Selamat Membaca
*****
Di dalam gedung sekolah yang lumayan besar dan mewah. Banyak orang-orang yang tengah duduk dengan wajah yang mulai tegang, terutama pada kursi-kursi yang berada di tengah. Terlihat wajah gelisah bagi yang mendudukinya.
Para peserta Olimpiade Mipa tingkat SMA sedang berkutat dengan kertasnya masing-masing. Menjawab pertanyaan-pertanyaan secara tertulis di kertas tersebut. Babak pertama ini akan menentukan siapa saja dari mereka yang akan masuk ke babak final. Terdapat banyak perwakilan dari setiap sekolah di provinsi.
Ara menutup bolpoin nya kemudian menaruhnya di meja. Ara melihat jam tangannya, jam menunjukkan pukul 09:00 WIB. Ara mengalihkan pandangannya ke arah kertas yang ada di depannya, dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah selesai Ara jawab.
Ara mengecek satu-persatu soal dan jawabannya, dari nomor satu hingga nomor terakhir. Merasa sudah yakin Ara menaruh kembali kertasnya, dan melipat kedua tangannya di atas meja kemudian menenggelamkan wajah disana. Babak pertama baru di mulai satu jam yang lalu dan Ara sudah menyelesaikan semua soal-soal tersebut dari nomor satu hingga enam puluh. Masih tersisa waktu satu jam lagi untuk siswa-siswi yang belum menyelesaikannya.
"Angkasa, Ara bosan." Ara melihat Angkasa yang duduk di sebelahnya.
Angkasa hanya diam tak menjawab. Angkasa terus melanjutkan menjawab soal-soal yang ada di depannya itu. Ara mengembangkan senyumnya dan fokus melihat ke arah Angkasa.
"Ganteng, tinggi, pinter. Nggak salah Ara jatuh cinta sama Angkasa," batin Ara.
"Sayang sifatnya kayak kulkas. Dingin," batin Ara.
Waktu terus berjalan semua peserta Olimpiade masih terus fokus menjawab enam puluh soal yang ada di mejanya masing-masing. Waktu tersisa sepuluh menit lagi, Angkasa masih mengotret rumus-rumus matematika untuk menemukan jawabannya. Wajah Angkasa masih nampak tenang walaupun dia harus menajawab sepuluh soal lagi.
"WAKTU KALIAN TINGGAL LIMA MENIT LAGI."
"Semangat Angkasa Ara yakin Angkasa pasti bisa," ucap Ara menyemangati partnernya.
"Jangan berisik," kata Angkasa.
Ara pun diam menutup mulutnya, takut Angkasa terganggu. Tapi Ara tetap terus menatapnya dengan senyuman yang selalu hadir di paras cantiknya itu.
***
Clara melihat Kakaknya yang sedang berjuang di tengah-tengah sana dari kursi penonton bersama kedua orang tuanya, dan segerombolan murid-murid SMA Sakti yang menjadi perwakilan pendukung.
Clara tetap ingin ikut melihat sang Kakak maka dari itu dia membuat surat izin untuk sekolahnya. Dan dia bilang bahwa sekolahnya sedang libur karena gurunya akan jalan santai.
Clara terus memperhatikan seorang gadis yang ada di sebelah Kakaknya itu. Dia melihat gadis yang cantik, manis dan sangat mempesona. Dia adalah Ara.
"Kak Gema," panggil Clara.
"Hm," sahutnya.
"Yang di sebelah Kak Angkasa itu Kejora?" tanyanya.
"Iya itu Ara, manusia paling pinter yang pinternya ngalahin Angkasa."
"Masa?" tanya Clara tak yakin.
"Lo perhatiin aja, yang lain masih sibuk ngejawab soal. Dia malah ngeliatin Angkasa, berarti dia udah selesai dong." Gema menatap Clara.
"Iya juga ya."
"Ara kan emang pinter nggak kayak lo," cibir Alhena kepada Gema.
"Dih, gue juga pinter. Tapi gue mah nggak sombong," alasan Gema.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA✔
Teen FictionPART LENGKAP & SUDAH REVISI✔ Ketika gadis berkepala batu di pertemukan dengan cowok berhati batu. Apakah yang akan terjadi? "Ara suka sama Angkasa," "Gue nggak suka sama lo." "Ara tau kok, tapi Ara tetep suka." "Gue nggak peduli." "Ara akan buat Ang...