyalakan motor kemudian menarik gasnya dengan kecepatan sedang. Mereka berdua berangkat membelah kemacetan di Ibu kota sekarang. Mata Ara tidak lepas dari pemandangan kota yang dipenuhi dengan kendaraan roda empat dan roda dua.
"Lo mau beli sesuatu buat Bang Galang nggak?" tanya Angkasa di tengah perjalanannya.
"Apa Angkasa?! Ara nggak dengar!!" seru gadis itu dari belakang. Angkasa memperlambat kecepatan motornya.
"Lo mau bawain sesuatu buat Bang Galang nggak?" ulang Angkasa sedikit lebih keras.
"Balon unicorn," celetuk Ara. Angkasa mengangkat kedua alisnya tak mengerti.
"Lo mau bawain Bang Galang balon unicorn?" tanya Angkasa. Ara menepuk-nepuk pundak Angkasa kuat dan menunjuk ke arah pinggir jalan.
"Angkasa liat ada orang jualan balon unicorn, Ara pengen beli itu," ucap gadis itu dengan mata yang terpaku menatap penjual balon di pinggir jalan tersebut. Angkasa mengikuti arah telunjuk Ara dan menggelengkan kepalanya.
"Angkasa berhenti dong, Ara mau beli balon itu," seru gadis itu. Namun Angkasa tak menghiraukannya, dia tetap melajukan motor tersebut tanpa mempunyai niat untuk berhenti.
Setelah perjalanan yang lumayan lama menuju rumah sakit. Mereka berdua pun sampai di sana, Ara turun dari motor dan langsung melepaskan helmnya. Kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa menunggu Angkasa.
"Ra, tunggu!" seru Angkasa, namun Ara tak menghiraukannya, bahkan gadis itu mempercepat langkahnya.
Angkasa pun berlari menyusulnya. Sangat aneh! Pikir Angkasa. Tadi di setiap perjalanan gadis itu sangat berisik dan tidak mau diam karena protes mengapa Angkasa tidak mau membelikannya balon unicorn. Dan sekarang gadis itu malah membisu tak mengucap sepatah katapun.
Angkasa mengikuti langkah Ara sampai masuk ke dalam ruangan keluarga Galang. Ara membuka pintu ruang rawat Friska, kemudian masuk ke dalam dan membanting pintu tersebut dengan kencang.
"Assalamu'alaikum," ucap Ara dengan wajah muram dan langsung duduk pada sofa yang berada di ruangan sana.
"Wa'alaikumussalam," jawab semua yang ada di sana.
"Pelan-pelan dong nutup pintunya, entar anak gue kaget," seru Galang sembari menatap tajam Ara. Tapi Ara hanya diam tidak membalas ucapan Galang. Gadis itu masih duduk dengan wajah masamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA✔
Teen FictionPART LENGKAP & SUDAH REVISI✔ Ketika gadis berkepala batu di pertemukan dengan cowok berhati batu. Apakah yang akan terjadi? "Ara suka sama Angkasa," "Gue nggak suka sama lo." "Ara tau kok, tapi Ara tetep suka." "Gue nggak peduli." "Ara akan buat Ang...