Happy Family! 7

4.1K 355 36
                                    

"Mama, nanti kalau Alen dah besal mau jadi fakboy kayak mas Dana ya!"

"Heh! Adek tau dari mana kata-kata itu?!"

"Dali mas Tama. Tadi mas Tama habis malah-malahin mas Dana gala-gala mas Dana bikin nangis cewek. Telus ngatain mas Dana fakboy,"

"Teluskan Alen nanya tuh apa itu fakboy, telus kata mas Dana fakboy itu cita-cita yang paling mulia bagi anak cowok."

Hhhh, ini si Dana emang minta di pukul kepalanya. Bisa-bisanya dia bilang kayak begitu ke adek nya yang masih polos ini.

"Galen jangan dengerin omongan nya mas Dana ya. Itu bukan cita-cita nak. Malahan itu perbuatan yang nggak baik,"

"Ohh gitu. Yaudah, Alen mau nelusin usaha papa aja telnak kambing."

Aku mengangguk pasrah. "Iya, Galen terusin aja itu usaha papa yang itu. Mama dukung Galen seratus persen."

Setelah memberi pengertian pada Galen, aku kembali mengaduk tepung yang sudah ku campur dengan air untuk membuat pisang goreng.

Pisang goreng ini sebenarnya requestan dari Jason. Sepulang nya dari cafe nanti ia ingin memakan pisang goreng serta secangkir teh madu hangat.

Mamaku tersayang
Mamaku tercinta
Tanpamu apa jadinya aku..
Tak bisa makan enak, mengerti banyak hal.
Mamaku, terimakasih ku ~

Dari dapur terdengar suara cempreng Alin. Dan tak lama kemudian, sosok gadis berambut pendek seperti dora itu menunjukkan batang hidung nya.

"Mama, Alin lapar. Alin makan dedek Galen ya,"

"Ihh, kak Alin nih. Emang aku nuget yang bisa di makan?!"

Alin tertawa, lalu mendekati adik nya yang sedang bermain mobil hotweels pemberian dari abang nya.

"Galen kan lucu. Mangkanya kakak pengen banget makan Galen,"

Aku yang mendengar pembicaraan mereka hanya menggeleng-geleng kan kepala.

"Ma, papa masih di cafe ya?"

"Iya kak. Bentar lagi pulang kok,"

Alin mengangguk, lalu menatap punggung mama nya yang sedang menggoreng pisang.

"Ma, tadi Alin ketemu sama tante-tante. Dia ngaku kenal sama Alin, bahkan sama papa juga."

Tangan kanan ku yang semula sibuk membalik-balikkan pisang di atas penggorengan kini terhenti lalu menoleh ke arah Alin yang berada di belakang.

"Terus? Tante itu cuma kenal sama papa dan Alin aja? Sama mama dia nggak kenal?"

Alin mengangguk. "Kenal. Tapi kata tante itu bilang kenal mama sebagai perebut. Alin nggak ngerti merebut yang di maksud tante itu apa. Emang mama dulu suka ngerebut ya?"

Aku memejamkan kedua mata sembari menghela nafas pelan. Mencoba menahan emosi setelah mendengar ucapan dari Alin.

Aku heran, kenapa lalat-lalat itu sampai mengejar Jason sejauh ini? Bahkan anak sekecil Alin yang tidak mengerti apa-apa di ikut sertakan dalam rencana mereka yang ingin menghancurkan keluarga ku.

"Siapa bilang mama suka ngerebut?"

Suara bariton nan lembut milik Jason terdengar, Ia baru saja pulang dari cafe.

"Tadi ada tante-tante yang ngaku kenal sama aku sama papa juga. Terus tante itu bilang kalau mama suka ngerebut," cerita Alin pada Jason.

Jason yang baru saja datang itu langsung duduk di kursi sebelah Alin.

Happy Family! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang