Happy Family! 21

3.2K 308 42
                                    

Hari terakhir di Surabaya, karena besok pagi-pagi sekali kami semua berangkat menuju Semarang.

"Ma, om Evan kan nikah nya di Jakarta. Kok kita malah ke Semarang sih?" Tanya Alin sambil membantu ku memasukkan baju-baju nya ke dalam koper.

"Iya kita berangkat nya dari Semarang bareng oma, nenek, kakek sama opa sayang." Jawabku.

"Onty Lala sama onty Michelle nggak ikut?" Sahut Galen. Aku menatap nya sekilas dan kembali memasukkan baju milik Alin dan Galen.

"Ikut juga dong,"

Hening. Tidak ada yang berbicara lagi. Usai memasukkan baju-baju ke dalam koper, ku tutup koper itu rapat-rapat lalu ku kunci.

"Beres! Besok nggak boleh ada yang telat bangun. Kalau sampai ada yang telat, beneran mama tinggalin sendirian di rumah."

"Ohh iya, nanti malam Alin pergi sama mas Tama ke Indomaret atau Alfamart ya. Beli cemilan, minuman, tisu kering & basah sama permen ya. Ini mama kasih seratus lima puluh ribu dulu. Nanti minta tambahin papa dua ratus ribu." Lanjut ku sembari mengeluarkan tiga lembar uang pecahan lima puluh ribu dari dalam case ponsel.

Alin pun menerima nya. Ia simpan uang itu di balik case ponsel nya.

"Papa masih belum bangun ma?" Tanya Alin usai meletakkan kembali ponsel nya di atas kasur.

"Belum kak. Semalam begadang main game itu bareng abang sama mas kembar mu."

Alin menganggukkan kepala nya. "Ma, Alin boleh tanya sesuatu nggak? Tapi mama jangan marah ya."

"Boleh. Emang kakak mau tanya apa?" Jawab ku sembari merebahkan tubuh ku di lantai kamar Alin dengan berbantalkan paha Galen.

"Kenapa mama nggak punya teman atau sahabat cewek?"

Aku terdiam. Bingung, ingin menceritakan pada Alin atau tidak.

"Ma?"

Ku hembuskan nafas ku pelan sembari menatap Alin percaya. "Mama nggak punya temen cewek karena dulu mama pernah di bully waktu SMA."

Kedua mata Alin melotot. Ia lalu mendekat ke arah ku dengan ekspresi terkejutnya.

"Di bully? Serius ma?"

Kepala ku mengangguk dengan kedua mata yang menatap kosong langit-langit kamar Alin.

"Iya. Cuma karena mama main sama temen-temen cowok, temen-temen cewek mama jadi bully mama."

"Ihh kok jahat sih. Mangkanya tante siapa tuh yang pernah tusuk papa kayal benci banget sama mama." Jawab Alin.

Aku tersenyum pada Alin sembari mengusap-usap pipi nya. "Nggak berhenti sampai di situ aja kak. Mama semakin di benci pas tau mama deket sama papa kamu."

"Kok aneh banget. Punya sakit jiwa kali orang-orang yang pernah bully atau jahatin mama tuh. Pengen deh Alin pukul muka mereka pakai palu. Biar hancur itu muka nya!"

Aku tertawa pelan mendengar dumelan Alin. Aku terbangun dari rebahan ku, lalu memeluk tubuh Alin erat.

"Itu udah masa lalu kak. Mama nggak mau inget-inget kejadian itu lagi." Ucap ku. Sambil menikmati ketenangan yang di ciptakan oleh pelukan Alin.

"Bentar ma. Itu cewek-cewek jahanam kan suka bully mama, terus respon papa gimana?"

"Ya di bales dong. Tapi, balesan kita nggak main fisik kayak mereka. Kita berempat jahilin mereka sampai bener-bener nggak tahan, terus pindah kelas." Jawab ku.

Iya, meskipun aku termasuk pendiam. Tapi, jika dalam hal membalas para musuh-musuh ku. Aku maju paling depan dan bersemangat untuk menjahili mereka.

Happy Family! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang