Happy Family! 35

3.7K 310 64
                                    

Saka

Sejak tadi, aku mengetuk-ngetuk ponsel pelan di atas meja. Aku bingung, apa malam ini saja pergi ke apartemen papa. Tapi, dalam hati kecil ku, aku tidak ingin kesana. Aku menjambak pelan ranbut ku dan memutuskan untuk pergi ke kamar Tama dan Dana.

Sesampai nya di depan kamar si kembar, ku buka pintu nya keras. Tama dan Dana pun menoleh ke arahku secara bersamaan.

"Kenapa bang?" Tanya Dana. Aku pun mendekati mereka, lalu duduk di atas tempat tidur Tama.

"Kalian sibuk?"

Tama dan Dana menggelengkan kepala. Aku menghembuskan nafas pelan, lalu kembali menatap mereka secara bergantian.

"Abang mau ke tempat papa. Ikut yuk, kita minta maaf ke papa."

Dana melompat dari tempat tidur nya, lalu mengambil hoodie yang berada di atas meja belajarnya. "Skuy bang kita berangkat!"

Aku melirik Tama sekilas, ia tidak bergerak sedikitpun dari tempat tidur nya.

"Tama?"

Tama memejamkan kedua mata nya lalu menatapku sinis. "Tama nggak ikut. Tama masih sakit hati sama perbuatan papa!"

"Tama nggak boleh gitu dek. Toh papa juga udah dapat karma nya sendiri."

"Lagian, ngemusuhin orang tua terlalu lama juga nggak baik dek. Nanti dosa," lanjut ku memberi pengertian pada Tama.

"Oke! Ini pertama dan terakhir kali nya Tama maafin papa. Tapi kalau sampai papa ngulaingin kesalahan nya lagi, beneran nggak aku anggap sebagai papa ku pagi."

Senyumku sedikit mengembang, lalu menganggukkan kepala cepat. "Iya, ini terakhir kali nya kita maafin papa. Kalau sampai papa ngulangin kesalahan nya lagi, kita nggak usah anggap papa sebagai orang tua kita."


         Sesampai nya di apartemen Menara Rungkut tempat tinggal papa saat ini, aku Tama dan Dana keluar dari mobil. Setelah mobil terparkir dengan rapi.

Dana yang tak sabaran ingin bertemu dengan papa, ia meloncat-loncat seperti kelinci. Aku yang melihat nya hanya bisa menggeleng-geleng kan kepala.

Brugh!

Baru saja aku hendak meneriaki Dana agar tidak melompat-lompat, tetapi Dana sudah terlebih dahulu terjatuh saat hendak melompati tangga. Sontak saja itu membuat Tama tertawa kencang.

"Kampret! Bukan nya di tolongin malah di ketawain. Awas aja lo yang jatoh ntar lagi." Ucap Dana kesal dan beranjak dari duduk nya.

"Kalian bertiga, kok ada di sini?"

Aku, Tama dan Dana menoleh ke arah sumber suara. Di sana, terdapat papa yang sangat terlihat rapi dengan jaket berwarna hitam.

Dana sedikit berlari menghampiri papa, lalu ia pun memeluk papa dengan erat.

"Maafin Dana pa, Dana udah berdosa banget nggak nyapa papa selama dua tahun ini."

Aku melihat papa yang melepas pelukan nya bersama Dana. "Ayo, kita masuk ke apartemen papa aja. Malu nanti diliatin banyak orang,"

Papa pun berjalan terlebih dahulu bersama dengan Dana. Sedangkan aku dan Tama mengikutinya dari belakang.

"Ayo masuk. Maaf apartemen nya nggak terlalu besar. Soalnya kan papa tinggal sendiri, jadi ya gini deh tempat tinggal nya."

Aku sedikit meringis melihat seisi apartemen papa. Ini mah lebih luas kamar tidur nya. Kedua mataku melirik ke sekeliling ruang tamu. Terdapat beberapa foto yang menempel dengan manis di dinding, ada foto saat kami berempat membuat video klip, ada juga foto Isyana waktu masih bayi, dan yang terakhir ada foto saat mama dan papa sedang berciuman di pantai.

Happy Family! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang