Selamat Membaca
*****
Ara berlari masuk ke dalam kamar meninggalkan seluruh belanjaannya di ruang tamu bersama teman-temannya yang masih berada di sana. Alhena melihat kepergian Ara dari sana, mereka bertiga tidak mungkin menghentikannya. Ara butuh waktu untuk sendiri.
Alhena menaruh barang belanjaannya di meja kemudian duduk di sebelah Bima. Gadis itu nampak cemas dengan kedaan sahabatnya.
"Lo percaya kalau cowok yang kita temuin tadi di mall itu Angkasa?" tanya Alhena dengan menatap Gema dan Bima bergantian.
"Menurut aku sih itu emang bener Angkasa," jawab Bima dan diangguki oleh Gema.
"Tapi aku ragu sama cewek yang sama Angkasa nya yang," lanjut Bima. Alhena mengerutkan kening tidak mengerti dengan apa yang dikatakan kekasihnya.
"Aku kayak pernah liat dia aja gitu."
"Iya tuh bener gue juga kayak kenal," celetuk Gema. Alhena menghela nafasnya kasar.
"Awas aja ketauan si cowok hati batu itu nyelingkuhin sahabat gue. Gue bikin badannya jadi nggak utuh lagi," ucap Alhena emosi.
Ara masuk ke dalam kamar dan langsung membanting tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Gadis itu bangun dan duduk tegak lalu menatap foto yang berada di atas nakasnya. Ara mengambil foto itu dan menatapnya lama.
"Ara punya salah ya sama Angkasa?"
"Ara jahat sama Angkasa?"
"Kenapa tadi Angkasa pergi sama perempuan lain?"
"Dia siapa?"
"Kenapa dia manggil Angkasa sayang?"
"Angkasa selingkuhin Ara ya?"
"Ara nggak bakal tau kalau Ara nggak nanya sama Angkasa langsung," monolog gadis itu sendiri dengan menatap foto Angkasa yang dia pegang.
Ara mengambil ponselnya dan mencari nomor Angkasa. Gadis itu tanpa segan langsung menelpon Angkasa tanpa banyak basa-basi, dia ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Halo Ra, ada apa?" suara dari seberang sana.
"Nggak papa Angkasa, Ara cuman mau nanya sesuatu aja kok."
"Oh kenapa Ra? Cepet ya soalnya gue lagi sibuk nih." Deg! Jantung Ara berdetak sangat cepat. Sibuk apa? Membantu Ayah membereskan berkas-berkas kantor? Atau sibuk jalan-jalan sama perempuan lain? Ingin sekali rasanya Ara menanyakan hal tersebut. Namun bibirnya tak sanggup mengatakan itu semua, karena hatinya yang sudah terlanjur terluka.
"Ada apa Ra? Kok diam?"
"Cepet Ra gue ada perlu." Ara tersadar dari lamunannya dan dengan cepat menjawab ucapan Angkasa.
"Nanti aja deh kalo Angkasanya lagi sibuk, yaudah Ara tutup telponnya ya. Bye."
"Lho Ra kena-" sambungan telepon di tutup sepihak oleh Ara. Gadis itu langsung melemparkan ponsel tersebut asal kemudian merebahkan tubuhnya dan menyelimuti seluruh bagian tubuhnya.
***
Ara bangun dari tidurnya dan langsung turun ke bawah. Gadis itu menuruni tangga satu persatu, dan duduk di meja makan yang sudah di penuhi banyak masakan untuk sarapan. Padahal yang makan di rumah hanya Ara, Dewi, bi Erna dan mang Adi. Tapi Mamanya selalu memasak banyak, Papanya sangat sibuk untuk menyelesaikan proyeknya di Jepang.
"Anak Mama udah bangun," ucap Dewi kemudian menyiapkan piring di sana.
"Mata kamu kenapa sayang?" ucap Dewi melihat mata Ara yang menghitam dan sedikit bengkak.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA✔
Teen FictionPART LENGKAP & SUDAH REVISI✔ Ketika gadis berkepala batu di pertemukan dengan cowok berhati batu. Apakah yang akan terjadi? "Ara suka sama Angkasa," "Gue nggak suka sama lo." "Ara tau kok, tapi Ara tetep suka." "Gue nggak peduli." "Ara akan buat Ang...